Share

BAB 6

Akhirnya kesempatan untuk bertemu dengan sosok yang membuat Aku penasaran selama ini kesampaian juga. Ketika Ibu mendapat kabar, dari kampungnya kalau Ayah (Kakek Awan) satu-satunya meninggal dunia, beliau sempat ijin beberapa minggu pulang ke kampung halamannya. Ketika kembali kesini, beliau bercerita kalau Awan anaknya mungkin akan di sekolahkan disini dan meminta ijin Papah dan Mamah untuk membolehkan Awan sekolah disini, karena disana tidak ada lagi kerabat yang akan menjaganya, Ibu ada sih keluarga jauh, tapi merasa kurang percaya untuk menitipkan Awan ke keluarganya tersebut. Gayung bersambut, Papah dan Mamah menyambut baik keinginan Ibu, bahkan Papah berjanji untuk menanggung semua keperluan biaya sekolah Awan selama disini. Mendengar kabar itu, Aku turut senang sekaligus sedih, untuk seorang Awan yang bahkan Aku belum bertemu dengannya.

Aku jadi kepikiran keadaan Awan saat ini, pasti saat ini Ia sedang sedih-sedihnya. Kakek satu-satunya yang menjaganya selama ini telah tiada, apa Awan akan tegar yah ? Aku berdoa dalam hati, "semoga kamu kuat yah Awan".

Ketika Ibu bercerita bahwa hari ini Awan akan datang, Aku sangat senang. Pagi-pagi Aku dah siap-siap, bahkan Papah sama Mamah pun heran melihat sikapku pagi ini yang tidak seperti biasanya. Gimana gak senang, sosok yang secara diam-diam kukagumi hanya melalui cerita Ibu selama ini ataupun mendengar suaranya melalui telpon saja, akan kulihat hari ini.

Singkat cerita, tibalah kami di Bandara. Ketika pertama kali berjumpa, Aku melihat seorang remaja yang tegap dan tinggi dengan kulit putih bersih menghampiri kami, Aku menatapnya dalam-dalam. Tatapannya tajam dan meneduhkan. oh my god! Aku jatuh cinta! Itu yang kurasakan pertama kali. Entah kenapa jantungku berdetak lebih keras dari biasanya. Tapi kesalnya, sedikitpun dia tidak melihatku, pandangannya hanya terpaku pada sosok Ibunya. Aku maklum sih, mungkin kerinduannya yang selama ini hanya bisa berbicara melalui telpon tanpa bisa bertemu. Hikss hikss.. jadi terharu melihat mereka, tanpa sadar air mataku ikut meleleh, ketika melihat mereka berpelukan dan saling melepas rindu. Awan, kamu memang gagah, segagah suaramu yang hanya bisa kudengar selama ini, dan satu hal yang pasti, kamu telah berhasil mencuri hatiku.

"Oh ya Nak kenalin, ini Non Renata, anak majikan tempat Ibu bekerja." kata Ibu mengenalkanku pada Awan.

Degh degh..

Jantungku masih berdetak kencang ketika melihat cara nya memandangku, namun Aku berusaha setenang mungkin agar tidak terlihat grogi dihadapannya.

"Ibu ini apa loh, masih aja bilang majikan, Ibu kan dah bagian dari keluarga Ren." jawabku sambil menghapus air mata yang entah kapan mengalir di pipiku.

"Saktiawan panggil aja Awan Non." Ucapnya sambil mengulurkan tangan padaku.

"Apa sih, malah ikutan Ibu panggil non segala." Jawabku agak kesal ketika menjawab uluran tangannya. Pegangannya tangannya terasat tegap dan walau agak sedikit kasar terasa telapak tangannya, menggambarkan kerasnya kehidupan yang dihadapinya.

"Renata, Kamu boleh panggil Ren atau Rena, hihihi," Jawabku sambil tersenyum dan memandang lekat wajahnya.

Ketika diatas mobilpun, Aku sempat melirik Awan melalui kaca spion depan. Aku jadi senyum-senyum sendiri saat melihat Awan seperti tak henti-hentinya kagum dengan keindahan kota Bandung, benar-benar polos dia. Ya wajar juga sih, karena ini pengalaman pertamanya datang ke kota besar yang masih baru baginya.

Akupun jadi tak tahan untuk menyapanya, "Tar juga kamu terbiasa dengan kehidupan disini." kataku sambil melirik awan dari kaca spion.

Kulihat Awan hanya tersenyum, sepertinya Ia masih segan atau sungkan denganku. Duh Awaan, kamu gemesin banget sih.

Ketika sampai dirumah, hari sudah agak larut. Karena tadi saat keluar dari Bandara hari sudah agak petang. Saat sampai dirumah, rupanya Papah dan Mama sudah ada dirumah menunggu kami, untung tadi sempat makan dulu dijalan, karena Aku khawatir kalau Awan belum makan, jadi kami sempatkan makan di jalan sebelum sampai kerumah.

Setelah selesai berbincang dengan Papah dan Mamah, Aku menunjukkan kamar Awan dengan agak menarik tangannya untuk mengikutiku, Papah dan Mamah sampai geleng-geleng kepala melihatku. Aku juga heran sendiri, kalau dekat dengannya malah jadi gregetan sendiri jadinya dan membuatku tak bisa menahan diri.

Bahkan Aku sengaja sedikit menggodanya ketika keluar kamarnya,

"Oya, kamar Ibu disebelah dan kamarku didepan yah." Ssambil menatap sedikit nakal padanya.

"..atau kamu mau tidur dikamarku ? hehehe." Ucapku dengan santainya sambil menggigiti bibir bawahku, lalu Aku berlalu kedalam kamarku, ketika menutup pintu, Aku bersandar dibalik pintu kamarku. Aku tak tahu akan bagaimana tanggapan Awan tentang diriku nantinya, duh mukaku terasa panas.

"Duh Ren apasih yang lo lakuin ?" tanyaku ke diriku sendiri. Sambil tersenyum sendiri. Biasanya Aku paling jaim kalau ketemu orang baru. Entah kenapa kalau dengan Awan, Aku yang tak tahan untuk mencandainya.

Kulihat jam di dinding kamarku sudah jam 12 malam, Aku masih belum bisa tidur, mungkin karena saking bahagianya hari ini. duh Awan, entah kenapa dekat dengan dirimu aja bisa bikin Aku sebahagia ini.

Aku coba keluar kamar, awalnya ingin kekamar Ibu agar bisa tidur dan cerita sama Ibu, tapi kulihat pintu kamar Awan yang ada persis depan kamarku sedikit terbuka, terlihat Ibu malah ada di dalam kamar Awan.

Kesempatan nih, jadi bisa godain Awan lagi. Mumpung ada Ibu, jadi ada alasan buat masuk kamarnya. Gak mungkin kan, kalau tiba-tiba masuk ke kamar Awan dengan sengaja. Bisa di suruh nikah dini Aku sama Mamah dan Papah. Hihihi.

Samar-samar kudengar sedikit pembicaraan mereka, awalnya jadi agak ragu untuk ikut masuk kedalam kamar, mungkin mereka ingin bersama dulu untuk melepas rindu, tapi kakiku tanpa kusadari malah berjalan kedalam kamar Awan. Kulihat Awan agak kaget dan bangkit dari pangkuan ibunya sambil melihatku dengan ekspresi agak kaget.

"Ren boleh tidur sama ibu kan ?" tanyaku pada Ibu sambil melirik Awan.

Ibu hanya geleng-geleng kepala, mungkin Ibu juga heran dengan sikapku yang tiba-tiba manja padanya.

"Gak ahh. tadi Awan yang minta tidur sama Ibu, sekarang Ren juga ikutan, terus Ibu tidur sama siapa dong ?" kata Ibu bercanda.

"Ibu mah gitu, ada Awan sekarang, jadi Ibu gak mau temani Ren tidur lagi yah ? Ren kan kangen tidur di boboin sama Ibu." kataku pura-pura cemberut

"Gini aja deh, Ren tidur dikamar Ibu, Awan tidur disini yah!" jawab Ibu mengalah. Hihhi, berhasil lagi godain Awan dengan membajak Ibunya nih, tar ahh Aku tanya-tanya lebih banyak tentang Awan sama Ibu, pikirku

"Lah kok gitu Bu ? kan Aku yang lebih kangen sama Ibu." Awan protes pada Ibunya.

"Yah mana bisa toh nak ? Ren kan perempuan, yah gak bisa lah Awan tidur bareng, gak muhrim." terang ibu.

"hahaha rasain, week." kataku sambil memeletkan lidahku mengejek awan.

"Ya udah, tidur gih! besok mau sekolah pagi loh." perintah Ibu pada Awan.

"Yah Buu." jawab Awan lemas. Terlihat dari matanya, sepertinya masih ingin berlama-lama dengan Ibu, maaf yah Awan, hanya ingin mencandaimu, besok-besok deh, Ren sendiri yang akan menemanimu, hihihi. Pikirku.

"Malam ini tidur ma guling aja dulu yah Awan." kataku dengan tawa kemenangan.

Tidak sabar rasanya menunggu hari esok, tentunya akan lebih sering bersama Awan, tapi kalau kuperhatikan Awan masih terlihat agak culun dengan penampilannya yang sederhana seperti saat ini. Bayangkan aja, tadi ketika ia datang cuma paket jaket yang sudah lusuh dan sepatu yang sudah kusam. Tapi walaupun begitu, dasarnya sudah ganteng mah tetap ganteng pake pakaian apa aja kok, paling tinggal dipoles dikit akan lebih terlihat aura ketampanannya. Aku janji akan kubuat Awan jadi lebih good looking, sehingga gak akan malu-maluin kalau dibawa jalan keluar.

Tapi, Aku jadi agak sedikit ragu juga! apa nanti Awan gak akan melirik wanita lain yah ? kalau dia dah ngerti menata penampilannya sendiri kelak. Tapi, what ever lah, Aku harus optimis akan membuatnya jadi suka padaku. hmnnn jadi gak sabar untuk menunggu hari esok.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status