Share

Chapter 3

Seorang laka-laki tampan, kini tengah fokus mengemudikan mobil membelah cuaca panas kota Surabaya. Laki-laki berseragam putih abu-abu yang tidak lain dan tidak bukan adalah Abimanyu itu, sedari beberapa menit yang lalu tidak melepas senyum manis yang menghias wajah tampannya.

Sedangkan gadis ayu di sampingnya, yang tidak lain adalah Fadhilla hanya menatap heran dan kesal cowok tampan itu, “Kamu lagi taruhan, ya?” Tanya Dhilla penasaran. Pandangannya tidak lepas dari makhluk tampan disampingnya.

Setelah Abimanyu memaksa Dhilla untuk menjadi pacarnya, Abimanyu juga memaksa Dhilla pulang bersamanya. Dan Dhilla sangat yakin, itu akan menjadi berita heboh besok. Mengingat tadi masih banyak murid melihat mereka, saat Abimanyu menggandengnya menuju tempat parkir.

“Apa?” Tanya Abimanyu balik. Mungkin ia tidak paham, atau memang cowok tampan itu sedang melamun dan tidak fokus.

“Kamu lagi taruhan atau game, buat deketin anak baru ya?” Ulang Dhilla kesal, sunggu ia paling tidak suka mengulang perkataan.

Abimanyu mencuri pandang pada Dhilla. Wajah kesal gadis ayu itu membuat Abimanyu terkekeh, “Nggak lah, Sayang. Emang kenapa sih kok  nanya gitu?”

What? Sayang? Dhilla meringis geli mendengar panggilan sayang dari Abimanyu. Pasalnya, tidak pernah ada yang memanggilnya sayang kecuali kedua orang tuannya, “Kamu itu aneh.” Dhilla menggeleng, berpaling menatap jalanan yang padat.

Abimanyu menautkan kedua alisnya. Ini kali pertama dirinya dikatai aneh, “Siapa yang aneh?” Tanya Abimanyu, masa iya tampang kece badai  dibilang aneh.

“Ya kamu lah, masa aku.” Kata Dhilla kesal.

“Aneh gimana? Ganteng gini dibilang aneh.”

Dhilla beralih menghadap samping menatap Abimanyu, “Ya aneh lah. Kamu tau kan, aku murid pindahan dan hari ini hari pertamaku masuk. Dan kamu tiba-tiba nembak aku, padahal kita nggak ada kenal sebelumnya. Kamu juga anak pengusaha terkaya di Kota ini, ditambah fans kamu banyak. Kamu pasti ada semacam taruhan gitu kan?” Ujar Dhilla menggebu-nggebu.

Mendengar itu Abimanyu tertawa renyah, membuat Dhilla tambah kesal, “Apa yang lucu?”

Tangan kiri Abimanyu terulur mengacak lembut rambut Dhilla, “Kamu lucu.” Kata Abimanyu masih dengan tawa yang membuat Dhilla kesal, “Ternyata pacarku yang cantik dan super galak ini, nggak ketinggalan gossip tentang aku toh.”

“Karena aku punya kuping. Dan ingat ya Abi, aku bukan pacar kamu!” Dengan memutar bola mata jengah, Dhilla kembali menghadap depan. Bertepatan dengan itu, tubuh Dhilla terdorong kedepan karena Abimanyu yang tiba-tiba menghentikan mobilnya.

Hampir saja kening milik Dhilla terbentur kuat kalau Abimanyu tidak segera merentangkan sebelah tangannya untuk menahan, “Abi apa-apaan sih? Bahaya tau!” Kata Dhilla kesal menatap Abimanyu yang kini juga menatap tajam.

“Kamu pacarku!” Ujar Abimanyu tegas.

 “Nggak lucu ya, Bi.” Bentak Dhilla tidak mau kalah.

Abimanyu menyeringai, “Kalau gitu, aku bakal paksa kamu sampai bilang iya.”

Dhilla menatap Abimanyu yang kini tengah melepaskan sabuk pengaman. Dhilla was-was meilihat sekeliling dan  tidak ada seorangpun disekitar. Karena memang saat ini mobil berhenti di jalan yang  sepi lalu lalang kendaraan. Mencoba membuka pintu mobil, dan tentu saja sudah dikunci oleh si empunya mobil.

Mendesah kesal, akhirnya Dhilla menyerah saat Abimanyu sudah bergerak mendekat kearahnya dengan seringai dan gelagat aneh. Dhilla yakin, jika ia tidak menyerah pasti akan berakhir seperti di dalam kelas, bahkan bisa lebih parah, “Iya.., iya! Aku mau.” Jawaban terpaksa terlontar dari bibir Dhilla.

“Gitu dong, Sayang.” Abimanyu tersenyum menang, lalu kembali duduk di tempatnya.

Sedangkan Dhilla, sungguh risi mendengar panggilan sayang dari cowok tampan di sampignya. Benar-benar, cowok di sampingnya itu tidak waras. Dhilla memilih diam, dan memperhatikan jalan yang sudah tidak jauh dari rumahnya.

Sesaat setelah Abimanyu kembali menjalankan mobil, Dhilla teringat sesuatu. Lalu, segera gadis ayu itu menghadap samping. Sejenak mengamati lekat-lekat wajah tampan menawan itu, “Bay the way, kamu itu benar Abimanyu ya?” Tanya Dhilla yang matanya tidak lepas memandang wajah Abimanyu.

Memelankan mobil, Abimanyu terkekeh sembari melirik Dhilla yang menghadapnya, “Ya iya lah! Menurut kamu siapa? Budi atau Joko gitu?”

“Cekk…,” Dhilla berdecak, “Maksudku, Abimanyu yang dulu…”

“Suka ngintilin kamu?” Kata Abimanyu memotong ucapan Dhilla.

“Hmmm.” Gumam Dhilla, “Tapi, kamu dulu kan….”

“Gendut, tembem, dekil dan manatnya sipit.” Lagi, Abimanyu memotong kata-kata yang hendak dilontarkan oleh Dhilla, “Tapi, sekarang aku ganteng kan. Pasti kamu jatuh cinta sama aku.” Kata Abimanyu penuh percaya diri. Dhilla melirik Abimanyu  jengah. Memalingkan wajahnya, kembali menghadap jalan yang sepi, “Tapi Dhill, kamu nyadar nggak sih? Kalau kita udah pacaran selama hampir 12 tahun?”

Dan tentu Dhilla dibuat cengo dengan perkataan Abimanyu barusan, “Kamu waras?” Spontan pertanyaan itu terlontar begitu saja.

“Waraslah.” Jawab Abimanyu, “Kalau nggak waras, mana mungkin aku berani deket-deket cewek cantik di sampingku ini.”

Dhilla mencabik, memilih diam dari pada menanggapi ucapan Abimanyu yang semakin ngelantur itu.

--

“Makasih, udah nganterin pulang.” Ucap Dhilla saat sampai di depan rumahnya.

Dengan senyum jenaka, Abimanyu mematikan mobilnya, “Udah jadi kewajibanku sebagai pacar yang baik buat nganterin kamu pulang.” Jawab Abimanyu membuat Dhilla jengah.

Dhilla menghela napas kesal, saat membuka pintu mobil tapi masih terkunci. Ia kembali menghadap Abimanyu dan menatapnya kesal, “Kok nggak dibuka kuncinya?”

“Ada yang kelupaan.” Kata Abimanyu dengan seringai mencurigakan.

“Apa?” Tanya Dhilla bingung.

“Kamu belum ngasih ciuman selamat tinggal.” Ujar Abimanyu dengan mengedipkan sebelah matanya.

Sumpah, demi apapun Dhilla ingin menabok mulut  tak punya malu milik cowok tampan di hadapannya itu, “Abi! Udah deh, nggak usah aneh-aneh.”

“Nggak aneh, kamu nggak pernah pacaran ya.” Kata Abimanyu meremehkan.

Dhilla menghela napas panjang, mencoba meredam kekesalan yang kini sudah mencapai batas maksimal. Menatap cowok yang meremehkan seorang Fadhillah yang cantik  jelita, paras dan hatinya. Memang Dhilla tidak pernah pacaran, bahkan punya gebetan saja tidak. Tapi, bukan berarti tidak ada cowok yang suka padanya. Hanya, Dhilla ingin fokus menggapai cita-cita dulu. Mangkanya, memilih mengabaikan cowok-cowok yang dekat dengannya.

“Jangan-jangan kamu belum pernah ciuman juga?” Terdengar nada ejekan dari pertanyaan Abimanyu.

“Pernah!” Bohongnya. Tidak, sepertinya Dhilla tidak sepenuhnya berbohong. Bukankah beberapa waktu  yang lalu ia berciuman dengan cowok tidak waras itu ya.

Menatap Abimanyu sengit, yang kini juga tengah menatapnya dengan senyum sialan yang mampu membuat cewek manapun terpesona. Dan sepertinya tidak ingin diremehkan, Dhilla merasa otaknya tidak waras atau lebih tepatnya tertular kegilaan Abimanyu.

Ketidak warasan Dhilla makin menjadi, melakukan hal gila yang tidak sejalan dengan akal sehatnya. Karena tidak ingin diremehkan oleh seorang Abimanyu, Dhilla tanpa berpikir langsung mengalungkan tanganya menarik kepala  Abimanyu mendekat, dan menyatukan bibirnya dengan bibir Abimanyu yang lembut.

Dhilla memejamkan mata, berusaha melupakan kegilaannya. Gadis ayu itu hendak melepaskan ciuman. Namun, sialnya bibir Abimanyu terlebih dahulu menahannya, membalas ciuman Dhilla dengan pangutan panas yang membuat tubuh Dhilla meremang.

Tangan Abimanyu mengelus punggung Dhilla dengan lembut, lalu membibing gadis ayu itu untuk bersandar pada jok. Dengan bimbingan bibir  lembut serta lidah Abimanyu, perlahan Dhilla mulai membalas ciuaman menggairahkan itu.

Entah berapa lama mereka beciuman, dan perlahan Abimanyu melepaskan bibir  Dhilla saat merasakan gadis ayu itu mulai kehabisan napas.

Deru napas bersautan terdengar mengalun dalam mobil. Abimanyu sedikit memberi jarak, menatap wajah ayu yang bersemu merah. Melihat mata indah yang pelahan bersinar, karena si gadis ayu itu perlahan membuka mata.

Saat tatapan mereka bertemu, dengan sesegera mungkin Dhilla berpaling. Tentu saja ia malu, akan tindakan gila barusan.

Abimanyu tersenyum melihat Dhilla yang nampak malu itu. Jemari tangannya bergerak lembut di dagu halus Fadhilla, menarik ke samping hingga ia bisa menatap wajah merona Fadhilla. Pun dengan Dhilla yang bisa menatap wajah putih Abimanyu yang juga bersemu merah.

Kini ibu jari Abimanyu sudah berada pada bibir ranum Dhilla, mengusap bibir yang terlihat membengkak itu, “Terimakasih udah menjaga ini untukku.” Dengan lembut, ibu jari Abimanyu menari-nari di bibir Dhilla, “Dan mengizinkanku mecicipinya pertama kali.”

Sumpah demi apa, Dhilla ingin protes akan ucapan Abimanyu yang seenaknya barusan. Sungguh, Dhilla tidak akan mengizinkan, jika cowok tampan itu meminta izin  terlebih dahulu.

Dhilla hendak protes, namun belum juga mulutnya terbuka, Abimanyu sudah terlebih dahulu melumat bibir Dhilla. Kali ini dengan lembut, saking lembutnya hingga kembali membuat Dhilla kehilangan kewarasannya dengan tangan yang sudah mengalung ke leher Abimanyu, mengimbangi ciuman yang menggairahka itu.

Bersambung…..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status