Share

3. Permintaan Sang Kakek

Awal menjabat jadi Tuan Muda Nayama tidaklah mudah. Davin segera dihadapkan persoalan rumit; menangani defisit yang terjadi di beberapa anak perusahaan. Belum lagi harus menandatangani tumpukan berkas.

Membacanya satu per satu, Davin nampak mulai jenuh. Ingatan akan balas dendam kembali membangkitkan semangatnya untuk jadi orang terkaya di Asia.

Tiga hari pertama dilalui Davin dengan membereskan surat-surat yang berkaitan dengan admininstrasi perusahaan. Dia terpaksa tinggal lebih dulu di istana mewah milik kakeknya. Ditemani Melvin, ajudan pribadi Davin, dia pergi ke lantai atas untuk menandatangani surat perjanjian.

“Perkenalkan, Tuan, Saya Melvin, saya resmi menjadi ajudan pribadi Anda. Jika Tuan butuh apa-apa, silakan telepon saya. Jam tangan itu dilengkapi peralatan khusus, Tuan bisa menelepon saya kapanpun dan dimana pun,” kata Melvin sembari membungkuk.

“Terima kasih, Melvin, dirimu tetap sopan seperti dulu, tidak berubah." Davin memuji Melvin yang tetap setia meskipun dirinya pergi meninggalkan Nayama belasan tahun lamanya.

“Namun, Tuan Muda, Tuan Juta menyuruh Anda pergi ke showroom untuk mencari kendaraan. Beliau tidak mengizinkan Anda pergi sebelum Anda punya kendaraan pribadi.”

“Kenapa harus mobil sport? Aku tidak pernah menunggangi mobil itu. Aku lebih suka naik mobil-mobil biasa. Asal nyaman, aku tidak masalah." Davin mengeluh karena harus beli mobil sport. "Coba rayu kakek, siapa tahu dia berubah pikiran."

“Tuan Juta ingin Anda membeli mobil Sport untuk menaikkan wibawa, setidaknya di mata petinggi Nayama yang lain.”

“Hmm, aku tidak terlalu suka mobil sport,” ketus Davin, nafasnya mendengus kesal. “Tapi gimana lagi, kakek yang nyuruh aku beli. Okelah, kapan kita pergi ke showroom?”

“Sebenarnya hari ini, tapi saya ada pertemuan dengan petinggi Nayama Accent bersama Tuan Juta,” lirih Melvin, lalu minta maaf.

“Berikan saja alamatnya padaku, aku pergi sendiri naik motor.”

“Baik, Tuan Muda, maaf karena tidak bisa mendampingimu. Nanti akan saya hampiri ketika pertemuan sudah selesai.”

Davin meninggalkan istana megah itu tanpa membuka lemari pakaian. Dia pergi dengan celana robek bekas dipukuli Claudia dan keluarganya. Sesampainya di bawah, Davin menghidupkan motor bututnya, lantas pergi ke alamat yang diberikan Melvin.

Kota J tidak terlalu padat, hanya beberapa mobil yang lalu lalang di bundaran pusat kota, apalagi BMKG memperediksi suhu kota J berada di angka 34 derajat.

Setelah 20 menit mengendarai motor, Davin sampai di sebuah showroom mewah. Satpam memandang remeh Davin, menyuruhnya parkir di depan gerbang.

“Kenapa harus di luar, bukannya parkir motor ada di dalam showroom?” Davin tidak terima diperlakukan berbeda dengan orang lain. “Kenapa hanya motorku? Lihatlah, motor R-15 itu tidak kau berhentikan!”

“Dia pemimpin showroom ini, beda denganmu, gelandangan tapi sok kaya!”

Davin bersikukuh membawa motornya masuk hingga adu mulut terjadi. Seorang lelaki berjas datang dan melerai mereka, mempersilakan Davin masuk, tapi tidak dengan motor bututnya.

“Luxury FX Showroom? Aku tidak salah alamat. Ini tempat yang diceritakan Melvin,” batin Davin.

...

Showroom itu sangat mewah. Terkenal dan dipuji-puji miliarder ternama di negeri ini, Luxury FX Showroom selalu menawarkan mobil-mobil mewah dengan merk terkenal. Jaminan kualitas selalu menjadi motto utama.

Menginjakkan kaki di halaman luar showroom, Davin segera disambut tiga SPG berambut panjang hitam lurus. Ternyata yang mereka sambut bukanlah Davin, melainkan sepasang sejoli yang menggunakan jas mewah dan gaun putih elegan. Namun sejoli itu menolak dan minta dilayani satu SPG saja.

Dua lainnya berjalan mendekati Davin, berusaha merayunya.

"Selamat datang, Tuan, silakan dipilih mobilnya. Kami menyediakan mobil kualitas terbaik di negeri ini. Berbagai varian baru sudah disiapkan."

"Jangan takut, Tuan, kami menawarkan harga khusus bagi pembeli yang membayar cash."

"Tuan, minta nomor teleponnya."

Berjarak tiga meter dari Davin, keduanya menghentikan langkah. Tangan mereka kompak bergerak ke hidung. Salah satu SPG bahkan mual melihat penampilan Davin yang tak ubahnya seperti gembel.

"Sialan! Aku membuang suara mahal dan rayuanku untuk lelaki miskin sepertimu. Rasanya ingin muntah, mana bau busuk lagi! Sudahlah, aku tidak kuat lagi, kau saja yang urus!"

SPG lainnya menoleh. "Memang hobiku mengurus orang miskin yang bertingkah sok kaya!"

Davin berhadapan dengan seorang perempuan cantik. Make up-nya sangat tebal. Bedaknya bahkan jauh lebih tebal dari pagar rumah warga. Melihat wajah SPG itu, Davin sadar jika perempuan di depannya merupakan SPG yang dulu pernah menghinanya saat mengkredit motor vespa butut di showroom lain.

"There," sapa Davin.

There tersentak begitu Davin tahu namanya. Ingatannya tiba-tiba memutar kejadian dua tahun lalu saat Davin mencari vesba butut. Yang buat jengkel, Davin terlalu banyak tanya, namun tidak bisa membelinya cash.

"Kamu lagi, mau apa emang? Mau bikin keributan lagi di sini? Mending kamu pergi dari pada aku panggil satpam. Orang sepertimu tidak mungkin bisa membeli mobil di showroom ini. Jangan buang-buang waktu, cepat cincing celanamu dan keluar!"

Mengabaikan omongan perempuan itu, Davin tetap berjalan masuk. Dia datang untuk membeli mobil, bukan untuk berdebat. Dari semua mobil yang dipajang, ada satu mobil yang menarik perhatian Davin.

"Jangan menyentuhnya! Kamu bisa merusak kemewahan mobil itu! Tanganmu tak lebih menjijikkan dari sampah jalanan!" There memaki Davin, merendahkannya di hadapan semua orang yang ada di showroom.

"Aku mau mobil yang ini!" Davin menegaskan lagi.

There tertawa sangat keras. Tawanya semakin kencang kala tahu Davin menginginkan mobil Valkyrie 46 miliar. Jumlahnya hanya lima belas di dunia. There berpikir, membeli vespa butut saja harus kredit, apalagi beli mobil mewah ini?

Celana sobek dan kaos lusuh yang dikenakan Davin membuat semua orang menyepelekannya. Padahal mereka tidak tahu kalau Davin adalah pewaris resmi semua kekayaan Nayama. Showroom seperti ini bisa dia beli dalam hitungan detik!

"Cepat pergi atau aku panggil satpam!" There mengancam Davin, tapi Davin tidak takut.

Davin mengangkat salah satu alisnya. "Oke. Kita lihat saja siapa yang akan diusir dari showroom ini!"

Komen (15)
goodnovel comment avatar
Supriyonosusanto
oke sekali ceritanya
goodnovel comment avatar
Didik Lombok
lanjut lebih baik merendah buat penasaran para pelayan
goodnovel comment avatar
Ahmad Dayyan Lubis
asik asik lanjut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status