Share

2. Romantis di Pagi Hari

Paginya, Asha berjalan dari dapur dengan membawa nampan yang di atasnya terdapat secangkir teh madu kesukaan ibu mertua dan cemilan. Ia meletakkannya di atas meja, tepat di depan mertua.

"Bu, ini tehmu," ujar Asha memberitahu.

Selina Watson--ibu mertua Asha hanya berdehem dan kembali meletakkan majalah yang sedang ia baca.

"Sudah ada tanda-tanda?" tanya Selina yang langsung membuat Asha bergeming.

Asha tahu maksud dari pertanyaan itu. Ia pun menggeleng ragu yang membuat Selina menghembus napas gusar.

"Asha, kenapa belum ada tanda-tanda? Kau sudah menikah dengan anakku selama tiga tahun, berapa lama lagi aku harus menunggu. Aku tidak akan mati dengan tenang sebelum memastikan bahwa penerus perusahaan keluarga dilahirkan!" tegas sang mertua, Asha hanya menunduk, mengatup bibirnya rapat-rapat. Ini juga bukan kehendaknya, wanita mana yang tidak menginginkan anak setelah ia menikah?

"Bu, kenapa kau terus menekan istriku? Ini adalah masalah kami, jadi jangan ikut campur dalam urusan rumah tanggaku," sela Luke yang baru saja turun dari lantai atas, lelaki itu telah rapi dengan seragam kantornya lalu berhenti di samping sang istri.

<span;>"Luke, ini juga menjadi masalah Ibu. Jangan sampai perusahaan kita jatuh ke tangan yang bukan darah daging keluarga Watson. Itu adalah titah dari almarhum mediang Kakekmu. Apa kau mengerti?"

Luke menghela napas gusar. "Bu, aku tidak akan pernah lupa. Kau bahkan sudah mengatakan itu beribu kali, telingaku ini hampir sakit mendengarnya. Aku adalah suami, jadi aku yang bertanggung jawab atas semua masalah rumah tanggaku. Luke mohon, Mama jangan ikut campur lagi dalam masalah ini. Jangan memberi tekanan pada istriku, Bu," ujar Luke penuh harap.

Selina berdecak kesal seraya menatap tajam Asha yang masih menunduk. "Luke sampai kapan pun jika itu menyangkut penerus perusahaan keluarga. Mama tidak akan pernah tinggal diam." Selina langsung beranjak pergi meninggalkan Luke dan Asha.

"Jangan terlalu memikirkan ucapan Ibu tadi, yah," ucap Luke memutar tubuh Asha menghadapnya.

Wanita itu hanya tersenyum tipis seraya memperbaiki letak dasi yang sedikit miring.

Luke memandangi wajah istrinya dengan penuh cinta seraya mengelus wajah itu. Kemudian ia menarik pinggang istrinya hingga wajah mereka begitu dekat.

"Nanti malam berdandalah yang cantik. Aku akan membawamu ke suatu tempat, hm," bisik Luke memberi sensasi hangat di telinga Asha.

"Jadi, selama ini aku tidak cantik?" tanya Asha seraya memanyunkan bibirnya.

"Kalau kau tidak cantik, mana bisa aku tertarik padamu lalu menikahimu sedang begitu banyak gadis yang mengantri waktu itu," goda Luke hingga membuatnya mendapatkan pukulan dari sang istri.

"Menyebalkan!"

"Eh ...." Luke menahan lengan istrinya yang hendak kembali melayangkan pukulan di dadanya. "Sudah lama aku tidak mendengar kau mengatakan itu. Kau ingat, bagaimana dulu kau sangat membenciku. Kau bahkan tidak absen dalam mengataiku. Menyebalkan, Tuan angkuh, sok tampan," ucap Luke mengingat kenangan dulu lalu terkekeh.

"Memang benar dan sekarang kau masih seperti dulu. Tidak berubah sama sekali." Asha menghempaskan tangannya dari cengkraman suaminya.

"Tapi bedanya, sekarang aku sangat mencintaimu," bisik Luke yang membuat Asha sedikit merasa geli.

Sedetik kemudian, rasa hangat langsung menjalar ke pipinya. Asha tidak bisa menahan bibirnya untuk tidak melengkung. Luke langsung menarik pinggang sang istri hingga tubuh mereka saling menempel.

"Asha, tetaplah bersamaku." Setelah mengucapkan kalimatnya. Luke langsung menyatukan bibir mereka.

Dalam beberapa menit mereka tenggelam dalam kehangatan. Para pembantu yang tidak sengaja melihat, langsung senyum-senyum sendiri melihat kemesraan majikan mereka. Layaknya sedang menonton drama china.

Dari arah pintu utama, seorang wanita yang terpaut dua tahun lebih tua dari Asha mengeram marah. Tangan yang sedang memegang kantong plastik buah tergenggam erat. Tampak matanya telah memerah dan berkaca-kaca.

"Asha, kenapa kau lagi-lagi mengambil kebahagiaanku? Kenapa semua yang kuinginkan dirampas olehmu!" geramnya dalam hati lalu kemudian langsung berbalik. Meninggalkan rumah besar itu dengan amarah yang memuncak.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status