Ellen meninggalkan tiga orang atasannya yang masih duduk manis di sofa, sedikit bersiul karena merasa bisa menaklukkan Melvin dan mendapatkan ponsel keluaran terbaru yang bisa ia pamerkan sesuka hati.Beberapa karyawan nampak berlalu-lalang dan menaruh kecurigaan terhadap Davin, tentang siapa sebenarnya sosok lelaki itu dan duduk bebas di depan dua bos mereka.Tidak hanya karyawan, beberapa staff dan petinggi yang beberapa bulan lalu mendapat reshuflle setelah pengangkatan Steve sebagai CEO, juga mengernyitkan dahi, bertanya-tanya tentang siapakah lelaki yang bisa duduk sebebas itu di hadapan Steve dan Connor.“Lihatlah, Steve, anak buahmu mungkin belum mengenalku seluruhnya, apalagi mereka yang baru saja kau rekrut setelah memecat beberapa tangan kanan Jabran yang nepotisme.”“Maaf, Tuan, aku belum sempat mengenalkan Anda kepada mereka, bahkan Connor saja baru pertama kali bertatap muka dengan Anda.”“Oh, hai Connor, kita belum berjabat tangan.”Connor hanya tersenyum saat menjabat t
Siang perlahan menerik, sekuat mungkin melawan dinginnya musim yang sebentar lagi akan menurunkan salju. Beberapa orang Skotlandia sudah bersiap dengan jaket tipis hingga tebal untuk berjaga-jaga.“Dari ekspresi wajahku, tentu Anda bisa menebak hasilnya kan?”Berbeda dengan laki-laki yang baru keluar dari lift ini, badannya hanya tertutup seutas kemeja putih tipis lengan panjang tanpa lapisan jaket atau kaos dalam apapun.Di balik kemeja putih itu, ada otot-otot yang kekar –mungkin bisa menjadi jaket alaminya sendiri, atau bahkan selimut yang bisa menghangatkan tubuhnya.Melvin keluar dengan penuh senyuman, seperti sebuah tanda jika ia baru saja memenangkan pertandingan sengit.“Ahh, kau memenangkannya ya? Mmm, kemana Ellen pergi?”“Dia sudah tidak bisa bergerak lagi, Tuan, mungkin karena terlalu lelah.”“Aku suka percaya dirinya, Melvin. Dia sangat optimis bisa mengalahkanmu, yaa meskipun setengah jam sudah dilalui dan pemenangnya tetaplah sama.”“Tapi jujur, dia sangat kuat dan mant
“Aku berpikir, kalau hadiah itu menambah motivasi mereka, mungkin semangat bekerja juga bertambah. Keuletan, kedisiplinan, ketelatenan, dan beberapa aspek tentang pekerjaan itu. Benar begitu, Steve?”Davin bukan tipe orang yang menggunakan hak priogratifnya sebagai seorang bos dalam menentukan keputusan. Ia lebih suka bertanya terlebih dahulu dan mencari tanggapan atas usulannya.“Setuju, Tuan, dan ketika motivasi orang itu bertambah, secara tidak langsung semangat mereka juga. Aku sangat setuju. Ini bisa menjadi terobosan baru.”“Usulku kita memberi uang saja, bagaimana?” Connor mengutarakan pendapatnya.“Hmm, menarik, tapi aku kurang setuju. Bagaimana, Melvin? Aku ingin mendengarkan pendapatmu.”“Dari pengalamanku berlalu-lalang di dunia yang berbeda, ya Anda pasti paham dimana, aku tidak selamanya terlalu terobsesi dengan uang dan harta benda.”“Lantas, apa usulan yang cocok?”“Uang tidak apa. Tapi, Anda juga bisa menambahkan apresiasi secara publik, maksudnya apresiasi itu tidak h
Sebelum masuk musim dingin puncak dengan salju-salju lebat yang turun, penduduk Edinburgh seringkali menghabiskan waktu untuk bercengkerama di pantai untuk mempersiapkan tubuh mereka menyambut suhu yang nantinya akan menunjukkan angka minus.Kurang lebih, ada tiga puluhan orang disana. Ada yang sekedar mengobrol dengan ditemani beer untuk menghangatkan tubuh, ada yang malah berpiknik sembari berpesta dengan barbeque dan steak bakar dengan alas pasir pantai bersih ini.“Sebenarnya aku sudah merasa tidak enak begitu mobilku parkir di ujung sana, rasanya ada mata yang terus mengawasi kita bertiga. Bagaimana menurutmu, Melvin?”Melvin masih melirik sekeliling, memastikan Davin dan kekasihnya ini tetap dalam posisi aman dari bidikan. “Aku yakin tugas mereka hanya mengawasi. Terlebih, Gallardo hijau ini terlalu mencolok.”“Yah, kau tahu sendiri. Di seluruh kota Edinburgh, yang memiliki mobil sport mewah ini hanyalah tujuh orang, dan hanya aku satu-satunya yang memilikinya dengan warna hijau
“Kau tahu hal bodoh apa yang kalian berdua lakukan saat mengintai?” Melvin bertanya pada pria berjaket hitam yang masih sedikit pusing karena hantaman kaki Melvin. “Kaca dan atap mobil seperti ini cenderung tipis, tidak setebal mobil normal pada umumnya.”`Rata-rata, mobil para pengintai didesain dengan kaca yang lebih tipis untuk memudahkan mereka kabur ketika dalam posisi terdesak.Saat diinterogasi, pria itu hanya menggelengkan kepala dan tidak mau membocorkan informasi sedikitpun tentang siapa yang mengutus mereka kesini.“Kalau begitu, katakan tujuanmu!”“Lisa, kita hanya mendapat perintah untuk mengawasi perempuan itu.”“Siapa yang menyuruhmu?” Melvin kembali membentak, kali ini posisinya sudah berada di dalam mobil. “Jawab atau aku akan mematahkan lehermu!”Pria itu masih belum menjawab. Matanya sangat ketakutan dan tangan kecilnya memegangi lengan Melvin yang sangat besar dan berotot, tetapi ia masih berusaha untuk tidak ketakutan.“Lima belas detik untuk berpikir. Tentukan pi
Gallardo hijau yang dijoki Melvin itu keluar dari jalan utama, menyusuri jalan tikus dan berharap van di belakang tidak lagi mengejarnya. Ke kanan melewati pertokoan dan kawasan perumahan elit, kembali lagi memutar menuju arah Utara menembus pasar dengan para pedagangnya yang sudah bersiap.Karena penasaran, Davin bertanya kepada Melvin tentang laki-laki pengintai yang diceritakan Hans. “Siapa mereka, Melvin, ada urusan apa mereka mengincar kekasihku?”Samar-samar, Lisa mendengarkan percakapan suaminya namun dengan mata masih terpejam. Kesadarannya belum sepenuhnya kembali, tapi sekiranya hal tersebut cukup untuk membuatnya peka jika saat ini ia sedang dibicarakan.“Entahlah, Tuan,” hela nafas berat Melvin terdengar sampai kursi belakang, “aku juga belum mengetahuinya. Hans tidak mengatakan apapun tentang pengintai itu –tentang siapa yang menyuruh mereka. Ia hanya bercerita tentang Lia dan Lisa yang hampir bisa dipastikan adalah anak kembar.”Davin mengusap dagunya, berpikir tentang a
Sesampainya di dekat pusat kota Edinburgh, tepatnya di daerah Princes Street nomor 86, mobil Gallardo hijau itu parkir di depan sebuah rumah mewah lantai tiga dengan halamannya yang luas.“Kau mau kemana, Sayang, apa tidak perlu istirahat dulu?” Tanya Lisa begitu perhatian setelah keluar dari mobil. “Bagaimana nanti aku menjawab pertanyaan dari Madam atau papa ketika mereka mencarimu?”Sebenarnya Lisa sudah tahu jika Davin ingin berangkat menuju Edinburgh Primary Hospital, bertemu dengan Hans dan mendiskusikan tentang cara terbaik untuk mengusut misteri kembarnya dia dengan Lia.“Bilang saja aku sedang tersesat atau apa. Aku mengizinkanmu untuk berbohong menghindari amarah Madame Anneth. Katakan apapun asal mereka berdua tidak mengolokmu lagi karena membiarkanku pergi bebas tanpa seizin mereka.”Berbeda dengan Davin yang dulu, kini ia sudah berani memberikan perintah atau nasehat kepada kekasihnya tanpa takut lagi akan dibentak dan dianggap semena-mena kepada majikan.Lisa sendiri sud
“Sa-sakit, berat. Rasanya sudah mau keluar!”Suara hela nafas terengah-engah mengiringi perjalanan mobil ambulan menuju rumah sakit. Seorang wanita dengan perut yang sudah membuncit akan melahirkan, tampak kesakitan karena bayinya sudah mendorong-dorong ingin keluar.“Tahan, Nona, sebentar lagi kita sampai di rumah sakit.”Sebenarnya ini masih baru memasuki bulan kesembilan dari kehamilannya, tetapi semua tidak sesuai dengan perkiraan. Air ketuban pecah lebih dulu sebelum ia bersiap untuk berangkat ke rumah sakit.Seluruh perawat juga ikut tergopoh-gopoh mendorong ranjang beroda pasien dan membawanya ke tempat persalinan yang ditangani seorang dokter muda proffesional yang menjadi lulusan terbaik Cambridge University pada zamannya.Edinburgh Primary Hospital tidak begitu ramai oleh pasien. Mungkin karena ini hari Senin, jadi rumah sakit agak kosong dan hanya menyisakan beberapa penjenguk dari keluarga atau kerabat saja.“Dokter Frans, air ketubannya sudah pecah. Kita harus segera memu