Share

Pengajian

"Ayo Bu, Rose, kita masuk kedalam. Apa Rose mau bantu ibu memasak?" 

"Ogah, Rose nggak pintar masak. Biar ibu aja yang masak," ucap Rose menolak. 

Aku menatap Ustadzah dan meminta pengertiannya agar Ustadzah Aisyah mau memaklumi. 

"Kalo begitu, kamu ikut saya aja. Mau kan?" tawar Ustadzah. 

"Kemana?" tanya Rose penasaran. 

Tanpa menjawab, Ustadzah menggandeng Rose lalu di bawah masuk ke dalam rumah. Sementara aku menuju dapur dan langsung memasak, melihat semua bahan tersedia aku pun paham. Ustadzah Aisyah ingin aku memasak soto ayam. 

Di dapur, aku tidak sendiri. Ada seorang art Ustadzah, usianya masih muda. Art itu hanya di tugaskan untuk membantuku, seperti memotong sayur dan bumbu. 

Sibuk di dapur, aku tidak tau apa yang di perbuat Ustadzah Aisyah dengan menantuku. Selama dia tidak membuat masalah, aku pun tenang. Semoga saja di tangan Ustadzah, Rose bisa berubah sedikit demi sedikit. 

Saat mengaduk soto yang hampir matang, aku di kejutkan dengan panggilan Ustadzah. Kukira sesuatu yang buruk telah terjadi, aku segera keluar dari dapur dan menuju ruang tengah. 

Sesampainya di sana, aku tertegun. Masya Allah, benarkah itu Rose. Wanita muda yang berdiri di depanku ini begitu anggun, memakai gamis dan jelbab besar. 

"Gimana Bu Khadijah? Rose cantik kan?" puji Ustadzah Aisyah meminta pendapatku mengenai penampilan Rose. 

"Masya Allah, cantik! Rose, kamu lebih cantik memakai gamis dan jelbab," kataku berbinar. 

"Cantik apanya sih, Bu? Panas tau nggak!" protes Rose mengibaskan jelbab karena panas. 

"Itu karena kamu belum terbiasa Ros, kalo nggak latihan dulu ya!" rayu Ustadzah Aisyah. 

"Ogah, sekarang aku buka gamis ini Ustadzah. Aku nggak mau pake lagi, gerah. Lagian ngapain sih di rumah aja pake beginian," cemooh Rose mencibir. 

"Ya sudah, nggak apa-apa. Perlahan-lahan aja memakainya. Itu gamis dan jelbab saya kasih buat kamu," kata Ustadzah Aisyah tersenyum. 

Rose lalu buru-buru membuka gamis dan jelbab, kemudian mencampakkannya di kursi. Aku cuma terenyuh melihat sikapnya yang tak sopan dan membantunya melipat gamis dan jelbab. 

Rose duduk dengan mengibaskan tangannya ke wajah, menyeka keringat yang mungkin kepanasan saat memakai gamis tadi. Aku maklum Rose belum terbiasa, karena hari-harinya cuma memakai baju pendek. 

"Rose, kalaupun tidak mau memakai gamis ini nanti saat pengajian pakai kerudung ya!" rayuku. 

"Aku mau pulang aja deh, Bu. Bosen banget di sini, lagian untuk apa ikut pengajian. Nggak ada untungnya!" cerca Rose. 

"Kalo kamu pulang, ibu nggak ada teman jalan nanti. Kalo tidak mau dengar pengajian, kamu bisa di dapur bantu ibu nanti," kataku masih coba membujuknya. 

"Ibu udah mulai bawel lagi, ingat pesan Mamaku. Kalo ibu masih tetap memaksa, lebih baik aku tidak mau lagi keluar rumah untuk seterusnya!" hardik Rose dengan suara keras. 

"Sudah, Bu Khadijah nggak usah di paksa lagi. Dan Rose, nggak boleh begitu terhadap ibu. Walaupun dia mertuamu tapi sudah menjadi ibumu, berdosa melawan orang tua," ucap Ustadzah Aisyah menegur Rose. 

Rose pun segera melengos pergi sambil menatap tak suka padaku dan Ustadzah Aisyah. Entah dengan cara apalagi aku harus menasehatinya, aku masih berusaha sabar dan lembut tidak mau memakai kekerasan. 

'Gusti Allah, bantu aku memberi nasehat pada menantuku itu' gumam ku berdoa dalam hati. 

Melihatku terdiam mematung, Ustadzah Aisyah segera menepuk pundak ku. "Sudah Bu Khadijah, sabar ya! Biar saja dia pulang dulu, semoga setelah pulang nanti hatinya telah dingin dari kemarahan." 

Aku mengangguk, "Saya minta maaf atas kelakuan menantuku ya Ustadzah!" 

"Ya, nggak apa-apa Bu. Saya udah biasa menghadapi orang-orang seperti Rose, bahkan ada yang lebih parah," balas Ustadzah menghiburku. 

"Kalo gitu saya lanjutkan memasak ya, Ustadzah. Tinggal masak nasi, apa Ustadzah mau cicipi soto buatan saya?" 

"Baiklah, yuk kita ke dapur." 

"Gimana, enak nggak Ustadzah?" tanyaku saat soto sudah di cicipi olehnya. 

"Masya Allah, mantul Bu. Sedap benar masakan soto ibu," puji Ustadzah Aisyah mengacungkan jempol. 

"Alhamdulillah, ternyata Ustadzah suka," kataku bersyukur. 

Aku pun melanjutkan memasak yang lain, seperti masak nasi dan goreng bawang serta kerupuk. Sementara Ustadzah Aisyah sibuk menata ruang tamu dan tengah untuk di pake pengajian. 

Sudah tengah hari, pengajian di adakan siap Dzuhur. Namun, sebagian hadirin sudah banyak yang datang. Mereka ingin sholat bareng Ustadzah. Aku kagum begitu antusias mereka mengikuti pengajian ini. 

Melihat itu, aku jadi teringat Rose. Sedang apa menantuku saat ini, apa dia tidur lagi. Kalo aku tidak di rumah siapa yang akan membangunkannya untuk sholat. Hatiku cemas memikirkannya, semoga saja bapak di rumah mau memberitahu nya bila akan sholat. 

Setelah sholat Dzuhur, aku kembali ke dapur. Memeriksa masakan tadi, semua sudah siap terhidang di meja. Namun, tiba-tiba petir menggelegar mengejutkan semua hadirin yang datang. 

Mendung datang secara tiba-tiba dan tak diduga. Untung saja hari ini aku tidak ada menjemur pakaian, jadi aku tidak perlu pusing. Karena jika menyuruh Rose pasti tidak akan dikerjakannya. 

Pengajian pun dimulai, Ustadzah Aisyah memanggilku agar duduk bergabung ke depan. Masalah dapur di serahkan pada art nya. Ustadzah Aisyah memberikan beberapa ceramah terkait hubungan antara sesama makhluk dengan penciptanya. 

Beginilah ceramah yang Ustadzah Aisyah sampaikan : 

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ

“Dan berikanlah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman” (QS adz-Dzaariyaat ayat 55)

Ayat ini menjelaskan bahwa peringatan dalam bentuk ayat-ayat al-Quran maupun hadits-hadits yang shahih berupa janji-janji dan ancaman dari Allah akan memberikan manfaat hanya kepada hati orang yang beriman.

Karena orang yang beriman, jika diingatkan dengan ayat-ayat Allah, mereka akan menerimanya dengan sepenuh jiwa dan ketundukan. Mereka tidak akan berlaku bagaikan orang yang tuli dan buta ketika datang peringatan dari Allah:

“dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang yang tuli dan buta” (QS al-Furqan: 73)

Orang yang mendapatkan manfaat dari peringatan adalah orang yang beriman. Sedangkan orang yang tidak mendapat manfaat dari peringatan adalah orang yang tidak beriman, bisa jadi imannya sudah hilang atau kurang imannya. Karena itu, lihatlah keadaanmu. Jika engkau mendengar peringatan dari ayat-ayat Allah apakah engkau menjadi ingat dan takut. Jika demikian, pujilah Allah karena itu menunjukkan bahwa engkau beriman. Namun, jika dengan adanya peringatan hatimu tidak terpengaruh, tetap saja keras, maka janganlah cela kecuali diri sendiri. Hendaknya engkau segera kembali kepada Allah, hingga bisa mendapat manfaat dari pemberian peringatan dengan ayat-ayatNya. Ayat ini juga menunjukkan bahwa semakin kuat keimanan, semakin besar dan agung manfaat yang diterima seseorang ketika mendapatkan peringatan dari ayat-ayat Allah maupun hadits-hadits Rasulullah shollallahu alaihi wasallam.

(disarikan dari transkrip ceramah Syaikh Ibnu Utsaimin dalam menafsirkan surat adz-Dzaariyaat) 

Hadirin mendengarkan dengan penuh keyakinan dan khidmat. Itu terlihat dari wajah-wajah mereka, bahkan ada juga yang mencatat dibuku isi ceramahnya. Hingga ceramah itu selesai di tutup dengan dzikir dan doa. 

Acara berlanjut ke hidangan, Ustadzah Aisyah menyuruh para hadirin untuk makan. Tak lupa juga mengatakan bahwa yang memasak sotonya adalah aku. Banyak para hadirin yang memuji hingga aku pun menjadi malu. Ustadzah Aisyah hanya tersenyum melihatku yang salah tingkah. 

Saat asyik makan, tiba-tiba terjadi keributan di luar. "Ada apa ini?" tanya Ustadzah Aisyah keluar. 

"Permisi Ustadzah, Bu Ijah nya ada?" tanya Mang Asep celingukan. 

"Ada di dalam, ada apa Mang?" tanya Ustadzah Aisyah bergegas memanggilku ke belakang. 

"Bu Ijah, di cariin Mang Asep di depan!" 

"Ada apa Ustadzah?" 

"Nggak tau, coba datangi dulu. Sepertinya dia cemas!" jawab Ustadzah Aisyah. 

Aku pun bergegas ke depan dan menghampiri Mang Asep. "Ada apa Mang?" 

"Bu Ijah, gawat. Cepat pulang, mantumu ... Ayo ikut saya!" ajak Mang Asep terburu-buru. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status