Share

pov Bram (Lebih Memilih Mayang)

Sesempurna apapun pasanganmu, kalau kamu tidak pandai bersyukur, pasti kamu akan melirik yang lainnya.

  - Kemala Sarasvati-

***

Flash Back On :

Tiba-tiba terdengar suara dari belakang, "Tunggu dulu...,

"P-pak Pramono?" aku terkejut dengan kehadiran pak Pramono secara tiba-tiba.

"Pak Bram, saya tidak menyangka kamu melakukan hal yang memalukan dengan keponakan saya, dan kamu Mayang, barusaja papa kamu meninggal, sudah berbuat seperti ini.

Paman tidak mau tahu, sekarang juga kalian harus menikah, siri dulu tidak apa-apa," lanjut pak Pramono.

Aku tersentak. Aku memang telah tergoda oleh Mayang, tapi aku tidak menyangka akan dinikahkan secepat ini.

******

Satu bulan setelah menikahi Mayang secara siri, Mayang memintaku segera menikahinya secara resmi.

Tentu saja aku belum berani, karena aku sudah mempunyai Kemala. Dan aku belum jujur pada Mayang bahwa dia adalah istri keduaku karena khawatir pamannya akan membatalkan kerja samanya denganku.

Aku berbohong belum bisa mengadakan resepsi karena masih terlalu banyak pekerjaan dan posisi mami yang sedang berada di luar negeri.

Hanya adikku Ryan saja yang mengetahui tentang Mayang. Tentu saja setelah kuwanti-wanti agar tidak memberitahu mami.

Dan untuk membuat Mayang tidak kecewa, aku membelikannya hunian minimalis yang berjarak 1 jam dari rumahku dengan Kemala. Sedangkan rumah warisan orang tua Mayang, kami sepakat untuk mengontrakkannya.

Dan berbagai hadiah yang mahal-mahal juga kuberikan agar Mayang lupa dengan pesta resepsinya.

Kini aku harus pandai mengatur waktu sedemikan rupa agar Mayang maupun Kemala tidak mencurigai kelakuanku. Saat aku pamit pada Kemala untuk bisnis keluar kota 3 hari, aku kerumah Mayang sehari, dua hari kemudian untuk keperluan bisnis. Begitupun sebaliknya.

Mungkin aku serakah, sudah memiliki Mayang, masih tidak melepas Kemala. Tapi begitulah aku, mempertahankan Kemala agar tetap mempunyai istri cerdas, mandiri dan tidak menye-menye serta tidak sok ngatur.

Jika ingin berdiskusi masalah pekerjaan, Kemala walaupun walaupun seorang dokter, dia bisa mengimbangi dengan sarannya.

Dan mempertahankan Mayang, karena tentu saja daun muda itu lebih menggairahkan daripada Kemala.

Tak sampai dua bulan setelah aku menikahi Mayang, aku sering melihat Mayang mual dan muntah serta terlihat lemas.

Seperti saat ini setelah sarapan, aku melihatnya muntah-muntah.

Aku mengelus rambutnya dan bertanya, " Kamu sudah lama mual-mual seperti ini?" tanyaku berdebar.

Mayang mengangguk.

"Tunggu ! tunggu di sini sebentar, "

Aku jadi teringat Kemala dulu pernah mengatakan bahwa orang yang hamil biasanya mual dan muntah.

Jangan-jangan Mayang...,

Aku bergegas berlari menyambar kunci mobil dan melajukan mobilku ke apotik terdekat. Langsung kubeli sekaligus 3 testpack aneka merk.

Setiba di rumah, aku segera menyuruh Mayang menggunakan test pack tersebut.

Aku menunggu dengan berdebar di luar  kamar mandi. Dan begitu Mayang keluar dari kamar mandi, dia memberikan testpacknya padaku.

Tampak garis dua warna merah. Hatiku langsung bersorak riang. Aku spontan memeluk Mayang.

Akhirnya aku punya anak walaupun bukan dari rahim Kemala. Mungkinkah dokter salah mendiagnosa, sebenarnya yang bermasalah bukan aku, tapi Kemala?

Aku segera meraih ponsel dan melakukan video call dengan Ryan.

"Halo Yan, aku mau jadi papa, Mayang hamil !" seruku.

"Wah, selamat Mas, udah dites kah?" tanya Ryan.

"Udah, nih hasilnya positif," seruku seraya memperlihatkan testpack Mayang.

"Kalau gitu USG aja biar tahu debaynya sehat atau gak," usul Ryan.

"Hm, boleh juga, di rumah sakit dekat sini aja biar aman gak ketahuan Kemala," sahutku.

"Saranku sih RSIA Mitra Sehat, denger-denger dokternya bule dan ramah banget kalau mau konsultasi," kata Ryan.

"Oke, aku siap-siap dulu," tukasku seraya mematikan sambungan telepon.

"Sayang, ayo periksa ke dokter kandungan deket sini aja kok, " ajakku pada Mayang.

Mayang menggangguk. Tanpa mengganti bajunya yang memang selalu modis saat di rumah, kami pergi ke rumah sakit seperti saran Ryan.

Sesampainya di rumah sakit, kami langsung mengambil antrian. Entah kenapa tiba-tiba perutku sakit melilit, seperti hendak buang air besar.

Aku meminta ijin pada Mayang dan  bergegas ke kamar mandi rumah sakit.

Entah berapa lama aku di kamar mandi, ketika aku sedang cuci tangan setelah buang air besar, tiba-tiba terdengar dering telepon ke ponselku.

Ternyata dari Mayang yang mengabarkan kalau dia sudah selesai diperiksa dokter dan kini sedang berada di apotik, aku segera bergegas kesana.

Tiba-tiba aku melihat Kemala mendekati kami. Aku sampai melotot tidak mempercayai penglihatanku sendiri.

"Kemala, bagaimana mungkin dia bisa praktek di sini? bukankah di sini dokter kandungannya bule? " batinku bergemuruh.

Haduh, bisa perang dunia ketiga nih.

"Bu Mayang, ini suaminya?" tanya Kemala setelah dekat dengan Mayang dan aku.

"Oh, bu dokter, iya nih, ini suami saya, tadi ke kamar mandi lama sekali, jadi tidak bisa ikut melihat hasil USG saya," sahut Mayang riang.

Kemala memandang tajam padaku. Mati aku. Aku seakan membeku. Dan jantungku berdebar kencang. Entahlah sepucat apa wajahku kini. Aku sampai tidak bisa berkata sepatah katapun.

Kemala memandang Mayang dengan tajam. "Bu Mayang, sepertinya ibu harus bertanya ulang pada suami ibu, apakah ibu merupakan istri satu-satunya mas Bram? Karena saya juga istri sahnya yang telah menikah selama 6 tahun dengan suami ibu!" ujar Kemala agak keras.

Mayang tampak terkejut dan membelalakkan matanya.

Aku melihat ke arah Mayang dan berkata," Sayang, aku bisa menjelaskan semuanya, aku akan menceritakan hal yang lengkap, tapi di rumah saja ya," pintaku memelas saat menyadari beberapa orang mulai mengarahkan ponselnya pada kami.

Tiba-tiba kulihat Kemala oleng dan memegangi kepalanya. Tapi tentu saja aku lebih mengutamakan Mayang. Dia kan sedang hamil anakku.

Aku bergegas membimbing Mayang keluar dari rumah sakit menuju ke mobilku serta bersiap menceritakan segalanya.

Sesampainya di rumah, kuceritakan secara singkat pada Mayang tentang Kemala yang tidak kunjung hamil dan diagnosa dokter tentang hasil lab sperm* ku.

Tapi ternyata dokter pun juga bisa salah, aku yang sudah 6 tahun menikah dengan Kemala belum bisa mempunyai keturunan, malah belum genap 2 bulan menikah lagi, Mayang sudah hamil.

Mayang menangis dan memintaku memilih diantara dia atau Kemala.

Dengan konsekuensi jika aku memilih Kemala berarti aku akan kehilangan anak Mayang dan kontrak kerja sama dengan pamannya.

Tentu saja aku memilih Mayang yang telah mengandung anakku. Akan kutalak Kemala nanti malam setelah pulang kerja agar urusannya semakin mudah.

Setelah Mayang sedikit tenang, aku meminta mbok Yem dan Roni, supir pribadi keluarga kami untuk menemani Mayang berbelanja ke mall.

Biasanya sih cewek kalau lagi bete kan sukanya belanja. Siapa tahu setelah belanja, mood Mayang bisa membaik.

Sedangkan aku segera menuju kantor setelah Mayang berangkat ke mall.

Di sepanjang koridor kantor, entah perasaanku saja atau memang benar adanya bahwa beberapa staff yang kutemui berbisik-bisik sambil menunjuk mukaku.

Beberapa lagi dari mereka memegang ponsel dan memandangiku sambil tersenyum aneh.

Ah, masa bodohlah, ada apa juga dengan wajahku sampai mereka memperhatikanku begitu rupa.

Baru saja aku duduk di kursi ruanganku, tiba-tiba terdengar beberapa notifikas ponsel masuk.

Segera aku meraih ponselku dan membacanya, rupanya dari aplikasi biru.

Betapa terkejutnya aku saat beberapa akun menshare bahkan mentagg namaku.

Bahkan judulnya pun bikin gemes. Drakor asli dari Indonesia, seorang dokter cantik yang diselingkuhi oleh suaminya

Rata-rata netizen bernada menyalahkanku dan Mayang di kolom komentar.

"Laki nggak punya rasa syukur, harusnya potong anu-nya sampai habis,"

"Cantikan istri asli dong, tagar save dokter cantik,"

"Murahan banget sih, maunya sama bekas orang,"

Bahkan beberapa inbok yang kubuka berisi komentar pedas yang memanggil nama anggota kebun binatang.

"Oh Tuhan, " aku mengusap wajah kasar.

Tak lama kemudian, panggilan masuk berbunyi, dari Mayang.

"Mas, hiks..., hiks, saat belanja di mall, aku dilabrak ibu-ibu, ternyata ada yang memvideokan kita di rumah sakit tadi, aku harus gimana," suara Mayang menangis tersedu-sedu.

Aku mengepalkan tangan di atas meja.

"Ke rumah Kemala sekarang, aku share loct ya, kira-kira sejam jaraknya, minta tolong Roni dan mbok Sum menemani,

jangan menangis sayang, kamu akan kukenalkan mamiku, selama ini aku berbohong, mamiku tidak tinggal di luar negeri, tapi di kota ini," Sahutku seraya menyugar rambut.

"Oke Mas, " sahut Mayang lalu menutup sambungan teleponnya.

"Mas, " tiba-tiba Ryan masuk ke dalam ruanganku.

"Sudah lihat video viral hari ini Mas?" tanya Ryan panik sambil menggenggam ponselnya.

Aku mengangguk.

"Ya sudah apa boleh buat, kalau aku harus memilih, aku akan memilih Mayang dong, dia kan sedang hamil anakku," tukasku.

"Kalau gitu Mas akan menceraikan mbak Kemala?" tanya Ryan.

Aku mengangguk. "Tapi aku heran deh, Kemala kan nggak dines disitu, dia udah punya klinik sendiri. Kenapa tiba-tiba dia praktek di situ? " aku bertanya pada Ryan.

Ryan hanya mengangkat bahu.

Tiba-tiba terdengar notifikasi dari ponselku lagi, ternyata w******p dari mama mertua dan mami. Segera kubuka pesan tersebut satu persatu.

[Mami ke rumah kamu sekarang. Kamu harus menceritakan apa yang sedang terjadi dengan rumah tangga kamu]

[Mama tunggu di rumah mu ya Nak, mama dapat kiriman video tentang kamu dan Kemala]

Aku menelan ludah. Akhirnya aku ketahuan dan viral pula.

"Yan, ikut aku kerumah Kemala, mungkin aku akan mentalaknya hari ini biar semua jelas." Ajakku pada Ryan.

Kemudian aku dan Ryan bergegas menuju rumah Kemala.

Next?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status