"Pasien selanjutnya," kata asistenku sambil membuka pintu ruang periksa.
Seorang wanita muda, cantik berambut panjang memasuki ruangan. Asistenkupun lalu menutup pintunya.
"Silakan duduk Bu, Ibu sendirian apa diantar suami?" tanyaku ramah.
"Sama suami, tapi dia sedang ke kamar mandi," sahut perempuan itu singkat.
"Baik, ibu baru pertama kali periksa ke sini ya, kehamilan pertama?" tanyaku lagi.
Perempuan muda itu mengangguk sambil tersenyum.
Aku memegang status pasien yang bernama Nyonya Mayang tersebut." Usia masih 22 tahun, dan tekanan darah normal, " batinku
"Telat haid sudah 3 bulan, dan sewaktu ditest, hasilnya positif ya, hm, kalau begitu silakan berbaring di bed pasien," ujarku.
Perempuan muda itu mengangguk lalu berdiri dan berjalan menuju bed pasien kemudian membaringkan tubuhnya.
Aku menggeser kursi beroda tempatku duduk mendekat ke arah mesin USG.
Asistenku mulai menyingkap baju pasien tersebut sehingga perutnya yang mulus terlihat, kemudian dia menuang gel diatas perut Mayang. Dan aku mulai menggerakkan transducer di atas perutnya.
"Nah, ini bayinya masih kecil banget ya Bu, beratnya sekitar 30 gram, semua normal ya,usia kehamilan menurut USG 13 minggu," kataku sambil meletakkan transducer ke tempatnya semula.
Asistenku lalu mengelap perut Mayang dengan tissue kemudian Mayang bangun dari bed pasien.
"Ini sudah saya tuliskan resep vitamin dan ini hasil USGnya ya," ucapku sambil menyerahkan hasil USG dan kertas resep pada Mayang.
"Ada yang ditanyakan atau ada keluhan lain?" tanyaku. Mayang menggeleng.
"Baik, silakan kontrol sebulan lagi atau sewaktu-waktu bila ada keluhan." ujarku.
Mayang pun meninggalkan ruang periksa. Kini tinggallah aku dan asistenku di ruangan. Lebih tepatnya asisten dokter Elan.
"Mbak, pasiennya sudah habis? " tanyaku.
"Sudah dokter, " jawab asisten dokter Elan seraya tersenyum.
"Kalau begitu saya ke klinik Bunda dulu mbak, ada jadwal SC (operasi) di sana," kataku seraya bergegas meninggalkan ruang periksa sambil melihat arloji yang melingkar di tangan.
Aku harus bergegas ke klinikku yang berjarak sekitar satu jam dari rumah sakit dokter Elan. Karena sudah ada jadwal dengan pasien.
Saat berada di koridor rumah sakit, tiba-tiba ponselku berbunyi. Aku segera mengambil ponsel di saku rok spanku.
Ternyata dari dokter Elan.
"Assalamualaikum dokter Kemala, makasih banyak sudah menggantikan tugas saya, maaf pemberitahuannya mendadak, karena acara keluarga di luar kota ini juga mendadak," sapa dokter Elan.
"Waalaikumsalam, iya dokter, gak apa-apa, saya sedang buru-buru, ada jadwal operasi di klinik saya, saya tutup dulu ya teleponnya, jangan lupa oleh-olehnya," Selorohku.
"Hahaha, oke ," sahut dokter Elan sambil menutup sambungan telepon.
Saat melewati apotik, aku melihat Mayang sedang mengantri resep. Di sampingnya, aku melihat seorang laki-laki yang sangat kukenal.
Laki-laki itu, mas Bramku! Sedang apa mas Bram bersama Mayang, setahuku mas Bram tidak punya saudara perempuan.
Tunggu, kenapa mereka mesra sekali. Bahkan mas Bram mengelus-elus pundak Mayang dan mencium perutnya yang masih datar. Hatiku sakit terasa seperti diremas-remas.
Jangan-jangan...
Aku bergegas menghampiri Mayang. Tampak mas Bram melotot melihatku mendekat.
"Bu Mayang, ini suaminya?" Aku menembak langsung dengan pertanyaan agar tepat sasaran.
"Oh, bu dokter, iya nih, ini suami saya, tadi ke kamar mandi lama sekali, jadi tidak bisa ikut melihat hasil USG saya," sahut Mayang riang.
Aku memandang tajam pada mas Bram. Aku sangat geram dan tanganku mengepal. Sebenarnya aku ingin menjambak dan mencakar lelaki seperti suamiku ini. Padahal kami sudah menikah selama 6 tahun. Kenapa dia tega mengkhianatiku.
Wajah mas Bram pun sekarang terlihat sangat pucat. Tapi dia tidak bersuara sedikitpun. Dasar pengecut !
Apa yang membuat mas Bram tega menduakan aku. Tak kusangka film drama korea yang pernah kutonton kini menjadi kisah hidupku.
Aku memandang Mayang dengan tajam. "Bu Mayang, sepertinya ibu harus bertanya ulang pada suami ibu, apakah ibu merupakan istri satu-satunya mas Bram? Karena saya juga istri sahnya yang telah menikah selama 6 tahun dengan suami ibu!" tukasku.
Mayang tampak terkejut dan membelalakkan matanya. Mas Bram tampak melihat ke arah Mayang,
" Sayang, aku bisa menjelaskan semuanya.., aku..,"
Semua orang di sekitar apotik mulai memandangi kami. Bahkan beberapa dari mereka mengarahkan ponselnya.
Sebelum mas Bram menyelesaikan kalimatnya, mendadak hatiku berdebar kencang dan pandanganku menggelap. Kemudian aku....
Next?Janganlah membuat wanita yang kamu cintai menangis. Karena akan sangat menyakitkan bila ada pria lain yang membantu menghapus air matanya.**Sebelum mas Bram menyelesaikan kalimatnya, mendadak hatiku berdebar kencang dan pandanganku menggelap. Kemudian aku segera berpegangan pada meja apotik.Sesaat tidak percaya bahwa mas Bram telah menduakanku. Untung saja dokter Elan memintaku menggantikan tugasnya sehari untuk menangani pasien di rumah sakitnya, sehingga aku bisa bertemu walaupun tidak sengaja dengan Mayang.Aku segera duduk di kursi tunggu apotik di belakangku. Meninggalkan mas Bram dan Mayang yang tengah berdiri dan mengantri obat.Aku tak lagi bisa melihat pembicaraan mereka. Bahkan suara yang ditangkap telingaku kini samar-samar.Dengan bersandar pada kursi, aku segera membuka tas selempangku dan mengambil minyak kayu putih dari dalamnya. Kuoleskan pada dahi, hidung dan leher.Setelah menarik nafas panjang dan meng
Flash back On :Malam ini aku sedang makan bersama dengan mami dan adik lelakiku satu-satunya, Ryan.Tiba-tiba mami bertanya padaku, " Bram, kamu kan sudah umur 28 tahun, sudah memegang perusahaan warisan papi pula, apa kamu tidak ingin menikah?" tanya mami."Mami pingin segera menimang cucu," sambungnya lagi.Aku memotong daging yang ada di piringku sambil melirik ke arah mami dan Ryan bergantian. Ryan tampak asyik dengan makanannya dan tidak peduli dengan obrolan kami."Bram belum kepikiran Mi, enak sendiri dulu, punya cewek apalagi istri itu ngeribetin, apalagi kalau sifatnya menye-menye dan manja, pasti bikin kesel, Bram ingin cari uang agar bisa buat mami seneng dan menguliahkan Ryan sampai wisuda." tukasku.Mami cemberut."Mami cuma nggak ingin usia yang semakin tua membuatmu nanti susah dapat keturunan, Bram," tukas mami."Mam
Flash back On :Dengan tenang, profesor Wijaya memandang wajah kami bergantian, kemudian berkata, " Jadi, hasil USG memperlihatkan bahwa uterus (rahim) Kemala normal semua, tidak ada masalah dalam uterusmu, seharusnya kamu tahu sejak dulu kan, di awal perkuliahan, pasti kamu dan teman-temanmu yang lain saling praktik alat USG," sahut profesor Wijaya.Kemala tersenyum malu mendengar perkataan profesor Wijaya. Sementara aku tersenyum kecut. Kalau Kemala hasil pemeriksaan USGnya normal, berarti apa kesuburanku yang bermasalah. Batinku."Saran saya, makan bergizi dan jangan terlalu capek, jangan stres dan olahraga teratur, untuk pak Bram bisa tes kesuburan sperm* dan kalau perlu kalian tes TORCH ya," sahut profesor Wijaya sambil menuliskan vitamin ke lembar resep.Aku dan Kemala mengangguk lalu berpamitan pada profesor Wijaya.Untung tadi sebelum masuk ke ruangan profesor Wijaya, aku dan Kemal
Rumah tangga tidak hanya dibangun dari batu bata saja, tetapi dari cinta, kasih sayang, saling membantu dan menghargai. - Kemala Sarasvati-***Flash back On :Tiba-tiba terdengar suara dari arah belakangku, " Apa? jadi yang mandul itu Bram?"Aku dan Kemala menoleh serempak ke asal suara, " Mami?!"Terlihat mami membawa rantang makanan dan diikuti oleh Ryan."Tadi sepulang dari kalimantan, Ryan minta makan malam di sini, tapi pas kesini cuma ada bi Sumi saja, ternyata kalian sedang membicarakan masalah keturunan, jadi gimana sebenarnya? apa benar Bram mandul?" mami memberondong dengan pertanyaan.Kemala berdiri. " Ayo ngobrol di meja makan saja Mi, biar lebih enak sama makan malam, " ajaknya.Akhirnya aku, Kemala, Mami dan Ryan duduk mengelilingi meja makan. Bi Sumi mengeluarkan rendang dan ayam betutu bawaan mami.
Sesempurna apapun pasanganmu, kalau kamu tidak pandai bersyukur, pasti kamu akan melirik yang lainnya. - Kemala Sarasvati-***Flash Back On :Tiba-tiba terdengar suara dari belakang, "Tunggu dulu...,"P-pak Pramono?" aku terkejut dengan kehadiran pak Pramono secara tiba-tiba."Pak Bram, saya tidak menyangka kamu melakukan hal yang memalukan dengan keponakan saya, dan kamu Mayang, barusaja papa kamu meninggal, sudah berbuat seperti ini.Paman tidak mau tahu, sekarang juga kalian harus menikah, siri dulu tidak apa-apa," lanjut pak Pramono.Aku tersentak. Aku memang telah tergoda oleh Mayang, tapi aku tidak menyangka akan dinikahkan secepat ini.******Satu bulan setelah menikahi Mayang secara siri, Mayang memintaku segera menikahinya secara resmi.Tentu saja aku belum berani, karena aku su
Hari ini bukan raga yang dikuasai oleh lelah, Sesak menggedor-gedor mata sehingga meneteskan airnya. Membuat jiwa seakan digerogoti oleh penat dan sesal. -Kemala Sarasvati-***Bram dan Ryan sampai di depan rumah Kemala. Meski berdebar, dia melangkahkan kaki juga memasuki ruang tamu.Seketika semua mata yang ada di ruangan tersebut memandang tajam ke arah dirinya yang baru sampai di ambang pintu."Duduk Bram !" terdengar suara berwibawa papa Kemala.Bram segera berjalan menuju sofa berwarna abu-abu di ruang tamunya diikuti oleh Ryan.Begitu Bram dan Ryan sudah duduk, papa Kemala berkata sambil mengulurkan ponsel, " Jelaskan Bram, apa yang terjadi,"Bram menerima ponsel dari papa dan memandanginya. Tampak video di apotik rumah sakit Mitra Sehat yang tadi sudah dilihatnya.Bram menarik nafas panjang. Jadi memang dia h
Cinta itu ibarat pasir pantai. Kalau kau menggenggamnya terlalu erat, dia akan pergi dari sela-sela jarimu. Tapi kalau kau tidak menggenggamnya dia akan terbang, terbawa angin. ***"Kamu tahu Mas, usia kandungan Mayang menurut USG sudah 13 minggu atau 3 bulan lebih? Berarti lebih dulu hamil daripada nikahkan? " Kemala bertanya retoris.Bram terpana mendengar perkataan Kemala. " Benarkah? kamu jangan bercanda!"Kemala mendelik."Apa aku terlihat bercanda? kami tenaga medis sudah disumpah profesi untuk tidak pernah berbohong ataupun menyembunyikan kebenaran terkait dengan kondisi pasien, apalagi mas kan suaminya Mayang, mas berhak mengetahui kondisi istri KEDUA mas, " Sahut Kemala tersenyum walau ada ribuan jarum yang seolah menusuk hatinya saat dia berkata bahwa Mayang adalah istri Bram.Bram tersenyum miring. "Atau kamu salah mendiagnosa?" tuduhnya.
Hati itu hanya satu, karena itu akan sangat sulit jika ada dua nama yang tertulis di dalamnya - Kemala Sarasvati -***"Dari Ryan?" gumamku tak percaya. Dia memang sering bertanya tentang aktifitasku dan aku pun membalas pesannya.Karena kupikir tidak aneh jika ada seorang adik ipar yang bertanya tentang aktifitas kakak iparnya. Dan tidak ada pertanyaan lain setelah itu.Lagipula Ryan memwhatsapp juga tidak setiap hari.Tapi sekarang, kok aneh whatsapp Ryan padaku.Dulu pernah kuberitahukan pada mas Bram bahwa adiknya beberapa kali pernah menanyakan apa yang sedang kulakukan, tapi mas Bram menanggapinya dengan biasa saja."Mungkin itu caranya agar akrab dengan saudara iparnya, Mala," itu jawaban mas Bram.Maka akupun dengan senang hati membalas pesan Ryan dan balik bertanya dia sedang apa.