Share

BAB 7

POV Author

Sementara itu, dalam kamar utama di Rumah mewah tersebut, tampak sepasang Suami Istri, Agus Wijaya dan Istrinya sedang berbincang serius sambil berbaring diatas kasur.

"Pah.." pangil si Istri.

"hmnnnn..." jawab sang suami sambil mengelus kepala si istri.

"Papah yakin mengangkat Awan menjadi anak angkat kita ?" tanya si istri agak serius.

"Yakin mah, kenapa ?" tanya balik si Suami.

"Gak pah, lagian mamah masih heran aja sama papah, kita baru kali ini lihat Awan langsung, tiba-tiba Papah langsung mengangkatnya sebagai anak angkat kita, yah walau kita tahu mbak Arini sudah lama mengabdi dengan kita dan gak usah diragukan lagi loyalitasnya, tapi dengan Awan kita kan gak tahu besarnya dikampung seperti apa!, lingkungan kayak gimana!"

"Mamah sangsi gitu ?"

"Gak sih Pah, Cuma Mamah heran aja ma Papah, gak biasanya gitu", tanya si Istri heran.

"Gak usah heran sayang, kan jauh-jauh hari kita dah diskusikan masalah ini juga. Walau papah agak sedikit ragu awalnya. Tapi, mamah lihat deh tatapan Awan, cara dia melangkah, menatap kita, entah kenapa ketika melihat jauh ke matanya, papah tahu dia anaknya berprinsip dan bisa dipercaya", menjelaskan keputusannya.

"Kalau melihat tatapannya, papah jadi teringat teman papah dahulu, orang yang membantu papah pertama kali. Orang yang memiliki tatapan yang sama dengan Awan. Tajam, namun penuh misteri. Sayang ia terlalu ambisius dan suka melakukan apa saja untuk meraih tujuannya. Kebalikannya dengan awan, sama-sama memiliki tatapan yang tajam, namun entah mengapa kalau melihat kedalam matanya, yang papah rasa justru ketenangan, tatapannya bisa membuat orang percaya sepenuhnya kepadanya.

"iya Pah, tatapannya tajam sekaligus menentramkan, andaiiii mamah masih muda... hihihiii" jawab si Istri agak nakal.

"hmnnn mudanya Mamah kan dah sama Papah dulu,. hahaha" kata si Suami dengan bangganya.

"ini kan misal paahhh" jawab si istri gak mau kalah.

"hmmm mulai deh ganjennya istri papah" pura-pura cemburu.

"hihii bercanda pah" jawab istrinya sambil membelai mesra pipi si suami.

"Tapi beneran deh mah, lihat aja Ren anak kita sampai lengket gitu sama Awan. Kalau dilihat-lihat, tatapannya gak mau lepas dari sosok Awan"

"iya yah pah, jarang-jarang loh lihat anak kita begitu, itu siapa namanya anak teman Papah"

"Ilham anaknya pak Abas maksud mamah ?"

"iya itu, kan malah terang-terangan deketin Ren, ehhh anak kita malah acuh aja... hahaha jadi ketawa sendiri mama kalau ingat-ingat waktu Ilham deketin Ren"

"Iya mah, papah jadi sempat gak enakan sama pak Abas waktu itu. Tapi tentang jodoh, papah gak mau maksa anak kita mah, biarlah dia milih dengan siapapun pilihannya, asal Ren bahagia"

"hmmnn setuju pah", jawab si Istri setuju dengan putusan si Suami.

"Balik tentang tadi, papah yakin Awan punya potensi untuk jadi orang besar, asal kita bisa mengarahkannya dengan benar, mungkin suatu saat anak itu bisa bermanfaat bagi kita"

"yah semoga pah"

"yaudah tidur mah, papah capek, pagi-pagi kita harus ke Singapur buat ngurus deal proyek yang disana"

"Iya Pah". Kata si Istri menyudahi percakapan mereka malam itu.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
JueJulia Awang
Macam kebanyakn di ulang tpi ceritanya bgus…
goodnovel comment avatar
Touge GS
payah,komen dulu,baru bisa baca
goodnovel comment avatar
Dhedi S Putra
mantap dan seru ceritanya gue suka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status