Share

3. Kekecewaan yang Masih Menemani

"Ilona, tadi kau bilang ingin ke rumah. Kenapa belum datang?" tanya Selina dari seberang telpon.

Ilona menarik napas sedalam-dalamnya, berusaha menyurut emosi di dalam diri. Hatinya begitu panas di pagi hari ia harus melihat hal yang menjijikkan.

"Hm, maaf Tante. Tiba-tiba, Ilona ada urusan mendadak di kantor. Mungkin lain kali, Ilona bakal nyempetin buat ke rumah," ucapnya dengan suara normal seperti tidak terjadi apapun.

"Yah, padahal tadi Tante berharap banget kamu ke sini. Tante butuh teman ngobrol, nih."

Alis Ilona tertaut mendengar keluhan dari seberang. "Butuh teman ngobrol? Bukankah Asha ada untuk nemenin Tante ngobrol?"

"Jangan membahas adikmu itu, dia yang bikin mood Tante buruk. Menyebalkan sekali," gerutu Selina.

Kedua sudut bibir Ilona seketika terangkat. Kalimat Selina barusan mampu menyiram hatinya yang tadi terasa panas.

"Dulu Tante berharap banget yang nikah sama Luke adalah kamu bukan Asha. Tante gak tau kenapa Luke sukanya sama Asha dibanding kamu, padahal dulu kalian sering banget jalan bareng pas waktu kuliah," terang Selina lagi.

Ilona dan Luke adalah teman yang lumayan dekat pas waktu kuliah dulu. Mereka sering jalan bareng dan mengerjakan tugas kuliah bersama. Saat itulah Ilona mulai menyukai sosok tampan Luke. Baginya, Luke adalah pria yang berbeda dari sekian banyaknya pria yang ia kenal.

Namun, cintanya tidak berbalas. Luke menolak Ilona dengan alasan telah mempunyai wanita pujaan. Kecemburuan Ilona semakin memuncak kala ia tahu bahwa wanita pujaan Luke adalah adiknya--Asha. Sejak saat itu hubungan kakak-beradik itu mulai merentangkan jarak.

"Yah, mau gimana lagi Tante. Semuanya udah terjadi. Oh yah, kalau gitu Ilona tutup dulu yah. Ilona masih ada kerjaan. Bye Tante."

Ilona langsung menutup telpon. Tatapannya seketika menajam seiring seringaiannya semakin lebar. Ia langsung memasuki taxi yang baru saja ia hentikan.

"Ke perusahaan Watson Group, Pak," ucap Ilona memberitahu alamat tujuan.

***

Seorang wanita berada di kamar mandi dengan benda panjang berwarna putih di tangannya. Ia memejamkan mata, ini adalah test pack yang kesekian kalinya. Ia berharap keajaiban datang dan benda ditangannya itu bisa memberi ia dua garis biru.

Perlahan ia mulai membuka kelopak matanya seiring terus melafazkan doa dalam hati.

Criiing!

Kelopak matanya terangkat sempurna, untuk hitungan tiga detik, Asha bergeming dengan otak terus mencerna apa yang ia lihat di bawah sana.

Untuk kesekian kalinya pula ia menghela napas panjang dengan kedua pundaknya ikut menurun lemah. Tangannya yang memegang test pack yang menampilkan satu garis biru itu pun ia letakkan ke atas wastafel bersama test pack lainnya yang juga menampilkan satu garis.

Asha menatap dirinya di pantulan cermin, kekecewaan masih menemaninya setelah tiga tahun lamanya. Kapan harapannya segera datang?

Di tengah kemurungannya, ponselnya membunyikan notifikasi yang ternyata pesan dari sang suami.

@Luke_Watson

(Honey, jangan lupa untuk berdandan dengan cantik. Aku akan memberi suprise besar malam ini.)

Pesan itu berakhir dengan emoticon love dan satu pesan kembali masuk, sebuah stiker Luke yang sedang melakukan kiss bye. Membuat Asha seketika melengkungkan bibir tanpa sengaja.

Suaminya itu selalu bisa mengembalikan senyumannya yang sempat memudar. Asha menarik napas dalam lalu kembali menatap dirinya di cermin. Ia mengulas senyum lebar dan memastikan bahwa malam ini, ia tidak akan mengecewakan Luke.

Di jalanan kota yang padat, sebuah taxi menepi tepat di depan gedung yang tingginya hampir mencapai langit. Seorang wanita keluar dari taxi itu dengan menenteng sebuah tas kecil yang di dalamnya terdapat kotak makanan.

Ia terus berjalan dan memasuki lobi menuju meja resepsionis. Dengan senyuman yang terus melengkung indah, ia berkata.

"Aku teman dekatnya Tuan Luke Watson dan ingin bertemu dengannya."

"Baik, Nona. Silahkan, Tuan Luke berada di ruangannya," ucap sang resepsionis ramah.

Tanpa mengucapkan terima kasih, Ilona melangkah dengan anggun memasuki lift. Hatinya berdebar tidak sabar ingin segera bertemu dengan lelaki pujaan.

Pintu lift terbuka, wanita berambut pendek itu langsung melangkah keluar menuju ruangan sang direktur. Tanpa memudarkan senyuman lebarnya, ia mulai mengetuk pintu. Beberapa saat, terdengar dari dalam yang memerintahkannya untuk masuk.

Ilona membuka daun pintu, hatinya berdesir hangat saat melihat lelaki pujaannya terlihat begitu berkharisma ketika sedang pokus dengan pekerjaannya.

"Apa aku menganggu waktumu?" tanyanya seraya menutup pintu dan berjalan mendekati meja.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status