Share

Asisten Pribadi Tuan Muda
Asisten Pribadi Tuan Muda
Penulis: Apri April

1. Pengangguran

Malu itu menurut Mita adalah ketika mendapat gelar sarjana cumlaude di universitas ternama tetapi selama satu tahun belum juga mendapat pekerjaan.

Asli, malu banget bawaannya. Ditambah teman-teman yang lain sudah bekerja, tetangga sebelah sudah menikah dan keponakannya yang baru lulus dari sekolah menengah kejuruan bahkan sudah diterima kerja di perusahaan elit.

Rasanya Mita ingin menenggelamkan kepalanya di bak kamar mandi atau mencuri mesin waktu si kucing biru kebanggaan Jepang. Kemudian menghilang dari peradaban dunia agar tidak mendengar gosip-gosip kompor tetangga sebelah.

Menghilang dari peradaban berarti harus mati dong?

Haduh, bahkan Mita bukan seorang alim yang taat kepada Tuhan yang Maha Esa. Ibadah lima waktu pun masih bolong-bolong. Malah nggak pernah ibadah. Jadi, memilih menghilang dari peradaban sepertinya bukan solusi yang pas.

Lalu apa? Meminta si kucing biru untuk membawa ke masa depan juga tidak akan menjamin kebahagiaan. Mita sendiri bahkan nggak tau masa depannya cerah atau malah suram. Lalu meminta kembali ke masa lalu? Nggak deh, masa lalu nya datar, monoton hanya seorang gadis pecandu belajar demi ambisi peringkat satu.

Dan kalau boleh jujur, Mika sangat menyesal dengan ambisinya di masa lalu yang hanya berpusat soal peringkat akademik atau nilai-nilai yang sempurna. Karena ternyata semua itu nggak menjamin, sedangkan teman-temannya yang semasa sekolah atau kuliah dengan nilai yang nggak seberapa malah memiliki nasib yang bagus. Dapat pekerjaan di tempat-tempat elit, atau minimalnya sudah bekerja. Lah dirinya apa atuh  masih pengangguran nan menyedihkan.

Setiap pagi beberes rumah. Selesai itu rebahan, membuka email untuk mengecek perkembangan cv yang dia kirimkan ke banyak perusahaan. Berharapnya ada satu email yang berisi kabar bahagia, tapi nggak ada, satu persatu balasan email isinya menolak semua. Setidaknya ada satu kesempatan untuk ikut wawancara kek ... ini nggak ada loh. Benar-benar menolak semua.

Pantas kan bila Mita ingin menenggelamkan kepalanya di bak kamar mandi?

“Mit, tau nggak? Anak keduanya Bu RT si siapa itu namanya, Rika, iya Rika dapet kerjaan di pabrik tapi di kantornya, keren ya, padahal dia masih muda loh, kerja sambil kuliah, dia membiayai kuliahnya sendiri.”

Mita bergumam pelan, tiba-tiba nasi yang dia telan bagai gumpalan batu akik milik bapaknya. Dia nggak mau melihat ibunya.

Ketahuilah bahwa Ibu Sri adalah ibu kandung rasa ibu tiri. Ucapannya lemah lembut namun dilain waktu akan menusuk tulang. Apalagi ketika membahas prestasi-prestasi anak tetangga, saudara atau anak teman arisannya yang sudah bekerja maupun menikah. Wanita Jawa tulen yang harusnya lemah lembut nan baik hati itu akan berubah menjadi bak ibu tiri bawang putih.

“Pinter ya si Rika, udah bisa cari uang sendiri.”

Benar. Ternyata benar, kalau Mita bukan makan nasi tetapi makan batu akik. Mana nyangkut di tenggorokan. Perih serasa berdarah.

“Kamu nikah aja sana, cari mantu buat ibu yang konglomerat.” Ibu langsung geloyor pergi meninggalkan Mita setelah berkata demikian.

Jahat sekali everybody.

Untung Mita orangnya nggak baperan. Bisa dibayangkan kalau dia suka ambil hati ucapan ibunya. Bisa-bisa dia kena mental dan jadi tinggal di rumah sakit jiwa. Stres, depresi hingga bunuh diri. Sudah cukup tentang pekerjaan saja yang membuat mentalnya sering down. Ucapan Ibu Sri anggap saja sebagai angin lalu. Yang baik ya didengarkan yang nggak baik ya nggak usah di dengarkan.

Tetapi ya semenjak Mita jadi pengangguran yang selalu stay di rumah, Ibu menjadi kubu sengit yang menatap Mita dengan sorot mata pedang ingin menghunus lawannya. Siap berperang untuk mengganggu mental anak sulungnya.

“Cepet-cepet cari kerja sana mbak, gue takut aja sih lo jadi gila di rumah.”

Remaja laki-laki berparas tampan, macho, hitam manis yang merupakan adik satu-satunya Mita itu mengambil duduk di samping kakaknya. Dia mengambil sendok di genggaman Mita dan dengan santai menyantap makan siang milik kakaknya.

Hansel namanya. Beberapa orang bilang Hansel seperti orang keturunan India, hidung mancung, hitam manis, sorot mata tajam, tinggi dan macho. Jika mereka berdua disandingkan pun orang yang nggak mengenal akan mengira bahwa mereka bukan saudara kandung. Jelas saja, karena Mita seperti keturunan China. Mata sipit walaupun kulitnya sawo matang.

Dulu Mita mengejek bahwa Hansel bukan anak kandung ibu dan bapak karena nggak mirip. Ternyata dia juga nggak mirip dengan ibu dan bapaknya yang Jawa tulen.

Ternyata eh ternyata, Ibu saat mengandung Mita lagi gencar-gencarnya suka artis China dan waktu mengandung Hansel suka banget dengan artis India. Jadilah keturunan China dan India di keluarga Jawa Tulen ini.

“Dateng-dateng memperkeruh suasana hati gue aja lo, dek.”

Mita membiarkan Hansel mengambil alih makanannya. Adiknya itu hanya berkaus singlet pasti baru pulang sekolah.

“Soalnya ibu lama-lama makin ngeri.”

“Nah kan, lo ngerasain kan?”

“Kalau sama gue sih enggak, tapi sama lo kayak musuh bebuyutan.” Hansel memperjelas jika sikap ibu kepadanya dan Mita sangatlah berbeda.

Anak bontot yang masih sekolah jelas menjadi anak kesayangan tanpa celah kesalahan dan akan selalu di puja puji. Dulu juga Mita sempat menjadi anak kesayang. Tapi sekarang dia jadi anak bahan ghibahan ibu sendiri.

Nasib oh nasih. Kapan engkau baik kepada anak yang malang ini.

Mita ingin mendapat kerja titik nggak pakai koma. Dia nggak mau lagi mencari mesin waktu kucing biru kebanggaan Jepang. Dia maunya dapat kerja dan bekerja di masa sekarang. Agar cepat menyudahi masa pengangguran selama satu tahun silam yang sedikit demi sedikit mulai membuatnya gila.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Syarief Mir Fuddin
cerita yang sangat menarik dan unik serta karakter dan tokoh nya top DECH ,
goodnovel comment avatar
sri yatno
terlalu muter2,, satu inti aja capek bacanya
goodnovel comment avatar
Doni Saputra
mantapppppp
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status