Seorang laka-laki tampan, kini tengah fokus mengemudikan mobil membelah cuaca panas kota Surabaya. Laki-laki berseragam putih abu-abu yang tidak lain dan tidak bukan adalah Abimanyu itu, sedari beberapa menit yang lalu tidak melepas senyum manis yang menghias wajah tampannya.
Sedangkan gadis ayu di sampingnya, yang tidak lain adalah Fadhilla hanya menatap heran dan kesal cowok tampan itu, “Kamu lagi taruhan, ya?” Tanya Dhilla penasaran. Pandangannya tidak lepas dari makhluk tampan disampingnya.
Setelah Abimanyu memaksa Dhilla untuk menjadi pacarnya, Abimanyu juga memaksa Dhilla pulang bersamanya. Dan Dhilla sangat yakin, itu akan menjadi berita heboh besok. Mengingat tadi masih banyak murid melihat mereka, saat Abimanyu menggandengnya menuju tempat parkir.
“Apa?” Tanya Abimanyu balik. Mungkin ia tidak paham, atau memang cowok tampan itu sedang melamun dan tidak fokus.
“Kamu lagi taruhan atau game, buat deketin anak baru ya?” Ulang Dhilla kesal, sunggu ia paling tidak suka mengulang perkataan.
Abimanyu mencuri pandang pada Dhilla. Wajah kesal gadis ayu itu membuat Abimanyu terkekeh, “Nggak lah, Sayang. Emang kenapa sih kok nanya gitu?”
What? Sayang? Dhilla meringis geli mendengar panggilan sayang dari Abimanyu. Pasalnya, tidak pernah ada yang memanggilnya sayang kecuali kedua orang tuannya, “Kamu itu aneh.” Dhilla menggeleng, berpaling menatap jalanan yang padat.
Abimanyu menautkan kedua alisnya. Ini kali pertama dirinya dikatai aneh, “Siapa yang aneh?” Tanya Abimanyu, masa iya tampang kece badai dibilang aneh.
“Ya kamu lah, masa aku.” Kata Dhilla kesal.
“Aneh gimana? Ganteng gini dibilang aneh.”
Dhilla beralih menghadap samping menatap Abimanyu, “Ya aneh lah. Kamu tau kan, aku murid pindahan dan hari ini hari pertamaku masuk. Dan kamu tiba-tiba nembak aku, padahal kita nggak ada kenal sebelumnya. Kamu juga anak pengusaha terkaya di Kota ini, ditambah fans kamu banyak. Kamu pasti ada semacam taruhan gitu kan?” Ujar Dhilla menggebu-nggebu.
Mendengar itu Abimanyu tertawa renyah, membuat Dhilla tambah kesal, “Apa yang lucu?”
Tangan kiri Abimanyu terulur mengacak lembut rambut Dhilla, “Kamu lucu.” Kata Abimanyu masih dengan tawa yang membuat Dhilla kesal, “Ternyata pacarku yang cantik dan super galak ini, nggak ketinggalan gossip tentang aku toh.”
“Karena aku punya kuping. Dan ingat ya Abi, aku bukan pacar kamu!” Dengan memutar bola mata jengah, Dhilla kembali menghadap depan. Bertepatan dengan itu, tubuh Dhilla terdorong kedepan karena Abimanyu yang tiba-tiba menghentikan mobilnya.
Hampir saja kening milik Dhilla terbentur kuat kalau Abimanyu tidak segera merentangkan sebelah tangannya untuk menahan, “Abi apa-apaan sih? Bahaya tau!” Kata Dhilla kesal menatap Abimanyu yang kini juga menatap tajam.
“Kamu pacarku!” Ujar Abimanyu tegas.
“Nggak lucu ya, Bi.” Bentak Dhilla tidak mau kalah.
Abimanyu menyeringai, “Kalau gitu, aku bakal paksa kamu sampai bilang iya.”
Dhilla menatap Abimanyu yang kini tengah melepaskan sabuk pengaman. Dhilla was-was meilihat sekeliling dan tidak ada seorangpun disekitar. Karena memang saat ini mobil berhenti di jalan yang sepi lalu lalang kendaraan. Mencoba membuka pintu mobil, dan tentu saja sudah dikunci oleh si empunya mobil.
Mendesah kesal, akhirnya Dhilla menyerah saat Abimanyu sudah bergerak mendekat kearahnya dengan seringai dan gelagat aneh. Dhilla yakin, jika ia tidak menyerah pasti akan berakhir seperti di dalam kelas, bahkan bisa lebih parah, “Iya.., iya! Aku mau.” Jawaban terpaksa terlontar dari bibir Dhilla.
“Gitu dong, Sayang.” Abimanyu tersenyum menang, lalu kembali duduk di tempatnya.
Sedangkan Dhilla, sungguh risi mendengar panggilan sayang dari cowok tampan di sampignya. Benar-benar, cowok di sampingnya itu tidak waras. Dhilla memilih diam, dan memperhatikan jalan yang sudah tidak jauh dari rumahnya.
Sesaat setelah Abimanyu kembali menjalankan mobil, Dhilla teringat sesuatu. Lalu, segera gadis ayu itu menghadap samping. Sejenak mengamati lekat-lekat wajah tampan menawan itu, “Bay the way, kamu itu benar Abimanyu ya?” Tanya Dhilla yang matanya tidak lepas memandang wajah Abimanyu.
Memelankan mobil, Abimanyu terkekeh sembari melirik Dhilla yang menghadapnya, “Ya iya lah! Menurut kamu siapa? Budi atau Joko gitu?”
“Cekk…,” Dhilla berdecak, “Maksudku, Abimanyu yang dulu…”
“Suka ngintilin kamu?” Kata Abimanyu memotong ucapan Dhilla.
“Hmmm.” Gumam Dhilla, “Tapi, kamu dulu kan….”
“Gendut, tembem, dekil dan manatnya sipit.” Lagi, Abimanyu memotong kata-kata yang hendak dilontarkan oleh Dhilla, “Tapi, sekarang aku ganteng kan. Pasti kamu jatuh cinta sama aku.” Kata Abimanyu penuh percaya diri. Dhilla melirik Abimanyu jengah. Memalingkan wajahnya, kembali menghadap jalan yang sepi, “Tapi Dhill, kamu nyadar nggak sih? Kalau kita udah pacaran selama hampir 12 tahun?”
Dan tentu Dhilla dibuat cengo dengan perkataan Abimanyu barusan, “Kamu waras?” Spontan pertanyaan itu terlontar begitu saja.
“Waraslah.” Jawab Abimanyu, “Kalau nggak waras, mana mungkin aku berani deket-deket cewek cantik di sampingku ini.”
Dhilla mencabik, memilih diam dari pada menanggapi ucapan Abimanyu yang semakin ngelantur itu.
--
“Makasih, udah nganterin pulang.” Ucap Dhilla saat sampai di depan rumahnya.
Dengan senyum jenaka, Abimanyu mematikan mobilnya, “Udah jadi kewajibanku sebagai pacar yang baik buat nganterin kamu pulang.” Jawab Abimanyu membuat Dhilla jengah.
Dhilla menghela napas kesal, saat membuka pintu mobil tapi masih terkunci. Ia kembali menghadap Abimanyu dan menatapnya kesal, “Kok nggak dibuka kuncinya?”
“Ada yang kelupaan.” Kata Abimanyu dengan seringai mencurigakan.
“Apa?” Tanya Dhilla bingung.
“Kamu belum ngasih ciuman selamat tinggal.” Ujar Abimanyu dengan mengedipkan sebelah matanya.
Sumpah, demi apapun Dhilla ingin menabok mulut tak punya malu milik cowok tampan di hadapannya itu, “Abi! Udah deh, nggak usah aneh-aneh.”
“Nggak aneh, kamu nggak pernah pacaran ya.” Kata Abimanyu meremehkan.
Dhilla menghela napas panjang, mencoba meredam kekesalan yang kini sudah mencapai batas maksimal. Menatap cowok yang meremehkan seorang Fadhillah yang cantik jelita, paras dan hatinya. Memang Dhilla tidak pernah pacaran, bahkan punya gebetan saja tidak. Tapi, bukan berarti tidak ada cowok yang suka padanya. Hanya, Dhilla ingin fokus menggapai cita-cita dulu. Mangkanya, memilih mengabaikan cowok-cowok yang dekat dengannya.
“Jangan-jangan kamu belum pernah ciuman juga?” Terdengar nada ejekan dari pertanyaan Abimanyu.
“Pernah!” Bohongnya. Tidak, sepertinya Dhilla tidak sepenuhnya berbohong. Bukankah beberapa waktu yang lalu ia berciuman dengan cowok tidak waras itu ya.
Menatap Abimanyu sengit, yang kini juga tengah menatapnya dengan senyum sialan yang mampu membuat cewek manapun terpesona. Dan sepertinya tidak ingin diremehkan, Dhilla merasa otaknya tidak waras atau lebih tepatnya tertular kegilaan Abimanyu.
Ketidak warasan Dhilla makin menjadi, melakukan hal gila yang tidak sejalan dengan akal sehatnya. Karena tidak ingin diremehkan oleh seorang Abimanyu, Dhilla tanpa berpikir langsung mengalungkan tanganya menarik kepala Abimanyu mendekat, dan menyatukan bibirnya dengan bibir Abimanyu yang lembut.
Dhilla memejamkan mata, berusaha melupakan kegilaannya. Gadis ayu itu hendak melepaskan ciuman. Namun, sialnya bibir Abimanyu terlebih dahulu menahannya, membalas ciuman Dhilla dengan pangutan panas yang membuat tubuh Dhilla meremang.
Tangan Abimanyu mengelus punggung Dhilla dengan lembut, lalu membibing gadis ayu itu untuk bersandar pada jok. Dengan bimbingan bibir lembut serta lidah Abimanyu, perlahan Dhilla mulai membalas ciuaman menggairahkan itu.
Entah berapa lama mereka beciuman, dan perlahan Abimanyu melepaskan bibir Dhilla saat merasakan gadis ayu itu mulai kehabisan napas.
Deru napas bersautan terdengar mengalun dalam mobil. Abimanyu sedikit memberi jarak, menatap wajah ayu yang bersemu merah. Melihat mata indah yang pelahan bersinar, karena si gadis ayu itu perlahan membuka mata.
Saat tatapan mereka bertemu, dengan sesegera mungkin Dhilla berpaling. Tentu saja ia malu, akan tindakan gila barusan.
Abimanyu tersenyum melihat Dhilla yang nampak malu itu. Jemari tangannya bergerak lembut di dagu halus Fadhilla, menarik ke samping hingga ia bisa menatap wajah merona Fadhilla. Pun dengan Dhilla yang bisa menatap wajah putih Abimanyu yang juga bersemu merah.
Kini ibu jari Abimanyu sudah berada pada bibir ranum Dhilla, mengusap bibir yang terlihat membengkak itu, “Terimakasih udah menjaga ini untukku.” Dengan lembut, ibu jari Abimanyu menari-nari di bibir Dhilla, “Dan mengizinkanku mecicipinya pertama kali.”
Sumpah demi apa, Dhilla ingin protes akan ucapan Abimanyu yang seenaknya barusan. Sungguh, Dhilla tidak akan mengizinkan, jika cowok tampan itu meminta izin terlebih dahulu.
Dhilla hendak protes, namun belum juga mulutnya terbuka, Abimanyu sudah terlebih dahulu melumat bibir Dhilla. Kali ini dengan lembut, saking lembutnya hingga kembali membuat Dhilla kehilangan kewarasannya dengan tangan yang sudah mengalung ke leher Abimanyu, mengimbangi ciuman yang menggairahka itu.
Bersambung…..
Pagi menyapa. Matahari mulai menyinari alam semeta menggantikan bulan sabit pada malam hari. Seorang gadis ayu masih bergulung nyaman didalam selimut. Semalam ia tidak bisa tidur, alhasil selepas sholat subuh ia tidur lagi. Dan tidur nyenyaknya pagi ini, mesti terganggu dengan dering ponselnya yang tidak berhenti berdering.For information, ponsel Dhilla yang tertinggal dikelas ternyata lebih dahulu di ambil oleh Abimanyu. Dan tentu saja Abimanyu memberikan ponselnya kembali dengan syarat dirinya harus menjadi pacar laki-laki tampan itu.Dhilla segera turun dari ranjang, bergerak ke meja belajarnya. Meraih ponselnya, namun belum sempat mengangkatnya, panggilan itu sudah berakhir. Dengan malas Dhilla membuka whatsapp. Matanya membola sempurna melihat pesan dari kontak yang tidak ia mliki sebelumnnya. ‘Boy Friend’, lengkap dengan emotikon love dibelakang nama itu.Dhilla tersenyum. Entah, hatinya merasa senang men
Jam pelajaran telah usai, Dhilla bersama dengan Abimanyu keluar kelas bersama. Hari ini hari Jumat, berarti hampir satu minggu Dhilla berada di sekolah barunya. Masih sama, Dhilla selalu mendapat tatapan iri dari kaum hawa karena kedekatannya dengan Abimanyu. Hubungan mereka juga semakin dekat saja, tentu saja tidak sulit bagi mereka yang dulu memang sudah dekat.Mereka berdua berjalan menuju parkiran, dengan Abimanyu yang tidak lepas mengenggam tangan Dhilla. Seperti hari-hari biasanya, Abimanyu membukakan pintu mobil untuk Dhilla dan mempersilakann gadis ayu itu masuk.Kadang Dhilla heran mendapat perlakuan seperti itu dari Abimanyu. Semua tahu lah siapa Abimanyu itu, anak pengusaha dan pengusaha muda di Surabaya. Ya, orang tua Abimanyu seorang pengusaha dan Abimanyu sendiri juga mempunyai usaha yang memang dirintis sendiri oleh laki-laki berusia 18 tahun itu.Menurut Dhilla, mudah saja bagi Abimanyu mendapatkan apapun dengan paras dan uangny
Mereka, Abimanyu dan Dhilla sedang dalam perjalanan ke rumah Dhilla sekarang. Abimanyu harus ke perusahaan orang tuanya, untuk menyelesaikan sesuatu. Laki-laki tampan itu, sungguh ingin sekali merajut mulut sekretarisnya, lebih tepatnya sekretaris Papanya yang tidak tahu malu mengganggu kegiatannya dengan Fadhilla.Suasana di dalam mobil hening. Abimanyu yang kesal dengan sekretaris papanya dan juga Dhilla yang dirundung malu karena kejadian tadi. Ditambah saat ini, ia memilih menghindari bertatapan dengan Abimanyu.Saat ini, Dhilla menemukan sisi lain Abimanyu yang membuat mata dan hatinya tidak tahan menatap laki-laki itu. Kemeja putih yang dilipat sampai lengan dipadukan dengan celana slimfit bahan, membuat sosok Abimanyu semakin tampan dan berkharisma. Usianya yang baru 18 tahun, tertepis sudah oleh penampilan Abimanyu saat ini.Abimanyu berdehem, memecah kesunyian yang merengkuh keduanya, “Kamu mau ikut aku ke kantor?” tawar Abimanyu
Dhilla membuka matanya, mengerjapkan beberapa kali untuk menyesuaikan dengan silau cahaya matahari yang sudah memenuhi kamarnya. Cahaya matahari, dengan bebasnya menerobos tirai putih yang menghiasi jendela kamar.Drrrtt…. Drrrtt…. Drrrtt……Getaran beriringan dengan nada panggilan ponsel terus berbunyi membuat Dhilla membuka sempurna matanya. Dengan mata yang terasa perih dan sedikit berair, ia bangun untuk mencari sumber suara yang Dhilla kenali sebagai nada dering ponselnya saat menerima panggilan masuk.Sebuah beban yang menindih perutnya membuat Dhilla sedikit kesusahan untuk bangun. Matanya membola sempurna dan nyaris lepas dari tempatnya saat melihat tangan kekar yang bertengger disana. Ia nyaris berteriak, jika tidak melihat siapa pemilik tangan kekar itu.Abimanyu? Ada sedikit rasa bingung saat ia bisa satu ranjang dengan laki-laki tampan kekasihnya. Mengingat sebelumnya dirinya yang berada di sofa dengan
Abimanyu terpukau dengan penampilan Dhilla yang jauh berbeda dengan hari biasanya. Abimanyu yang saat ini sedang duduk di sofa ruang keluarga di rumah Dhilla, tidak sedikitpun pandangannya berpaling dari sosok gadis ayu yang baru saja keluar dari kamarnya.Dhilla memakai rok warna hitam sedikit di atas lutut. Jaket levis lengan panjang warna biru, dengan di dalamnya memakai tank top warna hitam. Rambutnya digerai, dan kaki jenjangnya dihiasi flat shoes warna putih.“Dia cantik.” Batin Abimanyu yang berdiri menyambut kedatangan Fadhilla.Tidak menunggu lama, Abimanyu mengajak Dhilla ke rumah sakit untuk melihat keadaan seseorang yang sudah bertahun-tahun belum juga membuka matanya. Seseorang yang menjadikan Abimanyu untuk menjadi orang hebat meski usianya baru 18 tahun, dimana seharusnya dirinya menikmati masa remaja yang tidak pernah terulang.Mobil Bugatti yang dikendarai Abimanyu tiba di rumah sakit setelah me
WARNING!!! Damage, dibutuhkan iman yang kuat buat baca bab ini. Dan juga selalu bijak dalam memilih bacaan.----------Dhilla keluar kamar mandi dan melihat Abimanyu sedang memainkan ponselnya sembari bersandar di ranjang. Laki-laki tampan itu mengangkat kepalanya ketika mendengar pintu kamar mandi dibuka. Abimanyu tidak mampu berkedip saat melihat Dhilla keluar dari sana. Dhilla yang melihat itu sontak menutupi dadanya dan memutar tubuhnya membelakangi Abimanyu.Abimanyu meletakkan ponselnya ke meja, lalu melangkah menuju kearah Dhilla yang masih membelakanginya. Saat Dhilla sudah dihadapannya, mata Abimanyu bergerak pelan memperhatikan tubuh gadis ayu itu dari belakang dan ia melangkah lebih dekat dan tangannya bergerak memeluk pinggang ramping milik Dhilla.Dhilla tersentak saat merasakan tangan kekar yang memeluk pinggangnya. Ia yang hendak memutar tubuhnya langsung ditahan oleh Abimanyu, “Ka
WARNING 18++Dhilla membuka matanya, matanya mengerjab beberapa kali untuk menyesuaikan retinanya dengan cahaya ruangan. Sepertinya hari sudah siang, terlihat cahaya matahari yang menembus kaca jendela dihadapan Dhilla.Gadis ayu itu meregangkan ototnya yang terasa lelah. Matanya perlahan mengamati sekeliling. Di tengah silaunya cahaya matahari, Dhilla tidak melihat siapapun, dan kamar itu terlihat asing diingatannya, “Aku dimana?” Gumam Dhilla lirih.Merasakan tubuhnya yang terasa remuk, Dhilla memilih kembali meringkukan tubuhnya dan bergulung didalam selimut tebal nan halus berwarna putih itu. Otak dan nyawa yang belum sepenuhnya tersadar membuat Dhilla sedikit kesusahan mengingat kejadian semalam.“Abimanyu. Semalamkan aku pulang ke apartemant Abi.” Batin Dhilla yang mendadak panik. Ia langsung tersentak bangun, menyibak selimut yang menutupi tubuhnya.Telanjang bulat. Mata D
Malu? Sangat malu, begitulah yang dirasakan Dhilla saat ini. Bagaimana tidak malu, jika saat dalam keadaan sepenuhnya telanjang berada dalam gendongan laki-laki. Dan yang hanya bisa Dhilla lakukan adalah menunduk, menghindari Abimanyu yang tidak lepas menatapnya.Abimanyu membuka pintu kaca dengan kakinya, membawa masuk Dhilla ke kamar mandi. Dhilla takjub dengan isi kamar mandi itu, begitu mewah. 1:12 jika dibandingkan dengan isi kamar mandi ditempat tinggalnya, 1 untuk kamar mandi ditempat tinggalnya dan 12 untuk kamar mandi Abimanyu. Terdapat wastafel dengan bentuk yang tidak biasa, toilet duduk, pancuran dengan dinding kaca, dan bathup berwarna putih berukuran besar.Abimanyu membawa Dhilla menuju bathup yang sudah diisi air penuh busa dipermukaannya, terlihat begitu menggoda untuk berendam disana. Dengan hati-hati Abimanyu mulai menurunkan tubuh Dhilla. Rasanya sangat hangat, membuat siapa saja ingin menenggelamkan tubuhnya, tidak terkecual