Share

Author POV (Talak untuk Kemala)

Cinta itu ibarat pasir pantai. Kalau kau menggenggamnya terlalu erat, dia akan pergi dari sela-sela jarimu. Tapi kalau kau tidak menggenggamnya dia akan terbang, terbawa angin.

  ***

"Kamu tahu Mas, usia kandungan Mayang menurut USG sudah 13 minggu atau 3 bulan lebih? Berarti lebih dulu hamil daripada nikahkan? " Kemala bertanya retoris.

Bram terpana mendengar perkataan Kemala. " Benarkah? kamu jangan bercanda!"

Kemala mendelik.

"Apa aku terlihat bercanda? kami tenaga medis sudah disumpah profesi untuk tidak pernah berbohong ataupun menyembunyikan kebenaran terkait dengan kondisi pasien, apalagi mas kan suaminya Mayang, mas berhak mengetahui kondisi istri KEDUA mas, " Sahut Kemala tersenyum walau ada ribuan jarum yang seolah menusuk hatinya saat dia berkata bahwa Mayang adalah istri Bram.

Bram tersenyum miring. "Atau kamu salah mendiagnosa?" tuduhnya.

Kemala memandang Bram pilu, "Aku menjadi dokter kandungan nggak sebulan dua bulan ya Mas! Sudah 2 tahun lebih, dengan total kuliah 10 tahun.

Puluhan bahkan ratusan pasien kulayani, dan aku benar-benar memakai ilmuku saat bekerja, jangan menghinaku," tukas Kemala sengit.

Semua yang ada di ruang tamu ikut tegang melihat sepasang suami istri itu adu mulut.

"Emang tadi Mas gak ikut masuk saat mbak Mayang diperiksa oleh mbak Kemala?" Sela Ryan.

Bram menggeleng. " Tidak, tadi sesampai di rumah sakit, perutku mendadak mulas, jadi tidak ikut menemani Mayang," jawab Bram.

"Jadi, kamu sudah tahu soal Mayang?" Kemala beralih pada Ryan.

Ryan menjadi salah tingkah.

"Uhm, jadi...,"

"Menurut papa, dari pada membicarakan hal yang sudah terjadi, gimana kalau sekarang kalian putuskan masa depan rumah tangga kalian," papa  Kemala memotong jawaban Ryan. 

Kemala menghela nafas. " Bram sudah mengkhianati Kemala Pa, Kemala tidak ingin memberikan kesempatan lagi.

Sekali berselingkuh, biasanya akan terulang lagi, walaupun mas Bram ada kemungkinan memilih Kemala, Kemala tetap ingin berpisah dari mas Bram, apalagi kalau ternyata mas Bram lebih memilih Mayang yang sedang hamil entah anak siapa, Kemala jelas tidak ada alasan untuk bertahan ," Ujar Kemala.

Di dalam kamus hidupnya memang tidak ada kata dimadu dan tidak ada kata melupakan untuk pengkhianatan. Memaafkan mungkin bisa, tapi melupakan kesalahan perselingkuhan, oh, tidak semudah itu Fergusso !

"Apapun keputusanmu, mami akan mendukungmu Kemala," sahut mami Bram pasrah.

Maminya Bram memang merasa anaknya sudah keterlaluan dan merasa sangat bersalah pada menantu serta besannya itu.

Bram terhenyak. Keputusan Kemala tidak bisa ditawar lagi.

"Kamu akan menyesal Kemala," Bram berkata lirih namun cukup terdengar di telinga semua orang yang ada di sana.

"Aku tidak salah dengar? kemungkinan kamu yang akan menyesal Mas, karena aku yakin anak Mayang bukan anakmu. Sebaiknya kamu memastikannya sekali lagi dengan USG dan kamu harus menunggui Mayang di dalam ruang periksa," tukas Kemala tenang.

Telinga Bram memerah. Dia tidak begitu saja mempercayai perkataan Kemala. Kliennya, pak Pramono, merupakan seseorang yang terkenal baik. Mana mungkin dia membiarkan keponakannya sendiri menipu tentang kehamilannya.

"Tidak perlu mengajariku Kemala, aku lebih tahu tentang rumah tanggaku dengan Mayang," tukas Bram.

Kemala tersenyum kecut. Bram benar-benar telah dibutakan oleh daun muda itu.

"Kalau begitu, silakan talak aku Mas dan urus perpisahan kita, aku sudah tidak ingin berbasa-basi lagi," kata Kemala tegas.

Kemala lebih memilih menjadi janda daripada bersuami tapi dimadu.

Bram menarik nafas. Ini jelas keputusan berat. Tapi dia akan lebih memilih Mayang dan bayinya. Tapi entahlah, kenapa kata-kata Kemala soal bayi Mayang menganggu pikirannya. Apa sebaiknya dia mengajak Mayang untuk USG sekali lagi demi mengetahui usia anak dalam kandungan istri keduanya itu.

"Baiklah, Kemala Sarasvati, hari ini saya mentalakmu dan kamu bukan istriku lagi, semua yang ada di ruangan ini adalah saksinya." Kata Bram lirih.

Kemala tersenyum kecut. Jadi ini akhir rumah tangganya. Entah siapa yang salah di sini sampai jalan perpisahan yang harus diambil.

Semua yang ada di ruang tamu menarik nafas. Pasti tidak mudah bagi kedua pihak keluarga dengan perpisahan ini.

"Terimakasih Mas, sekarang hubungan kita jelas," kata Kemala menahan tangis yang ingin keluar dari matanya.

Luka karena dikhianati dan perasaan masih cinta bercampur aduk menjadi satu menimbulkan rasa yang tidak dapat dijelaskan.

"Rumah ini sebagai mas kawin dan klinik tempatmu bekerja aku berikan padamu, tidak perlu dikembalikan," ujar Bram menatap Kemala.

Kemala tersenyum. "Aku akan tinggal di sini sampai masa iddahku lewat sambil mencari rumah baru.

Dan setelah masa iddahku selesai, aku akan menjual rumah dan klinikku, hasilnya sebagian akan kuberikan pada panti asuhan dan sisanya akan kubelikan rumah baru. Aku tidak ingin tinggal di dalam rumah yang menyimpan bayang-bayangmu, Mas," sahut Kemala pelan.

Tapi terasa seperti ribuan belati yang menusuk hati Bram. Kemala bahkan tidak mau menerima mas kawinnya.

"Tapi itu kan hak kamu Kemala, " kata mami Bram. Merasa keberatan kalau mantan menantunya menjual rumah dan klinik yang telah dihadiahkan padanya.

"Biar saja Bu Ayu, Kemala berhak memutuskan hendak diapakan rumah ini dan kliniknya," sergah bu Fitri, mama Kemala.

"Saya cuma merasa nggak enak Bu, sudah ditinggal selingkuh oleh Bram, setelah pisah juga tidak mau memanfaatkan properti yang diberikan oleh Bram, " tukas bu Ayu.

"Gak apa-apa Bu, biarlah Kemala yang memutuskan, Kemala sudah besar, pasti tahu yang terbaik untuknya. Kita sebagai orang tua hanya bisa mendoakan saja," Papa Kemala menengahi.

"Baik, sekarang Kemala dan kamu sudah bukan suami istri menurut agama, lebih baik selama menunggu surat keputusan dari pengadilan, kalian tidak usah tinggal serumah dulu kalau kemungkinan untuk rujuk tidak ada," sambung papa Kemala lagi.

"Baiklah Pa, sekarang juga baju-baju Bram yang ada di kamar akan Bram bereskan," sahut Bram seraya berjalan kearah kamarnya.

Sesampai di kamar lantai dua yang pernah digunakannya memadu kasih dengan Kemala, Bram merenung.

Benarkah keputusan yang dia ambil. Apakah bayi yang dikandung Mayang bukan anaknya. Apakah dia bisa bertemu Kemala lagi.

Ah, entahlah, pengkhianatan telah telanjur dilakukannya dan kata talak telah terucapkan. Sekarang yang terpenting adalah membereskan pakaiannya dan segera pulang ke rumah Mayang untuk menanyakan anak siapa yang dikandungnya.

Bram pun mengambil koper besar miliknya yang biasanya digunakan untuk bebergian ke luar kota. Dimasukkannya semua bajunya ke dalam koper.

Setelah semua selesai, Bram menyeret kopernya menuruni tangga.

Dia bersalaman dengan semua yang ada di ruangan tersebut, dan saat tangannya terulur pada Kemala, dokter cantik berjilbab itu menangkupkan kedua tangannya di depan dada.

Bram menarik lagi tangannya yang terulur karena sadar mereka sudah terpisahkan oleh kata talak yang tadi sudah diucapkannya.

"Yan, ayo pulang," ajak Bram pada adiknya, Ryan.

Ryan segera mengikuti langkah kaki kakaknya.

Begitu Bram dan Ryan sudah tidak terlihat, mami pun pamit, dipeluknya mantan menantunya itu dan menangis terisak-isak di bahu Kemala.

"Maafkan mami Nak, mami gagal mendidik Bram menjadi lelaki yang berguna," ucap mami.

"Mami, sudahlah ini bukan salah mami, semua pasti ada hikmahnya," jawab Kemala mengusap punggung mami.

"Mami pulang dulu ya, kalau butuh apa-apa, silakan telepon Mami," kata mami sambil melepaskan pelukannya.

Kemala mengangguk dan tersenyum mesti batinnya perih. Dia tidak ingin memperlihatkannya di hadapan mantan mertua dan orang tuanya.

"Mama dan papa akan tinggal disini selama kamu mau sayang, " kata mama Kemala lembut setelah mami Bram pulang.

"Makasih Ma, kalau memang mama dan papa tidak ada kegiatan lain, Kemala akan sangat senang jika ditemani disini, " sahut Kemala.

"Maafkan papa ya, karena papa menjodohkan kamu dengan Bram, kamu jadi menderita," papa Kemala mengelus kepala putrinya.

Kemala menggeleng. "Enggak apa-apa Pa, semua ini sudah nasib Kemala, Kemala akan berusaha ikhlas dan kuat menghadapinya. " Sahut Kemala.

Tiba-tiba dari arah belakang, muncul mbok Sumi.

"Bu Kemala, maaf tadi secara tidak langsung saya mendengar tentang masalah bu Kemala dan pak Bram. Kalau rumah ini dijual, bagaimana dengan nasib saya dengan suami saya, kami ingin tetap bekerja dengan bu Kemala. " kata mbok Sumi.

Kemala tersenyum. " mbok  Sumi dan pak Hari bisa tetap bekerja ikut saya kalau memang mau dan kerasan," jawab Kemala.

"Saya dan suami saya tetap ingin bersama dengan bu Kemala," mbok Sumi menegaskan.

"Ya sudah mbok, Alhamdulillah kalau mbok kerasan bekerja dengan saya, tolong siapkan makan malam ya mbok, papa dan mama saya mau menginap disini," pinta Kemala.

"Oh baik Bu," mbok Sumi pum undur diri ke dapur.

"Ma, Pa, ayo istirahat ke kamar biasanya, Kemala mau mandi dulu, sudah gerah banget," tukas Kemala seraya menuju kamarnya sendiri.

Pak Pambudi dan bu Fitri pun beranjak ke kamar yang biasanya mereka tempati saat sedang berkunjung ke rumah puterinya itu.

Sesampai di kamar, Kemala memandangi foto pernikahannya dengan sendu. Setetes air mata jatuh tanpa aba-aba. Dengan segera Kemala menghapusnya.

Kemala langsung masuk ke dalam kamar mandi yang berada di dalam ruangan kamarnya, kemudian tanpa mengganti baju dia berdiri dengan punggung membelakangi tembok.

Dinyalakannya shower air hangat, kemudian duduk di lantai kamar sambil memeluk lutut dan diapun menangis sepuasnya di bawah guyuran airnya.

Sebenarnya Kemala merasa sangat rapuh dengan pengkhianatan yang telah dilakukan oleh Bram. Tapi dia berusaha kuat di depan pasien dan orangtuanya.

Saat sedang sendiri seperti ini, Kemala perlu menuntaskan kesedihan dan emosinya.

Biarlah menyatu dengan air mata dan air hangat yang sekarang mengguyur tubuhnya.

Biar semua kesedihan terlarut dan mengalir terbuang menuju tempat septic tank. Sama seperti bayangan Bram yang semoga segera lenyap dari hati dan pikiran Kemala.

Saat ini saja, Kemala berjanji pada dirinya sendiri bahwa hanya untuk saat ini saja air matanya yang berharga terbuang sia-sia.

Karena Kemala bertekad, dia tidak akan menangisi Bram setelah ini.

*******

Malamnya saat hendak beristirahat, bu Fitri menawarkan diri untuk menemani putrinya tidur.

"Maaf Ma, Kemala ingin tidur sendiri dulu, mungkin besok boleh deh mama temani, " tolak Kemala halus.

Bu Fitri mengangguk. Dia paham putrinya membutuhkan waktu untuk sendiri terlebih dahulu setelah terjadi peristiwa yang mengguncangkan jiwanya ini.

Kemala segera memasuki kamar tidurnya. Bayang-bayang Bram yang sedang memadu kasih serta janji manis Bram sebelum menikahinya terputar  lagi di kepalanya menyisakan sakit hati yang teramat sangat.

Seolah lupa akan janji dengan dirinya sendiri, setetes air mata meluncur lagi tanpa permisi di pipi pualamnya. Kali ini Kemala membiarkannya menderas membasahi piyama yang dikenakannya.

Saat Kemala hendak meraih tissue untuk menghapus air matanya, notifikasi w******p di ponselnya berbunyi.

Perlahan Kemala meraih ponsel, dan membuka pesannya.

[Selamat Tidur dokter Cantik]

Kemala terkejut menerima w******p dari......

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
memang Bram GOBLOOOOOOOOOOK perempuan desa yang masih PERAWAN pasti malu-malu tapi ini kan beda justru dia yang tuntun Bram sampai terjadi PERZINAHAN dasar JALANG mungkin juga kerjasama dengan Om nya yang pemilik tanah tunggu saja KARMA
goodnovel comment avatar
ArlanggaRamadhan
bagus ceritanya, cuma kenapa koin harus beli,
goodnovel comment avatar
Yanti Keke
hmmmm jk dah hamil duluan... brarti mayang dah g virgin donk.... bram mmg g bs bedain.... kn bs jd info jg .... it ankny or bkn...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status