Share

Maduku adalah Kakakku Sendiri
Maduku adalah Kakakku Sendiri
Penulis: Fn. Nurmala17

1. Takut Menganggu

Suara ketukan pintu mampu membuyarkan kepokusan yang terjadi selama satu jam lamanya. Dengan kedipan beberapa kali, Luke berdehem dan mengalihkan tatapannya pada dokumen yang sejak tadi ia kerjakan.

"Masuk."

Satu kalimat itu telah mampu menghentikan suara berisik, berganti dengan pintu yang mulai terbuka hingga tampaklah seorang wanita yang membawa secangkir kopi kesukaan sang pria.

Setelah menutup pintu kembali, wanita itu masih bergeming di tempat dengan pandangan tertuju pada sang suami yang terlihat serius dalam membaca dokumen. Menghembuskan napas sejenak sebelum ia kembali mengayunkan kaki. Dengan langkah pelan, ia tidak ingin membuat suaminya hilang konsentrasi.

Setelah memastikan bahwa cangkir kopi itu telah berada di atas meja dengan aman. Si wanita melirik sebentar ke arah si pria yang sepertinya tidak menyadari kedatangannya. Ia mengulas senyum tipis sebelum akhirnya ia berbalik hendak meninggalkan sang suami.

Namun, belum sempurna tubuhnya berbalik. Sebuah tangan besar merangkul pinggangnya hingga ia terjatuh ke pangkuan sang pria. Dengan raut yang masih menampakkan keterkejutan, ia menggerakkan netranya ke arah sang suami yang kini menyeringai menatapnya.

"Luke, apa yang kau lakukan?" tanyanya setelah meredakan debaran pada jantung. Wanita itu masih belum berhenti dalam mengusap dada.

"Memelukmu," jawab Luke enteng, seakan tidak merasa bersalah terhadap apa yang ia lakukan barusan.

Mendengar nada yang begitu ringan, sang wanita mengerucutkan bibir. "Bagaimana jika aku jantungan tadi? Kau membuatku begitu terkejut."

Tanpa signal ataupun aba-aba, sang wanita kembali dibuat terkejut ketika pria yang memeluknya itu mengecup bibirnya begitu dalam.

"Luke! Sudah kubilang jangan suka membuatku terkejut," sungut si wanita seraya memukul dada suaminya pelan. Sang pria malah tertawa melihat wajah kesal sang istri.

"Itu hukuman karena kau datang ke ruanganku secara mengendap-endap. Memangnya kau mau dituduh sebagai pencuri, hm?" Luke mengangkat satu alisnya ketika melihat wajah sang istri dipenuhi kerutan kebingungan.

"Aku hanya tidak ingin mengganggumu disaat kau sedang serius bekerja, Luke. Makanya aku tidak bersuara saat masuk tadi," jawab si wanita seraya meletakkan nampan ke atas meja di samping laptop.

Tidak suka melihat sang istri mengalihkan pandangan dari tatapannya, Luke langsung menggapai wajah istrinya agar kembali menatapnya. "Asha, aku paling tidak suka saat kau berpaling dariku. Lagi pula, siapa yang mengatakan bahwa kau menggangguku. Malah sebaliknya, saat-saat seperti ini aku butuh energi agar pikiranku bisa lebih jernih."

Asha kembali mengerutkan alisnya tanda tidak mengerti akan perkataan suaminya. "Energi? Bukankah tadi kita baru saja selesai sarapan?"

Mendengar respon yang begitu polos, Luke malah berdecak kesal. Asha semakin memperdalam kerutan seraya netranya terus bergerak menatap wajah gusar sang suami.

"Bukan energi itu yang ku maksud. Tapi ...." Selang keheningan sejenak, Luke mulai menurunkan pandangan ke arah bibir merah sang istri dengan tatapan berhasrat.

Menyadari ke mana arah tatapan itu. Asha seketika langsung mengurai kerutan karena mulai mengerti maksud dari perkataan suaminya. Sebelum bibir mereka saling menyatu. Asha telah lebih dulu menyela.

"Hm, Luke. Aku baru ingat jika tadi Mama memintaku untuk memijitinya. Jangan lupa minum kopinya yah, aku akan menemui Mama dulu," seru Asha yang berusaha menjejaki lantai.

Hampir saja kakinya menggapai lantai saat sang suami telah lebih dulu mengangkat tubuhnya ke atas meja. Dengan mata telah membulat sempurna, Asha berusaha menggerakkan bibir. "Luke, aku tidak bercanda. Mama sekarang pasti sedang menungguku. Biarkan aku turun, yah."

Bukannya menurukan dirinya ke lantai, sang suami malah merapatkan pandangan. Hingga membuat Asha menahan napas seraya memundurkan wajah.

"Mimijat mertua bukanlah kewajiban. Tapi yang harus lebih diutamakan adalah melayani suaminya. Jadi, sebagai istri yang baik tidak boleh menghindar, hm." Luke memiringkan sudut bibirnya dan terus memperhatikan wajah istrinya yang merengut.

"Bukankah tadi malam kita sudah melakukannya. Apa malam ini kau masih menginginkannya?" Pertanyaannya langsung dibalas anggukan cepat dengan mata telah berbinar, membuat Asha semakin mengerucutkan bibir. "Dasar mesum," umpat Asha yang hanya direspon kekehan kecil.

"Aku tidak pernah bosan melakukannya selama itu denganmu." Melihat wajah sang istri yang mulai mengurai kerutan. Luke  kembali mendekatkan wajah mereka hingga kehangatan seketika menyapa.

Belum puas sampai di situ, Luke langsung mengangkat tubuh istrinya tanpa melepaskan tautan bibir mereka menuju ke kamar. Setelah berjalan beberapa langkah. Dengan semakin liar, si pria menutup pintu kamarnya menggunakan satu kaki. Hingga hanya menyisakan suara dentuman dari pintu yang dibanting sedikit kuat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status