Share

3. Asisten pribadi

"Kamu akan jadi asisten pribadi bos saya, kebetulan beliau memang orang sibuk, jadi butuh orang lain yang bisa membantunya untuk mengurus apapun tentang keperluannya, nah sampai disini, apa masih ada yang mau ditanyain lagi, Mit?"

Pria maskulin yang duduk di samping Bianca menjelaskan dengan sabar segala pertanyaan yang di lontarkan si gadis mata sipit.

Tadi Billy sudah menjelaskan secara terperinci. Dari tugas sambai gambaran sifat bos, tetapi Mita belum puas sehingga banyak tanya untuk memperjelas semuanya.

Tidak malu bertanya dan mudah penasaran. Kombinasi yang bagus menurut Billy untuk bekerja dengan bosnya.

"Oh ya soal gaji, saya kira sih cukup besar, satu bulan dua belas juta, gimana?"

Dua belas juta?

Yang benar saja, itu besar sekali wahai Kak Billy!

Bahkan Mita belum mampu menutup mulutnya yang terbuka. Reaksi atas pernyataan satu bulan dua belas juta.

Gila, dengan penghasilan segitu, Mita bisa mengumpulkan uang untuk membeli motor baru atau membantu membiayai sekolah Hansel dan membelikan beberapa jenis batu akik yang diicar Bapak, juga bisa membelikan alat-alat masak buat Ibu.

Mita termangu sebentar, dia membayangkan seberapa kaya dia dengan gaji bulanan dua belas juta.

"Tugas spesifiknya nanti Pak Vano yang menjelaskan, untuk gambaran sedikit lebihnya seperti yang sudah saya jelaskan tadi."

"Gimana Mit, mau di coba dulu kan?" Bianca yang sedari tadi diam menyadarkan temannya yang malah terbengong. "Lumayan tuh, gajinya besar loh," katanya sekali lagi.

Mita mengerjapkan mata sipitnya sekali lagi. Sadar bahwa ini bukanlah mimpi.

"Iya, mau bangetlah nyoba. Tapi kata Kak Billy nanti ada interview sama Pak Vano nya langsung ya?" Mita berganti melirik pria maskulin di depannya.

Billy pun mengangguk. "Benar, bagaimana pun kan kamu akan kerja sama Pak Vano, beliau pasti mau mengenal dulu sama bakal asistennya."

"Nggak galak kan kak?" Mita mencicit pelan. Dia jadi negatif thinking dengan gaji sebulan dua belas juta. Apa tugasnya sangat berat? Atau apakah harus menghadapi bos crewet, galak dan kejam?

Tapi bagaimanapun dua belas juta itu sungguh menggiurkan. Oke, hilangkan segala pikiran negatif. Selagi bekerja dengan batas norma dan tidak melanggar kepercayaan, seberat apapun akan Mita jalani.

Dia sudah bertekat.

"Nggak galak, tapi bisa di bilang disiplin, kamu harus cekatan."

Kalau hanya seperti itu bisa di atur. Mita pun mengangguk dengan puas. Sebentar lagi dia akan bekerja. Kenyataan yang membuatnya gembira.

"Soal cekatan, saya orangnya cekatan kok Kak, jadi saya ambil ya, saya akan ikut interview dengan Pak Vano besok."

Billy tersenyum puas, begitupun Bianca. Gadis anggun itu merasa senang temannya akan mendapatkan pekerjaan. Tidak tanggung-tanggung, yaitu sebagai asisten CEO dengan gaji yang besar.

Kalau ada yang tanya, mengapa Bianca nggak mengambilnya ketika ditawari lebih dulu oleh Billy. Tentu jawabannya dia masih terkontrak dengan perusahaan tempatnya bekerja. Dan satu lagi, CEO nya masih muda seusia Billy. Menjadi asisten berarti harus selalu berdekatan dengan bos. Bianca takut oleng dan menghianati tunangannya.

Sedangkan Mita jomblo. Jika pun oleng, gadis sipit itu nggak akan menghianati siapa-siapa. Malah bagus, kisah romansa ala drama What's Wrong with Secretary Kim yang dia tonton menjadi nyata.

***

Dan pada pukul 21.15 WIB Mita sampai di rumahnya setelah izin pulang lebih dulu kepada Billy dan Bianca. Dia tentu nggak mau mengganggu momen malam minggu duo B itu. Sadar diri saja, merasa nggak ada lagi obrolan yang sangat penting jadi gadis mata sipit itu undur diri.

Biarlah sisa malam minggu Billy dan Bianca serta pasangan sejoli lainnya habiskan. Sedangkan Mita mau mempersiapkan segala keperluan interview besok minggu pukul sepuluh pagi.

Rok span dibawah lutut dan kemeja lengan panjang polos, sepertinya sudah cukup.

Jadi, Mita dengan kegaduhannya mulai membuka lemari pakaian miliknya untuk mencari pakaian yang dibutuhkan.

Ibu sudah tidur, Hansel dan Bapak masih berada di ruang tengah. Setelah serasa cukup dan sudah menemukan semua perlengkapan yang dibutuhkan. Mita kemudian keluar kamar menemui Hansel.

Adiknya itu sedang menonton acara tv bersama Bapak. Dia pun mendekat. "Dek, gue mau minjem laptop lo bentar."

Dulu Mita juga memiliki laptop tapi sudah rusak, karena waktu itu Bapak membelikan secara second. Nanti kalau sudah mendapatkan gaji, dia bakal beli laptop sendiri.

Namun bukannya Hansel yang menoleh, laki-laki usia empat puluh tujuh tahun yang hanya memakai singlet dan bersarung ria yang menoleh.

"Jadi gimana tadi, Mbak?" Bapak bertanya. Wajahnya teduh dengan sorot mata yang lembut. Bapak adalah tipe pria ideal bagi Mita. Penyayang, dekat dengan anak-anaknya, sabar dan bijaksana. "Sini duduk dulu." Bapak kembali berkata.

Mita akhirnya mendekat. Mau tidak mau dia akan mengobrol dulu dengan Bapaknya.

"Emang mau buat apa minjem laptop Hansel?"

"Mau buat surat lamaran sama benerin cv Pak, buat interview besok."

"Hari minggu?" Hansel ikut nimbrung. "Lo mau kerja apa Mbak? Emang nggak libur ya perusahaannya?"

Ditanya demikian Mita akhirnya menjelaskan tentang pekerjaan yang akan dia ambil. Sebagai asisten pribadi CEO dengan gaji yang cukup besar. Dia nggak menyebutkan jumlah gaji secara spesifik hanya bilang gajinya besar.

Mita cukup percaya diri ketika bercerita, seolah akan benar diterima.

Soalnya Kak Billy bilang. "Saya yakin sih kamu akan diterima, nanti saya kirim alamat lengkapnya ya."

Jadi atas dasar ucapan Billy, Mita semakin percaya diri bahwa dia tidak akan di tolak. Seenggaknya ada bekingan orang dalam.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Aiyub Ibrahim
Mita,wanita idama
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status