Share

Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK
Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK
Penulis: Helminawati Pandia

1. Kejutan Maksiat

Bab 1  Kejutan  Maksiat   

====

“Tumben pulang cepat? Kamu tidak lembur malam ini?”  tanya sang mertua membukakan pintu buat Alisya  malam itu.

“Malam ini saya of , Ma. Badan saya pegal semua. Yang lain mana? Sudah pada tidur, ya?” tanya Alisya sembari melepas sepatu di kakinya.

“Mama kurang tahu. Setelah makan malam tadi, masing-masing masuk kamar.”

“Rena?” 

Alisya menyebut nama putrinya.

“Dia baru saja terlelap.  Sepertinya kelelahan setelah bermain tadi siang.”

“Baik, Ma. Saya mau mandi dulu, lalu istirahat.”

“Sebentar, Sya!”

“Iya, Ma?” 

Perempuan dua puluh tujuh tahun itu  berbalik. Menatap serius wajah mertuanya.

“Seharusnya kamu jangan malas untuk kerja lembur! Kamu, tahukan, kalau kebutuhan keluarga ini sangat banyak. Cicilan tiap bulannya itu besar, biaya kuliah Intan, angsuran ini, itu, sementara suamimu belum juga mendapat pekerjaan baru.  Mumpung kamu bisa bekerja, gunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya! Karena Mama enggak bisa gantikan kamu lembur, seandainya bisa, Mama pasti tak akan pernah malas untuk kerja lembur tiap hari! Untuk mencari tambahan gajimu yang tak seberapa itu.”

“Maaf, Ma. Bukannya saya malas. Tetapi, setelah lembur tiap malam selama ini, membuat saya kelelahan, sesekali saya istirahat, ya, Ma. Malam ini saja. Besok, saya pasti akan lembur lagi.”

“Ya, sudah! Sebetulnya itu hak kamu. Kami hanya numpang makan dari gajimu. Jadi, mama tidak berhak memaksamu ini dan itu, iyakan?

“Jangan bilang numpang makan, dong, Ma! Kebetulan saja, Mas Fajar terkena PHK.  Untuk sementara saya yang bekerja. Tidak apa-apa, begitu Mas Fajar mendapat pekerjaan lagi, saya bisa lebih santai bekerjanya.”

“Nah, itu kamu tahu! Jadi kenapa malas lembur! Kalau hanya mengharapkan gaji saja, enggak akan cukup!”

Alisya menghela napas. Mertuanya tak paham juga.  Padahal, dia memutuskan untuk tidak bekerja lembur malam ini dengan penuh pertimbangan. Tambahan gaji yang dia perolah dengan lembur tiap malam, memang lumayan untuk menutupi seluruh kebutuhan keluarga besar suaminya. Tetapi, rasa lelah yang mendera setelah bekerja tiada jeda, membuatnya memutuskan untuk istirahat malam ini. 

Fajar menikahinya tiga tahun yang lalu, saat Alisya baru saja menyelesaikan kuliahnya. Belum sempat mendapat pekerjaan, Fajar memintanya untk menikah. Mengingat Fajar sudah mapan, wanita itu menerima lamaran. Merengkuh hidup bahagia sebagai istri seorang manager di sebuah perusahaan ternama. 

Fajar langsung menghadiahinya sebuah rumah baru untuk mereka huni berdua, sambil menikmati bulan madu.  Namun, sejak sang papa mertua meninggal setengah tahun yang lalu, keluarga besar sang suami pinda ke rumah itu.  Alisya berusaha tetap bahagia meski tinggal serumah dengan mertua.

Wanita itu tak paham bagaimana ceritanya, tiba-tiba Fajar tekena PHK. Sang suami tak pernah berterus terang hal yang sebenarnya.  Setiap Alisya bertanya, hanya amarah yang dia terima. Mungkin Mas Fajar masih syok, emosinya labil, gampang meledak-ledak, begitu batin wanita itu menduga-duga.

Terpaksa Alisya yang menggantikannya mencari kerja.  Berbekal izasah sarjana, mencoba mencari kerja ke mana-mana. Tetapi keberuntungan belum berpihak kepadanya. Rika, sabahat semasa SMA-nya, menawarkan bekerja di pabrik sarung tangan tempat  dia bekerja.   

“Simpan izasah sarjana kamu, Sya!  Sekarang gunakan izasah SMA saja. Anggap ini sebagai batu loncatan, daripada keluargamu gak makan! Sementara enggak apa-apalah kerja kasar begini!” usul Rika empat bulan yang lalu. 

Alisya menerimanya. Dengan penuh ihklas dia menjalani peran barunya, tulang punggung keluarga suaminya.

“Ya, sudah, mandi sana! Langsung istirahat, biar besok bisa lembur!” 

Sang mertua membuyarkan lamunanya.

“Baik, Ma. Saya ke kamar dulu.”

Alisya melangkah gontai. Tak langsung menuju kamarnya, tetapi berbelok menuju kamar Rena. Ingin melepas kangen sekaligus memastikan keadaan putri kecilnya.

Wanita itu mencium kening putrinya dengan lembut, berusaha tak bersuara. Khawatir menggangu lelapnya tidur sang putri kesayangan. Puas menatap wajah mungil itu, Alisya merapikan selimut tipis penutup tubuhnya, lalu beranjak ke kamar utama.  

Alisya sangat ingin malam ini bisa menghabiskan waktu bersama sang suami. Dia berharap Fajar belum terlelap.  Ibu muda beranak satu itu sangat merindukan sentuhan dari sang suami. Ya, sejak dia lembur setiap malam, mereka sudah sangat jarang bersama.  Pulang dari pabrik pukul sepuluh malam, dengan diantar bus karyawan jam setengah dua belas   tengah malam baru tiba di rumah. 

Fajar sudah terlelap, tak pernah menuggu Alisya pulang. Pun Alisya tak berani membagunkan tidur lelap sang suami. Esok pagi, wanita itu harus bangun sebelum Subuh. Pukul enam pagi, bus karyawan sudah menjemput. Alisya berangakat saat Fajar belum terjaga. Ada rasa bersalah di relung hati wanita lugu itu. Dia tak bisa lagi secara maksimal memunuhi kewajibannya sebagai istri. Tak ada waktu untuk memberikan nafkah batin buat sang suami.

“Malam ini, mumpung aku tidak lembur, aku akan memenuhi kewajibanku.  Akan kusenangkan hatinya dan kupuaskan dahaganya. Semoga dengan malam surprise ini, Mas Fajar akan semangat untuk mencari pekerjaan baru esok hari.” Begitu niat hati Alisya.

Berjingkat dia berjalan menuju pintu kamar utama. Sengaja pintu kamar tak pernah dikunci, agar saat Alisya pulang, tak perlu membangunkan sang suami yang telah terlelap. 

 Malam ini, kerinduan Alisya akan sentuhan suami semakin menghentak. Wanita itu ingin memberi kejutan yang sempurna.  Alisya menggenggam handle pintu, menekannya ke arah bawah, lalu mendorongnya perlahan. Tak ada derit pintu terkuak yang terdengar, surprise ini akan berjalan seperti yang diharap, begitu pikir Alisya.

Alisya mendorong daun pintu tanpa suara agar tubuh rampingnya bisa masuk.  Kemudian dia melangkahkan kaki jenjangnya sembari mencari keberadaan suami tercinta dengan matanya.

“Mas!” lirih panggilan itu keluar dari mulutnya.

“Sya? Kamu sudah pulang?”

Alisya membeku. Nanar menatap pemandangan di atas ranjang. Sepasang manusia yang sangat dia kenal, berada di atas ranjang miliknya. Bersatu dan bergumul, tanpa ada satu inci yang memisahkan tubuh keduanya. 

“Sya!”

Fajar menyebut namanya sekali lagi, lalu perlahan turun dari atas ranjang. Pelan pria itu melepas rengkuhan tangan wanita yang sedang bersamanya. Peluh membanjir di leher dan punggungnya. 

“Maaf, Sya!” ucap Desy seraya membungkus tubuh telanjangnya dengan selimut tipis, lalu memungut pakaian yang bertebaran di lantai kamar.   

Alisya bagai terpaku, mulut dan lidah terasa kelu.  Hilang semua kalimat juga kata-kata, atau sekedar mengucap satu abjad saja. Ini terlalu mengejutkan baginya.

“Permisi!”  

Wanita itu berlalu menuju kamarnya. Kamar yang disediakan Alisya untuknya.  Dia adalah keponakan mertuanya.  Sudah sangat lama ikut tinggal bersama mertuanya, bahkan sebelum Alisya dinikahi Fajar. Itu sebab dia juga tinggal di rumah Alisya.

******

Bersambung.

Komen (30)
goodnovel comment avatar
Siti Rohmah
mertua mertua
goodnovel comment avatar
Zakila Quins
oke lanjut
goodnovel comment avatar
Bambang Bembeng
waw, pembukaannya udah bikin ....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status