Share

Langsung Viral

Janganlah membuat wanita yang kamu cintai menangis. Karena akan sangat menyakitkan bila ada pria lain yang membantu menghapus air matanya.

**

Sebelum mas Bram menyelesaikan kalimatnya, mendadak hatiku berdebar kencang dan pandanganku menggelap. Kemudian aku segera berpegangan pada meja apotik.

Sesaat tidak percaya bahwa mas Bram telah menduakanku. Untung saja dokter Elan memintaku menggantikan tugasnya sehari untuk menangani pasien di rumah sakitnya, sehingga aku bisa bertemu walaupun tidak sengaja dengan Mayang.

Aku segera duduk di kursi tunggu apotik   di belakangku. Meninggalkan mas Bram dan Mayang yang tengah berdiri dan mengantri obat.

Aku tak lagi bisa melihat pembicaraan mereka. Bahkan suara yang ditangkap telingaku kini samar-samar.

Dengan bersandar pada kursi, aku segera membuka tas selempangku dan mengambil minyak kayu putih dari dalamnya. Kuoleskan pada dahi, hidung dan leher. 

Setelah menarik nafas panjang dan mengerjap-ngerjapkan mata, aku merasa pandanganku mulai jelas lagi.   Aku baru ingat kalau belum sarapan, dan sekarang sudah masuk waktu dhuhur. 

Ditambah dengan kejadian yang mengguncangkan jiwaku barusan, jelas membuatku oleng. Aku tidak boleh lemah. Aku harus kuat. Tidak boleh terbawa perasaan. Ada pasien yang menungguku di klinik.

Asisten dokter Elan yang tadi seruangan denganku mendekat sambil membawa secangkir teh.

"Dokter tidak apa-apa?" tanyanya setelah duduk di dekatku.

"Saya nggak apa-apa mbak," jawabku seraya tersenyum.

"Dokter wajahnya pucat sekali, saya bawakan teh hangat, coba diminum dulu," tawarnya seraya menyodorkan cangkir tehnya padaku.

"Terimakasih, " aku berusaha mengulas senyum sambil meraih cangkir teh di hadapanku.

Kuedarkan pandanganku ke sekitar apotik, ternyata mas Bram dan Mayang sudah tidak nampak. Miris sekali, saat aku oleng dan hendak pingsan, mas Bram tidak mempedulikan aku. Ah, peduli amat. Kalau pulang ke rumah nanti, aku akan bicara dengannya.

Kulirik juga beberapa pengunjung di rumah sakit mungil milik Elan ini sambil menyesap teh manis.

"Semua orang sudah tidak memandangiku lagi, mereka sudah sibuk dengan ponsel masing-masing. Hm, baguslah, aku tidak mau nanti viral." Batinku.

Tak terasa teh pemberian asisten dokter Elan sudah habis. Aku memberikan cangkir kosong padanya. 

"Terimakasih, Mbak," ucapku.

"Sama-sama dokter, sebenarnya saya tadi mengejar dokter Kemala karena cardigan dokter tertinggal di ruang periksa, malah saya melihat dokter ada masalah dan tampak oleng, jadi saya segera ke kantin untuk meminta teh hangat," sahutnya.

"Makasih Mbak, saya harus balik ke klinik saya dulu, ada pasien placenta previa (posisi ari-ari menghalangi jalan lahir) yang harus saya operasi, " pamitku seraya beranjak berdiri dan menyampirkan cardigan di lenganku.

"Iya dokter, hati-hati," sahut asisten 

dokter Elan.

Aku segera berjalan ke parkiran dan

masuk ke dalam mobilku. Sesaat aku terdiam di belakang kemudi mobil.

Tiba-tiba terdengar notifikasi w******p pada ponselku. Segera kuraih ponsel dari saku rok dan melihat layarnya.

[Kemala, kita nanti harus bicara] Pesan singkat dari mas Bram membuat hatiku seakan tercubit. 

Aku tahu pasti penyebab mas Bram nikah lagi. Namun yang kusayangkan, dia bahkan tidak pernah membicarakan hal itu sebelumnya padaku. Memperlihatkan gelagat aneh sajapun tidak. 

Memang dari awal menikah, kami sering berjauhan, aku menyelesaikan pendidikan dokter spesialisku di luar kota, sedangkan mas Bram pun sering keluar kota untuk bertemu dengan investor dan developer agar perusahaan properti miliknya semakin maju. Sehingga aku tidak dapat mengendus perselingkuhan suamiku.

Kutahan segala tangis yang hendak keluar dari mataku. "Tidak, aku tidak boleh menangisi lelaki yang sudah mencampakkanku, aku harus kuat dan bisa membuktikan bahwa aku pun bisa hidup tanpa dirinya." Tekadku.

Tanpa perlu membalas w******p mas Bram, kumatikan ponselku dan kusimpan dalam saku. Lalu melajukan mobilku meninggalkan rumah sakit milik Elan.

Satu jam kemudian, aku telah sampai di klinik mungil milikku, aku segera menuju ruang operasi. Ternyata pasien dan semua peralatannya sudah siap.

Aku segera melakukan tindakan operasi. Bersikap profesional adalah lebih utama daripada menangis menye-menye saat ini. Karena ada 2 nyawa yang harus kuselamatkan.

Setelah operasi, perutku lapar tidak tertahan. Sebenarnya aku tidak selera makan setelah apa yang aku alami. Tapi aku harus tetap makan, agar asam lambungku tidak naik. Maka aku segera melangkahkan kakiku menuju kantin satu-satunya di dalam klinikku.

Saat semangkuk soto ayamku hampir habis, aku dikejutkan oleh 2 orang perawat ruang operasi yang menghampiriku.

"Dokter Kemala, maaf mengganggu, apa benar berita yang ada di sosial media tentang dokter?" tanya Mira, salah seorang dari perawat ruang operasi setelah duduk di dekatku.

Aku dan para karyawanku cukup dekat. Selisih umur kami yang tidak terlalu jauh, membuat kami seperti saudara. Selalu mengkomunikasikan jika ada masalah terkait dengan pekerjaan atau masalah lainnya.

" Maksudnya mbak? " tanyaku sambil menyuap nasi terakhir yang ada di mangkuk.

Mira dan temannya, Ratna saling berpandangan, lalu Mira mengulurkan ponsel yang tadi digenggamnya.

"Ini dokter, silahkan lihat sendiri," tukas Mira.

Aku menerima ponsel dari Mira. Seketika hatiku berdegup kencang. 

Ribuan akun yang menshare dan mengcopas video tentang aku dan mas Bram di rumah sakit milik Elan tadi. Entah siapa yang pertama kali posting berita ini. Sepertinya lebih dari satu akun yang mengupload secara bersamaan.

Aku sangat heran, begitu cepat berita perselingkuhan ini menyebar.

Bahkan judulnya sangat provokatif. "Drakor asli dari Indonesia, seorang dokter cantik yang diselingkuhi oleh suaminya."

Untung akun tersebut tidak menyebutkan nama rumah sakit Elan. Aku menscroll sampai kolom komentar. Para netizen mulai penasaran jati diriku, Mayang, dan mas Bram. Para netizen rata-rata mengolok-olok mas Bram dan Mayang. 

Dan membelaku serta menyemangatiku. Bahkan para netizen berkomentar dengan tagar save dokter cantik. Mereka juga penasaran dimana aku bekerja. 

Kukembalikan ponsel Mira seraya berkata, " Tolong jangan bahas hal ini dulu ya Mir, saya juga masih kaget,"

Mira menerima ponselnya kemudian pamit dari hadapanku.

Kini tinggallah aku di kantin seorang diri, karena kebetulan kantin masih sepi.

Merogoh ponsel yang ada di saku rok dan kuhidupkan. Ternyata banyak pesan dari aplikasi hijau dan aplikasi biru masuk ke ponselku. Bahkan puluhan misscalled dari mama papaku, mertua dan mas Bram.

Kubuka pesan dari mas Bram.

[Lihat perbuatan bar-bar kamu yang melabrak kami di rumah sakit, sekarang banyak inbok dari orang tak dikenal meneror aku dan Mayang, dasar tidak tahu malu, pulang sekarang karena mama papamu dan mamiku sudah datang ke rumah untuk konfirmasi]

Aku menggeleng-gelengkan kepala dan tersenyum miring.

Yang tidak tahu malu itu aku atau kamu Mas !!!

Next? 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
dasar PECUNDANG
goodnovel comment avatar
Dicky Kusyanto
mantaf kayak drama koea
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status