Share

Bab 7 - Pengalihan

Haah..haah...

Nafas yang tersengal-sengal keluar dari mulut dua pria yang tersandar di tembok. Damian bersandar sambil terduduk, sedang Ryan masih berdiri di samping Damian walau ia juga ikut kelelahan. Mereka berdua berhenti di koridor remang, menguntungkan mereka untuk bersembunyi sementara. Sedang, orang-orang Behemoth masih mengejar mereka diluar sana.

Ryan menutup mulutnya, berbatuk karena berlari, fisiknya lemah. Dia menoleh pada Damian. “Apa yang membuat mereka mengejarmu?”

“Itu.. Aku mengikuti dua orang, aku mengikuti mereka sampai ke sebuah ruangan. Tapi, aku tertangkap basah oleh para kadal itu. Mereka jadi mengejarku.” Wajah Damian terlihat masih lelah.

Damian tersadar, “Ah, kau belum menjawab pertanyaanku, kenapa kau di sini?” desis Damian.

“Menyelamatkan Rin. Kami menyusun rencana, dan aku juga berperan sebagai hero disini.” jawab Ryan enteng, nadanya sedikit menyunggingkan diri.

“Apa? Hero?”

“Itu, kau tau? Orang yang menyelamatkan seseorang ketika dia dalam bahaya dan sebagainya. Hero.” ujar Ryan datar.

“Dari mana.. kau dapat kata-kata itu..?”

“Alan.”

“Kenapa kau mau mempercayai perkataan bocil itu!? Dia suka menipumu tahu!” Damian memekik. Entah kenapa dia kesal saat mendengar tuturan Ryan yang tiba-tiba sedikit ngawur, ternyata diajarkan bocah bernama Alan. Karena Alan memang orang yang suka menjail hanya untuk kesenangannya.

“Benarkah?”

Polos sekali kau ini, Damian mulai jengah.

Masih terbatuk, Ryan berujar, “Oh ya, selain itu, awalnya aku berniat menemuimu. Tapi kau sudah menemuiku dulu.”

“Itu karena kita tak sengaja bertabrakan. Jadi, bagaimana rencana kalian? Kenapa Rei dan Alan menampakkan diri mereka dengan mudah?” tanya Damian.

“Itu bagian dari rencana Alan.”

“Lalu, kenapa kau menemuiku?”

“Ini.” Ryan menunjukkan sebuah gulungan kertas, lalu membukanya. “Kita bisa mencari tempat dimana Rin ditahan. Struktur kastil ini rumit, sangat menguntungkan ketika seorang penyusup dibuat tersesat dan bisa saja ditemukan pemilik kastilnya. Itu karena dia bertindak ceroboh.” Damian merasa tersinggung.

Ryan melanjutkan, “Untuk itu, aku mengendap mencari peta ini. Dengan informasi Alan, aku mengikuti jalurnya. Sekarang, kita berdua fokus mencari ruangan Rin.”

Ryan berjongkok mengikuti tinggi Alan, dan mulai menduskusi.

“Dari mana kita tahu itu ruangannya?” tanya Damian.

“Kita cari saja ruangan yang sedikit berbeda, Alan bilang yang bertuliskan ini.” Ryan menunjuk di peta.

“T.ture?”

“Kau ada disini lebih lama kan? Setidaknya, kau memiliki informasi.”

“Tidak, aku hanya mendengar desus dari pengawal disini, aku tidak sempat tahu lengkapnya. Ah, benar. Ada dua orang yang menarik, mereka ada tanduk kecil yang menonjol dari kepalanya, mereka seperti dari ras yang berbeda.” tutur Damian.

“Ras yang berbeda? Tanduk?” beo Ryan.

“Apa mungkin, ras baru dari Kebangkitan Lama?” Ryan kaget dengan perkataannya sendiri.

“Oi, Kebangkitan Lama itu....” Damian tidak melanjutkan kata-katanya. Mereka berdua memandang satu sama lain. Air muka mereka mulai panik.

“Kita harus cekatan, sebisa mungkin selamatkan Rin dalam waktu cep- Hei Damian!”

Damian sudah bergegas dan mendahulu, petanya masih berada di tangan Ryan. Dia pun mengejar Damian.

SMACKK!

Damian terjatuh keras dari larinya, menimbulkan suara ‘bugh!’. Ryan yang men-smack nya dari belakang. Untung tempat mereka terbilang aman karena sangat senyap.

“Apa yang kau lakukan!?” bentak Damian.

“Kau harus tenang.” ujar Ryan datar.

Damian menarik kerah tunik milik Ryan. “Tidak ada waktu untuk itu, Mereka akan mengambil kesempatan!”

“Kau bodoh seperti biasanya.” ketus Ryan tepat menatap lurus Damian. Dirinya masih tenang, Damian sangat mudah terbawa dan suka bertindak ceroboh sendiri tanpa memikirkan rencana dan situasi.

“Kau malah akan tersesat jika tidak melihat peta. Jika kau lebih ceroboh, mereka akan menemukanmu lagi. Tindakan dibayar konsekuensi.”

“Cih!” Damian melepas kerah Ryan. Dia menyerah, perkataan saudaranya itu benar. Dipikiran Damian, Ryan saudara yang paling pendiam tak banyak bicara, tapi ketika didalam situasi seperti ini, Ryan malah banyak bicara dan ikut campur. Itu membuatnya jengkel.

“Kita harus menuju arah barat, sebentar, kita sekarang ada di arah timur. Ke sana.” Ryan berjalan mengikuti arah dari peta.

“Jangan sok berkomando!” cibir Damian, masih kesal, tapi dibanding berbuat seenaknya lagi seperti tadi, dia memilih mengikuti Ryan. Tipe tsundere yang keras kepala.

**

“Ke sini saja!”

Alan dan Rei masuk ke satu tempat. Setelah mereka berdua melakukan ‘bunuh diri’ dengan terang-terangan menampakkan diri di tempat musuh, mereka berdua juga menjadi target utama penangkapan. Mereka bersembunyi mengambil tempat ngasal yang terdekat dengan mereka, tentunya terjamin terhindar dari orang-orang yang mengejar, ini sama seperti yang dilakukan Ryan dan Damian dilain tempat. Walau terbilang sangat besar dan rumit kastil Behemoth ini, ada keuntungan dibalik itu karena terdapat beberapa tempat yang tak mudah ditemukan.

“Mereka akan terus mengejar sampai target mereka tertangkap.” tutur Rei. Pangeran rambut panjang ini kelelahan.

Rei mengamati sekitar. “Sepertinya ini tempat garnisun.” ,”dan sudah tak terpakai.”

“Hmm.. “

“Kau sedang apa, Alan?”

Sedari tadi Alan berdiri di depan tumpukan benda militer yang tercampur benda lain. Dia mengambil sesuatu.

“Woaah! Aku bisa pakai ini. Kak Rei, lihat!” Alan menunjukannya.

“Kenapa di garnisun ada tongkat baseball?” Rei kaget dengan temuan Alan.

“Hehe, ayo beraksi!”

“Apanya?”

Alan menunjuk Rei dengan tongkat baseball-nya, “Lawan mereka lah.”

“Apa? Kau bercanda?” pekik Rei.

“Enggak kok. Kita hadapi mereka dengan cara kita sendiri, kau kehilangan pedangmu sewaktu kita lari ‘kan?

Alan menutupi mulutnya dengan glove-nya, “Maka dari itu, ini waktunya bermain baseball!”

“C’mon!” Alan berlari keluar dengan girang. Rei menyusul sambil memanggilnya.

Orang-orang pengawal kastil masih melakukan pencarian. Di belakang mereka, munculah Alan dengan beraninya. Jika kata Rei, Alan pasti akan mendapat julukan; ‘kau berani menampakkan dagingmu pada predator’.

“Hei! Aku disini!” Alan melambai sambil melompat. Perhatian mereka teralih, seketika mereka berlari ke arah Alan.

“Tangkap. Jangan sampai lepas!”

Begitu saat jarak dekat dengan Alan, pangeran yang membawa alat baseball itu tenang dan malah tersenyum senang.

“The lizards provoked desire, aren’t you huh?”

Bola melayang di udara, dan Alan bersiaga memukul.

“Aku akan mencetak Home-run!”

PTAK!

Satu orang roboh, bola Alan terlempar dengan cepat dan kuat, mengenai target. Satu persatu Alan memukul, mengambil banyak bola yang dia bawa, pukul, lagi, lagi, lagi, dan lagi. Alan sangat menikmatinya bahkan sampai terbahak.

“Hahaha. Lagi, lagi, lagi. Lebih banyak bola dan Home-run!”

Dan pada akhirnya, semua kandas, tergeletak di atas lantai. Menyisakan komandan kadal yang berdiri gemetar.

“You!” Alan menunjuknya dengan tongkatnya, dan berlagak seperti menembak dengan pistol. ‘Pyuhh’ Kadal itu entah bagaimana seperti membalas lagakan Alan, dia roboh.

Rei mengamatinya, dia cengo. Dia mengakui, dia berdecak kagum dengan adik bungsunya itu. Selain ahli dalam penyusunan strategi, dia memiliki hobi bermain baseball yang diamana itu permainan milik manusia, tapi itu bisa dibuat menjadi keterampilan menakjubkan. Satu pasukan roboh hanya dengan tongkat baseball?

“Mustahil...” Rei masih cengo.

**

Argon duduk dengan menyilangkan kaki. Sambil bermain-main perak hias di tangannya.

“Kikiki, nikmatilah permainan kalian dulu. Dan setelah itu, bersiaplah untuk menderita.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kholfadin Sbputra
Bersambung
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status