Pagi itu ayam baru saja berkokok. Suasana di luar masih sangat gelap. Mentari masih nyenyak dalam tidurnya dan embun pagi masih begitu lengket memeluk dedaunan. Embun pagi masih begitu pekat hingga tidak ada mata yang mampu menembusnya. Tapi berbeda dengan padepokan yang sudah terang dengan obor. Satrio Wirang dan Arum Sari sedang wara-wiri menyiapkan barang-barang untuk perjalanan mereka. Mereka sengaja berangkat pagi-pagi buta agar sebelum senja mereka sudah sampai ke desa terdekat. Padepokan Ki Naga Baruna memang terletak di desa terpencil yang hanya di tempati oleh beberapa penduduk saja. Untuk bepergian mereka harus menempuh jarak satu hari perjalanan dengan jalan kaki. Untuk bekal mereka Satrio Wirang mengambil sekantong keping emas simpanan guru yang selama ini tidak dia gunakan. Ternyata di padepokan terdapat banyak sekali kepingan emas yang di simpan dalam sebuah peti di ruang pusaka. Arum Sari juga hanya bisa melongo karena melihat kepingan emas sebanyak itu.
Matah
Siang itu matahari terasa sangat panas hingga mampu membakar kulit. Satrio Wirang dan Arum Sari tengah menaiki kudanya. Dari kejauhan Maung Ireng memantau mereka berdua. Dia sudah bersiap membidik mereka dengan anak panahnya. Ketika sudah merasa tepat mengarahkan panahnya pada Satrio Wirang dia langsung melepaskan anak panahnya. Namun Satrio Wirang yang sadar akan adanya bahaya langsung menembakkan senjata jarum beracunnya. Kedua senjata itu pun berbenturan dan jatuh ketanah. Karena percobaan pembunuhannya gagal Maung Ireng langsung pergi meninggalkan tempat itu. Sedangkan Satrio Wirang dan Arum Sari mencari siapa yang telah melesatkan anak panah ke arah mereka. Merasa ada yang tengah mengincar mereka berdua Satrio Wirang meminta Arum Sari agar lebih waspada.Di hari berikutnya Maung Ireng mencoba memasang jebakan di jalan yang akan dilewati oleh Satrio Wirang dan Arum Sari. Dia membuat lubang yang penuh dengan bambu runcing di dalamnya dan dia menutupnya dengan daun-daunan k
Desa dadakan adalah desa yang terkena wabah penyakit kulit yang sangat cepat menular. Demi menyebarnya wabah itu maka jika ada warganya yang terkena pergi dari desa itu makan dia akan langsung di bunuh.Satrio Wirang dan Arum Sari begitu miris melihat desa itu yang di penuhi oleh banyak sekali penduduk yang terkena wabah itu. Kondisi fisik warganya begitu kurus karena memang tidak ada orang yang datang ke desa itu hingga tidak ada lagi jual beli di desa itu.Satrio Wirang yang sedang keliling desa melihat seorang anak kecil tertidur di tanah. badan anak itu penuh bintik merah yang sangat menjijikkan. Dengan tatapan memelas dia memandang pada Satrio Wirang. Dengan suara yang sangat lirih dia bilang lapar. Satrio Wirang yang tidak tega menghampiri anak itu. Dia mengeluarkan sebuah buah pisang yang dia simpan sebagai bekalnya dan memberikannya pada anak itu. Dengan cepat anak itu langsung mengambil pisang itu. Dari cara makan anak itu yang begitu lahapnya menunjukkan bahw
Sekelompok pasukan kerajaan tiba di Desa Dadakan. Mereka semua bersenjata lengkap dengan seragam kerajaan berwarna merah yang menunjukkan bahwa mereka adalah prajurit Kerajaan Salakanegara. Para prajurit itu adalah bawahan dari Aryo Guntur yang juga datang ke desa itu. Sesampainya di desa itu Aryo Guntur langsung menyuruh prajuritnya untuk mengumpulkan semua orang di desa itu. Sedangkan dirinya pergi ke tempat Alikusuma. Alikusuma begitu terkejut melihat kedatangan Aryo Guntur. Namun Aryo Guntur bersikap manis dan langsung memeluk Alikusuma. Alikusuma mempersilahkan Aryo Guntur masuk ke dalam rumahnya dan mempersilahkannya duduk di sebuah kursi kayu."Apa kabar Saudaraku?" tanya Aryo Guntur."Aku baik-baik saja, Kau tidak perlu khawatir." jawab Alikusuma."Syukurlah kalo begitu, sepertinya kau sangat nyaman tinggal di desa ini" ledek Aryo Guntur."Ya, Seperti yang kau lihat" ucap Alikusuma."Sebenarnya kedatanganku kemari karena Aku ada satu
Pagi itu matahari sudah lumayan tinggi. Satrio Wirang dan Arum Sari sedang mengisi perut mereka yang kelaparan sebelum melanjutkan perjalanan mereka. Awalnya kedai itu tenang-tenang saja semuanya seperti biasa makan dengan tenang. Hingga sekelompok orang dengan penampilan yang seram serta membawa berbagi senjata masuk ke kedai itu dan membuat orang di dalam kedai berlarian keluar, Namun Satrio Wirang dan Arum Sari yang tidak tahu apa-apa tetap santai menikmati makanan mereka.Sekelompok orang itu mulai mendekati meja Satrio Wirang. Dengan tatapan tajam mereka seakan mengancam Satrio Wirang dan Arum Sari.“Ki Sanak apa kau orang baru di sini?” tanya Sekelompok orang itu.“Iya Ki Sanak kami pendatang di sini” jawab Satrio Wirang tenang.Melihat wajah cantik Arum Sari sekelompok orang itu mulai menggodanya, bahkan ada yang ingin membelai wajah Arum Sari namun di hentikan oleh Arum Sari. Dengan sekuat tenaganya Arum Sari memutar
Satrio Wirang sedang mengemasi barangnya dari rumah Kepala Desa. Kini dia harus kembali melanjutkan perjalanannya untuk mencari Bayu Samudra. Menurut kabar dari Kepala Desa satu tahun yang lalu ada seorang pemuda yang juga datang ke kampung ini lalu menanyakan tentang padepokan-padepokan ilmu bela diri yang ada di sekitar sini. Kemudian pemuda itu pergi ke padepokan di desa sebelah yang paling terkenal kesaktian murid-muridnya. Satrio Wirang dan Arum Sari pun bergegas menuju padepokan ilmu bela diri yang Kepala desa maksud. Dengan harapan bisa menemukan Bayu Samudra yang mereka cari.Namun Satrio Wirang dan Arum Sari harus merasa kecewa. Saat sampai di padepokan yang di maksud kepala desa karena padepokan itu sudah tidak berpenghuni lagi, Dari luar bangunan itu penuh dengan sarang laba-laba yang sangat banyak. Sebagian bangunan itu juga sudah di tumbuh oleh tumbuhan."Sekarang kita harus bagaimana Kanda?." tanya Arum Sari."Entahlah Dinda sepertinya
Di sebuah pagi yang cerah terlihat Satrio Wirang dan Arum Sari yang di bantu oleh Yuyu Gangga sedang memasuk barang-barang mereka ke dalan sebuah sampan di tepi pantai. Mereka bertiga berencana pergi ke pulau misterius yang ada dalam peta yang kemarin mereka temukan."Bagainana apa semuanya sudah siap?" tanya Satrio Wirang."Semua barang kalian sudah Aku masukan dan semua persedian juga sudah aku siapkan" jawab Yuyu Gangga."Baik lah kalo begitu ayo kita berangkat" ajak Satrio Wirang"Tunggu dulu apa kalian yakin akan pergi ke pulau itu" ucap Yuyu Gangga dengan sebuah keraguan di wajahnya."Memang kenapa?, Apa ada sesuatu di pulau itu" tanya Arum Sari."Menurut cerita warga disini ada seekor naga yang tinggal di pulau itu. itu sebabnya tidak ada yang berani kesana." jelas Yuyu Gangga."Apa ada orang pernah melihat naga itu?, Kalo memang ada seekor naga disana tidak mungkin Bayu Samudra sekarang berada di sana. Mungkin itu hanya sebuah dongeng warga
Suasana malam ini terasa begitu sunyi. Malam yang begitu gelap dengan hanya adanya sedikit sinar dari cahaya obor yang ada di sana. Satrio Wirang dengan hati-hati menyelinap ke padepokan milik Bayu Samudra. Tidak seperti padepokan lainya. Padepokan milik Bayu Samudra hanya terdiri dari gubuk-gubuk kecil yang tersusun melingkari sebuah gubuk besar yang tepat berada di tengahnya. Setelah menelusuri tempat itu Satrio Wirang menjadi tahu bahwa gubuk-gubuk kecil itu adalah tempat istirahat murid-murid dari Bayu Samudra. Sedangkan gubuk besar yang ada di tengah adalah tempat tinggal dari Bayu Samudra. Tidak lupa penjagaan di tempat itu juga sangat ketat. Setiap jamnya pasti ada seseorang yang mengelilingi tempat itu.Satrio Wirang mencoba masuk ke dalam gubuk besar di mana Bayu Samudra. Dengan kekuatan menghilang dari Jubah Naga Hitamnya dia bisa dengan leluasa berkeliling di tempat itu tanpa terlihat. Setelah berada di dalam gubuk itu. Satrio Wirang melihat Bayu Samudra yang tenga
Satrio Wirang tiba-tiba tersadar dalam kegelapan yang seperti tidak ada ujungnya. Ke mana pun Satrio Wirang berjalan yang ada hanya kegelapan. Satrio Wirang semakin bertanya-tanya di mana sekarang dirinya berada. Tidak ada satu cahaya di sana. Satrio Wirang mulai putus asa. Di mengira ini adalah mimpi tapi ketika dia menampar wajahnya sendiri. Dia merasakan sakit dan tidak kunjung bangun dari tidurnya. Di tengah ke putus asannya sesosok Naga Hitam muncul. Mata naga itu begitu merah sama seperti patung yang di lihatnya saat masuk ke dalam gua tadi. Kemunculan sosok naga hitam itu membuat sekeliling Satrio menjadi sedikit terang dengan adanya api-api ungu yang tiba-tiba menyala mengitari naga hitam itu."Bhawhahaaaaaa. Bagus sekali anak muda kau telah menemukan mataku. Setalah ribuan tahun lamanya akhirnya aku kembali mendapatkan mataku." ucap Naga Hitam itu dengan suara tawa yang mengerikan."Siapa Kau sebenarnya dan apa maksudmu?" tanya Satrio Wirang."Kau tidak