Share

10. Permintaan Konyol

Menjelang siang hari, Asha berjalan ke balkon utama. Tidak sengaja ia melihat ke halaman depan rumah, tampak seorang wanita berambut pendek dengan beberapa paper bag di tangannya. 

"Kak Ilona," batin Asha. 

Ibu mertuanya datang dari dalam, tampak begitu hangat ketika menyambut kedatangan Ilona. Setelah itu, Selina langsung mengajak Ilona duduk di kursi halaman depan. 

"Asha!" teriak Selina yang langsung membuat Asha beranjak turun dari balkon ke lantai bawah. 

"Iya, Bu," sahut Asha setelah sampai di halaman depan. 

"Sha, Bi Weni lagi belanja ke pasar. Jadi, tolong kamu bikinin minum untuk Ilona, yah. Jarang-jarang Kakakmu datang ke rumah setelah Luke menikah," ucap Selina tampak begitu senang dengan kedatangan Ilona. 

Asha mengangguk, sebelum ia masuk ke dalam. Asha sempat melirik ke arah Ilona, raut wanita yang ditatap masih sama seperti tadi malam. Menyirat ketidaksukaan pada dirinya. 

"Sebentar, Bu." 

Asha langsung berhambur masuk dan membuat juz mangga kesukaan Ilona. Ia masih ingat dengan sangat jelas, juz mangga adalah minuman favorit Ilona. 

Tidak butuh waktu lama, Asha kembali ke halaman depan dengan membawa nampan yang di atasnya juz mangga. Ia meletakkan gelas itu ke meja, tepat di hadapan Ilona. 

"Silahkan diminum, Kak Ilona," kata Asha dengan sopan. 

Ilona tidak mengubris atau sekedar tersenyum. Raut wajahnya begitu menampakkan ketidaksukaan pada Asha. Alih-alih membalas menyapa, Ilona malah membuka obrolan dengan Selina. 

"Tante, apa kabar? Sehat-sehat aja kan?" 

"Ya, seperti yang kamu lihat. Eh, kamu makin cantik aja deh. Pasti rajin banget ngerawat diri, ya?" puji Selina. 

Asha yang melihat dua orang itu telah tenggelam dengan obrolan. Memutuskan untuk berbalik dan masuk ke dalam. Sepertinya, ia hanya akan menjadi obat nyamuk diantara mereka. 

"Gak juga Tante. Perawatan biasa aja, sesempatnya aja kalau kerjaan udah kelar," jawab Ilona yang sekali-kali melirik punggung Asha. 

Selina menghembus napas gusar dan hal itu menarik perhatian Ilona. "Ada apa, Tan? Lagi ada masalah?" 

Selina memegang tangan Ilona dan berkata. "Ada satu keinginan Tante yang belum terwujud." 

"Keinginan apa Tan?" tanya Ilona penasaran. 

"Tante pengen banget gendong pewaris keluarga Watson sebelum Tante meninggal," jawab Selina dengan lirih. 

Seketika langkah Asha terhenti tepat di ambang pintu ketika mendengar kalimat Selina. Hatinya terasa sakit karena ia belum juga bisa melahirkan pewaris keluarga Watson. 

Diam-diam Ilona melirik ke arah pintu, melihat Asha yang masih bergeming di tempat. Tanpa disadari Selina. Ilona berusaha menahan senyum. Hatinya sangat senang karena ia tahu jika Asha tersinggung dengan kalimat Selina barusan. 

Di malam hari, Asha tampak melamun di balkon kamar dengan selembar kertas hasil dari pemeriksaan waktu itu. Matanya berkaca-kaca hingga penglihatannya terasa buram. Karena sampai kapan pun, ia tidak akan bisa memberi keturunan di keluarga Watson. Tanpa disadari, bahunya mulai bergetar menahan tangis. 

"Kenapa kau di sini? Angin malam tidak bagus untuk kesehatan." 

Suara bass lelaki bersamaan dengan sebuah jaket tebal melingkar di tubuhnya. Asha langsung menghapus air matanya yang berjatuhan, berusaha menarik napas sedalam-dalamnya untuk menetralkan emosinya. Menyembunyikan rasa sakit dari lelaki yang sangat ia cintai itu. 

Luke melingkarkan tangannya di pinggang Asha dan membiarkan wajahnya terbenam di leher jenjang istrinya seraya membaui setiap aroma tubuh sang istri. "Kau masih marah, hm?" 

"Aku minta maaf, malam itu aku benar-benar tidak bisa mengontrol emosiku. Sungguh, aku tidak nyaman jika kau terus mengacuhkanku seperti ini," lanjut Luke yang semakin mengeratkan pelukannya. 

Sekali lagi Asha menarik napas sedalam-dalamnya kemudian berkata dengan suara netral. "Ceraikan aku dan nikahilah Kakakku." 

Seketika pelukan itu mengendur bersamaan dengan wajah Luke yang membeku. "Kau bercanda?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status