"Aku pakai yang ini saja ya?" tanya Evelina pada dirinya sendiri.
Ia memandangi cermin sembari menjinjing sebuah kalung berlian besar di sekitar lehernya, mengira-ngira kalau ini cocok atau tidak dengan warna gaunnya nanti.
"Yang itu juga bagus, Lady," sahut pelayannya mengiyakan.
"Menurutku juga begitu. Ini sangat mewah! Pasti akan cantik sekali."
'Pasti ... Ditrian akan melihatku berkilauan di pernikahan kami,' batinnya. Ia membayangkan wajah haru macam apa yang akan dibuat calon suaminya saat memandang dirinya berjalan menuju altar dengan gaun pernikahan.
Tiba-tiba saja itu membuatnya berdebar-debar dan merona. "Oh! Aku sangat ingin segera menikah!" serunya.
"Evelina sayangku, sepertinya ada tamu lagi dari kerajaan. Apa mereka membawa hadiah yang lain untukmu?" tanya Duchess Anna.
Ia sedari tadi memandang ke luar jendela kamar. Ada dua buah kereta kuda kerajaan baru saja terparkir di sana. Tak berapa lama seseorang turun dari keret
"Dengan ini ... kunyatakan Evelina von Monrad sebagai seorang Regina," tandas Yang Mulia Raja Ditrian.Beberapa bangsawan yang menyaksikan bertepuk tangan. Ruang tahta hari ini penuh. Seharusnya, ini adalah hari pernikahan Yang Mulia Raja dengan Lady Evelina von Monrad. Namun, dengan beberapa kejadian, hari ini menjadi hari penobatan Lady Evelina von Monrad sebagai Regina istana Kerajaan Canideus.Aturan lama istana ini, beberapa bangsawan kurang memahami. Hingga petugas arsip dan ahli istana harus mengorek-korek banyak perkamen lawas untuk mendiskusikan seperti apa posisi dan tugas seorang Regina, dan berapa lama ia akan menjadi Regina. Entah sudah berapa abad setelah status Regina lenyap dari istana. Raja-raja terdahulu Kerajaan Canideus nampaknya lebih senang langsung memilih ratunya daripada harus repot-repot menyeleksi R
Hanya dalam satu helaan nafas dari Ditrian, Sheira tahu ada sesuatu yang tidak beres."Ada apa?" bisiknya."Evelina ... dia ingin menemuiku," katanya malas."Oh ...," air muka Sheira terlihat sedikit sedih. Meski ia berusaha keras menyembunyikannya, Ditrian menjadi masam.Ditrian langsung menggenggam tangan putih istrinya di bawah meja, sengaja supaya tetap terlihat bahwa ia menggandengnya erat. Ia juga menggeser kursi agar lebih dekat pada Sheira.Dalam sekali gestur tangan yang malas, pengawal itu tahu kalau raja telah mengijinkan Regina baru istana untuk menemuinya. Pengawal membungkuk dan segera meninggalkan paviliun. Sheira pun telah menyiapkan batinnya untuk momen seperti ini. Ia menegakkan duduknya.Tak butuh waktu lama untuk sebuah rombongan wanita bergaun cantik, juga beberapa dayang yang Sheira kenali berjalan di belakang Lady Evelina, termasuk Lady Emma. Wajahnya elok dan cerah beserta sepasang telinga anjing berwarna coklat, sena
Jantung Evelina berdebar-debar. Ia memakai baju tidur ... atau gaun malam yang modelnya sedikit memalukan. Dia telah menjadi Regina hari ini. Hari ini pula dia akan mulai tidur di kamar ratu. Lady Emma memenuhi permintaannya.Lady Emma bilang, secara aturan lama istana, Regina adalah hak Yang Mulia Raja. Raja boleh tidur dengan Regina apabila menginginkannya. Dan ... Evelina meminta Lady Emma untuk mempersiapkannya sebaik-baiknya. Kamar ini telah dipenuhi aroma bunga-bungaan yang sedap dan menarik.Meski kemungkinannya kecil ... Evelina begitu berharap, setidaknya Raja Ditrian akan mengunjungi kamarnya, basa-basi mengucap selamat malam atau apa.Memikirkan kalau dia telah menjadi bagian istana ini, telah menjadi milik Ditrian ... itu saja telah membuatnya melayang-layang. Meskipun ... masih ada duri dalam daging ... yaitu selir raja. Bagaimana menyingkirkan wanita itu?Evelina masih duduk di sofa ruang tamu sambil memainkan rambutnya. Entah berapa kali di
Sheira tak pernah bermimpi untuk menjadi ratu. Membayangkannya saja tidak pernah. Ya dia memang seorang putri. Tapi dulu dia berada di bawah bayang-bayang Reghar kakaknya, putra mahkota Kerajaan Galdea. Dia hanya pernah membayangkan kalau dirinya mungkin akan dinikahkan dengan pangeran kerajaan tetangga, Kerajaan Wei misalnya. Tak pernah tahu kalau ada sebuah kerajaan di wilayah kekaisaran yang dihuni oleh Direwolf. Melihat mereka saja tidak pernah, apalagi berpikir untuk menjadi ratunya. Kini disinilah ia ... di kastil Kerajaan Canideus, dengan Raja Ditrian, raja segala Direwolf sebagai suaminya. Disinilah ia ... tengah mengandung anak dari Raja Ditrian yang bijaksana dan adil. Tak pernah berpikir dirinya akan betah di istana ini, atau bahagia memiliki anak dalam perutnya, anak pria itu. "Saya sudah bilang harus benar-benar matang!" tegur Barry. Dia selesai menginspeksi sepotong daging panggang yang akan disantap oleh Putri Sheira. Buru-buru pelayan mengambil lagi daging itu dari
"Tentu. Saya dan Yang Mulia menghabiskan malam bersama kemarin," dustanya. "Wah! Benarkah?!" gadis-gadis itu terkesiap. "Itu berarti Yang Mulia Raja memang mencintai Lady Evelina!" "Selamat ya, Lady Evelina! Saya harap Anda segera benar-benar menikah dengan Yang Mulia Raja!" "Ahh ... sayang sekali pernikahan Anda harus diundur, ya Lady Evelina," sambung yang lain. Evelina kini beralih sendu. Gerombolan gadis-gadis itu saling berbisik dan menyenggol kawannya yang terakhir bicara. "Kau jangan ngomong begitu dong!" desis mereka. "Aduh ... maafkan saya, Lady. Saya tidak bermaksud untuk-."
"Dia?!" tunjuk Grand Duke Everon. Mata para bangsawan lain tertuju pada wanita itu. "Dia yang akan menikah dengan Yang Mulia Raja?!" tanya Grand Duke Everon sekali lagi. "Benar Yang Mulia Grand Duke," jawab Marquess Riven. Ia tak berani menatap Grand Duke Everon barang sedetik saja. Atau bangsawan manapun di ruangan itu. Marquess Riven tertunduk dengan memegangi topi beludrunya. Wajah pria paruh baya itu memerah seperti mau menangis. "Yang Mulia! Ini namanya penghinaan!" sahut bangsawan yang lain. "Ya! Itu benar!" gemuruh gerutuan para bangsawan bersahut. Pria yang duduk di kursi tahta menatapnya. Mungkin di seluruh ruang tahta, dia yang paling kaget. Mulutnya menganga seperti i
Sehari sebelum hari pernikahan. "Yang Mulia, apakah ini harus dilakukan?" tanya penasihat kerajaan. Pejabat istana dan beberapa bangsawan berkumpul di ruang rapat istana. Mereka meminta penjelasan Raja Ditrian. "Kita tidak tahu apa niat Baginda Kaisar hingga beliau menikahkan Anda dengan ...," ucapan penasihat terhenti. Semuanya paham. "Titah Baginda Kaisar adalah perintah dari langit. Perintah dari para dewa. Jika kita mengabaikannya, bisa terjadi hal yang buruk," balas Raja Ditrian. "Yang Mulia ... ini akan jadi pernikahan Anda yang pertama. Bisakah Anda menunda pernikahan dengan Putri Sheira? Kami bisa mencarikan Anda perempuan yang lebih baik untuk dijadikan ratu. Dari keluarga bangsawan Direwolf yang baik. Dan-" "Grand Duke Everon," potongnya. "Dahulu Kerajaan Canideus jatuh pada kekaisaran karena melawan kehendak dewa. Saat kakek buyutku menolak melaksanakan titah kaisar, gempa bumi hebat juga terjadi di kerajaan ini." "T
Setelah malam itu, Ditrian sama sekali tidak pernah menginjakkan kaki ke kamar selirnya lagi. Seolah pernikahan itu tidak pernah terjadi. "Ini tidak adil Yang Mulia!" pekik Viscount Elliot. "Kita sudah mengorbankan banyak hal dan perbekalan agar kekaisaran bisa memenangkan perang. Tetapi kita hanya mendapat wilayah Galdea Timur!" "Itu adalah titah Baginda Kaisar, Viscount Elliot," ucap Marquess Riven lirih. "Diam kau! Kau juga tidak melawan saat Kaisar menurunkan titah itu! Kau ini ada di pihak siapa Marquess Riven?!" "Beraninya Anda mempertanyakan kesetiaanku pada kerajaan!" bantah Marquess Riven pada Viscount Elliot. Tuduhan itu sudah kelewatan. "Sudahlah," ucap Raja Ditrian pasrah. "Tidak bisa begitu Yang Mulia! Jika kita tak mendapatkan wilayah yang menguntungkan, seluruh kerajaan bisa kelaparan di musim dingin nanti," Viscount Elliot kembali menoleh pada Marquess Riven. "Sekarang kau paham kan apa yang telah kau perbuat, Marquess?