Share

4. Melahirkan Keturunan Watson

"Apa aku menganggu waktumu?" tanyanya seraya menutup pintu dan berjalan mendekati meja.

Luke menoleh, ia langsung menutup berkas di hadapannya lalu menepinya di sudut meja.

"Ada keperluan apa kau datang ke kantorku? Apa ada masalah?" tanya Luke sedikit tidak nyaman.

Sebelum menjawab, Ilona langsung meletakkan tas kecil itu ke atas meja dan mengeluarkan sebuah kotak makan.

"Apa aku harus menemuimu disaat aku ada masalah? Ini sudah waktunya makan siang, jadi aku membawa makanan kesukaanmu," ucap Ilona.

"Kau tidak perlu repot-repot membawanya ke sini. Istriku telah menyiapkan semuanya." Luke membawa tas kecil lain ke hadapan Ilona. Membuat wanita itu menggertak geram.

"Hm, karena Kakak ipar telah repot membawanya ke sini. Jadi, aku akan tetap menerima kebaikanmu ini. Aku akan menyuruh Dery memakannya nanti. Terima kasih."

Luke sengaja memanggil Ilona dengan sebutan kakak ipar, sekedar ingin menegaskan bahwa hubungan mereka sekarang hanya sebatas ipar. Ia tidak ingin, wanita itu terus berada diambang harapan dan ketidakpastian.

Luke beranjak dari kursinya dengan membawa tas kecil dari istrinya. Tepat saat tubuhnya di samping Ilona, lelaki itu berhenti.

"Lain kali, kau tidak perlu lagi repot-repot mengantar makanan ke kantorku. Kau adalah Kakak iparku bukan delivery." Selesai menuntaskan kalimatnya, Luke langsung keluar dari ruangannya meninggalkan Ilona yang diselimuti api kemarahan.

"Arrgghhtt!" geramnya sambil membantingkan kotak makan itu hingga berhambur berantakan di lantai.

***

Malam tiba.

Asha telah bersiap dengan dress warna merah sebatas lutut dan tidak berlengan. Sebuah jepit pita tergantung indah di sebelah kiri rambutnya, meski wajahnya hanya dibalut make up yang tidak terlalu tebal, tapi hal itu membuat kecantikan Asha terlihat lebih natural.

Sekali lagi, ia melihat dirinya di pantulan cermin besar di kamarnya. Merasa tidak ada yang salah dengan dandanannya, ia langsung keluar kamar dan turun.

"Mau ke mana?" tanya Selina yang duduk di ruang tamu.

"Luke, mengajakku keluar Ma," jawab Asha dengan sopan.

Masih dengan pandangan mengarah ke majalah di pangkuannya. Selina hanya berdehem lalu perlahan menyingkirkan majalah itu ke atas meja. Ia beranjak dari sofa dan berjalan mendekati menantunya.

Saat jarak mereka hanya satu setengah meter. Selina mengedarkan pandangannya ke penampilan Asha dari bawah hingga atas. Tepat saat maniknya beradu dengan manik hazel milik Asha, ia mengangkat satu alisnya.

"Pantesan aja kalau Luke lebih memilihmu ketimbang Kakakmu. Kau memang lebih cantik dan menarik." Asha hanya tersenyum tipis. "Tapi aku tidak peduli hal itu, yang aku pedulikan hanyalah penerus perusahaan keluarga. Jadi, pikirkan dari sekarang agar segera melahirkan keturunan Watson. Jika tidak ... kau pasti lebih memahamiku." Selina berucap dengan tatapan penuh intimidasi dan penekanan.

Mendengar ancaman itu, membuat Asha tidak bisa berkutik. Ia bergeming untuk beberapa saat setelah akhirnya sebuah tangan kekar meraih pergelangan tangannya.

Ia menoleh dan mendapati Luke berada di sampingnya dengan kerutan tebal di dahi. Lelaki itu menatap kedua wanita di hadapannya secara bergantian.

"Kalian sedang membicarakan apa?" Akhirnya Luke membuka suara membuat Selina kembali mengendurkan raut wajahnya.

"Tidak ada, Mama hanya memuji penampilannya. Asha terlihat cantik malam ini, bukan begitu?" Selina menatap ke arah Asha yang masih terdiam.

"B-benar. Hanya itu yang kami bicarakan," jawabnya agak gugup.

Seketika Luke langsung menyipitkan matanya, berusaha mencari kebenaran di mata sang istri. Ada gelagat aneh yang berusaha Asha sembunyikan darinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status