Sesuai dengan perintah Deffin, Reynand harus mengantarkan Clarice hingga sampai panti asuhan, meski ia sangat malas, Reynand tentu tidak bisa melanggar perintah ayahnya, nyalinya tidak cukup besar untuk menentang seorang Deffin Wirata.
"Kita mau ke mana?" tanya Clarice saat mobil tidak melaju ke arah panti asuhan.
"Cafe," sahut Reynand singkat, ia sama sekali tidak mempedulikan raut wajah Clarice yang kebingungan.
"Untuk apa?"
"Kita harus membicarakan perjanjian pra nikah." Reynand sejenak melirik Clarice yang terkejut mendengar perkataannya.
"Apakah kita akan melakukan pernikahan kontrak secara diam-diam?" tanya Clarice antusias, ia sering mendengar tentang pernikahan seperti itu, dan ia tidak menyangka akan mengalami kejadian ini di dalam hidupnya. Namun, ia sangat bahagia jika pernikahannya ini hanya akan menjadi pernikahan kontrak.
"Dasar bodoh! Kamu kira
Tidak tahu apa yang direncanakan ibunya Reynand, yang jelas saat ini Clarice harus bisa datang ke acara pesta perpisahan tersebut, dan yang lebih menyebalkan lagi, Clarice dilarang berangkat bersama Alvin. Namun bukan Clarice jika ia tidak mencoba menentang larangan tersebut, ia akan tetap diantar oleh Alvin."Kamu yakin datang ke pesta dengan pakaian seperti itu?" tanya Alvin yang melihat penampilan Clarice terlihat seperti biasanya.Hanya mengenakan celana panjang dengan model wide leg pants , dan juga blouse bewarna pastel. Namun, tampak manis dikenakan Clarice.Sejenak Clarice melihat penampilannya sendiri. "Bagus kalau aku nanti langsung diusir," sahut Clarice acuh tak acuh, ia memang tidak berniat datang ke acara ini.Alvin terkekeh geli, lalu ia langsung melajukan taksinya dengan kecepatan sedang. "Jam berapa acaranya selesai?""Kamu jemput saja jam sembilan.""Baiklah, maaf ya ... tidak bisa menemanimu," ujar Alvin menyesal, ia
Clarice berjalan terburu-buru meninggalkan area restoran, ia tidak mempedulikan tatapan penasaran orang-orang yang berpapasan dengannya. Dari rambut hingga ujung kaki semua terlihat basah, bahkan air terlihat masih menetes membasahi setiap jalan yang ditapakinya.Semilir angin malam hanya menambah penderitaannya, Clarice semakin memeluk tubuhnya sendiri yang menggigil kedinginan. Sejenak Clarice menghentikan langkahnya, ia berniat memberhentikan taksi agar bisa pulang ke panti, ponselnya telah rusak, ia tidak bisa menghubungi Alvin untuk meminta pertolongan.Tidak lama kemudian ada sebuah mobil yang berhenti di depannya, sebuah mobil sport mewah yang sangat dikenalinya. Clarice membuang muka saat orang yang di dalam mobil membuka pintu untuknya."Hei ... ayo, cepat naik!" seru Reynand seraya menatap Clarice dengan tidak sabaran.Clarice bergeming, ia mengabaikan perkataan Reynand, kepalanya tetap setia menoleh ke kanan untuk mencari sebuah taksi yang koso
Clarice langsung pergi ke depan ketika Alvin sudah berada di depan gerbang panti asuhan, dengan memberikan alasan menginap di rumah temannya, ibu panti tidak akan khawatir, karena Clarice sudah biasa meminta izin untuk tidur di rumah Bella, yaitu teman kerjanya di toko bunga.Setelah Clarice masuk ke dalam taksi. "Bagaimana bisa kamu sampai demam seperti ini? Kita harus pergi ke dokter sekarang," ujar Alvin setelah menempelkan telapak tangannya di kening Clarice yang terasa panas."Tidak perlu, minum obat demam biasanya juga pasti akan sembuh. Kita ke apartemen saja sekarang, aku hanya butuh tempat yang nyaman untuk istirahat." Clarice langsung mencari sandaran yang nyaman untuk merebahkan tubuhnya yang terasa sakit semua.Alvin tentu langsung menurut, ia melajukan taksinya menuju apartemennya. Meski didera rasa penasaran, mengapa Clarice bisa sampai sakit seperti ini? Namun, Alvin masih bisa menahannya, melihat wajah pucat Clarice, Alvin tidak tega untuk
"Ah, Ibu. Itu tidak perlu, biar Alvin saja, dia yang sudah biasa merawatku jika aku sakit," sahut Clarice."Itu kan dulu, sekarang berbeda. Sekarang sudah ada Reynand di sini, dia yang harus merawatmu," ujar Azkia seraya menarik tangan Reynand mendekat ke arah ranjang.Reynand terlihat menggerutu. Namun, ia tidak bisa menepis tangan ibunya."Alvin, tolong berikan mangkuknya kepada Reynand, biar Reynand yang menyuapi Clarice."Dengan terpaksa Alvin menyerahkan mangkuk itu kepada Reynand. Sedangkan Reynand tampak acuh tak acuh menerimanya.Selera makan Clarice mendadak hilang seiring dengan tangan Reynand yang mendekatkan sendok ke mulut Clarice. Bubur yang tadinya lembut berubah bagaikan batu kerikil yang sulit ditelan karena melihat wajah masam Reynand. Semua ini hanya menambah penderitaan Clarice di kala sakit."Sudah," ujar Clarice seraya mengangkat tangannya menolak bubur yang akan disendokkan Reynand."Kenapa sudah?
Hari ini taman di samping rumah mewah milik Deffin Wirata telah disulap menjadi tempat yang indah untuk acara pernikahan Reynand dan Clarice. Meski terbilang sederhana. Namun, dekorasi yang dipesan jauh dari kata biasa saja, bahkan bukan hanya keluarga besar saja yang akan menjadi saksi pernikahan mereka, Deffin juga mengundang beberapa rekan bisnis yang terbilang cukup dekat dengannya."Apakah ini bisa disebut pernikahan yang sederhana?" gumam Clarice yang memandang keadaan di luar dari jendela kamarnya.Semalam Clarice menginap di rumah Reynand, sopir keluarga Wirata menjemputnya setelah ia pulang bekerja, karena acaranya diadakan pada pagi hari, Azkia khawatir jika Clarice akan terlambat jika ia tetap tidur di panti asuhan, karena jarak panti ke rumah Wirata lumayan jauh.Tiba-tiba seseorang membuka pintu yang berada di belakangnya. "Sayang, sudah selesai?" tanya Azkia dengan kepala yang menyembul dari balik pintu."Sudah," sahut Clarice seraya
Sebuah gedung apartemen menjulang tinggi berdiri dengan angkuhnya seperti sang pemiliknya yang berada di depan Clarice. Setelah menyelesaikan semua rangkaian acara pernikahan mereka berdua, kini Reynand membawa Clarice pulang ke penthouse nya.Di dalam lift khusus untuk menuju lantai tempat tinggalnya, Reynand tampak sama sekali tidak mempedulikan keberadaan Clarice yang berada di belakangnya, ia benar-benar menganggap Clarice sebagai orang asing yang akan menumpang tinggal di dalam rumahnya."Ini kartu akses milikmu." Tanpa perlu menoleh, Reynand langsung melemparkannya ke arah belakang dan langsung ditangkap oleh Clarice dengan gelagapan.Clarice yang merasa kesal, memandang tajam punggung tegap Reynand. "Tidak bisakah kamu memberikannya dengan cara yang baik?" protes Clarice."Sudah, jangan bawel! Seharusnya kamu berterima kasih kepadaku, karena jika tidak menikah denganku, kamu tidak akan pernah bisa merasakan tinggal di tempat yang nyaman sep
Clarice sekali lagi mematut dirinya di depan kaca, memastikan bahwa penampilannya cukup baik seperti biasanya. Setelah puas, ia meraih tas punggung kecilnya yang berada di atas nakas, lalu langsung memakainya.Saat melewati ruang tamu, ia tidak melihat jika Reynand sedang duduk di sofa menunggunya. "Hei, mau ke mana kamu?" tanya Reynand seraya berdiri menghampiri Clarice."Kerja.""Siapa yang memperbolehkanmu berangkat bekerja?" Sorot mata Reynand yang tajam serta alis tebalnya yang menukik laksana sebuah pedang yang siap untuk menebas leher Clarice, membuat Clarice sedikit ketakutan dengan tatapan Reynand."Aku. Memangnya kenapa kalau aku berangkat bekerja? Lagi pula kita sudah sepakat untuk tidak ikut campur urusan masing-masing, jadi jangan bilang kalau kamu akan melarangku bekerja," balas Clarice berani."Siapa yang melarangmu bekerja? Aku tidak melarangmu. Tapi, sebelum kamu berangkat bekerja, kamu harus menyelesaikan pekerjaanmu yan
Setelah puas seharian pergi bersama Alvin, Clarice baru saja pulang ketika waktu menunjukkan pukul delapan malam. Sesampainya di penthouse, lampu ruang tamu sudah mati, mengira Reynand pergi ke luar, Clarice memilih masuk ke dalam kamarnya sendiri.Namun, Clarice dibuat terkejut ketika melihat pintu lemari pakaian miliknya terbuka lebar, bahkan isinya kosong tak bersisa."Di mana semua pakaianku?" Memeriksa seluruh tempat yang kemungkinan besar dijadikan tempat menyembunyikan pakaiannya oleh Reynand.Namun, hasilnya nihil, bahkan di dalam kamar mandi pun tidak ada. Sedikit panik, Clarice bergegas keluar, pasalnya ia baru saja mendapatkan periode bulanannya, bisa risih jika sekarang ia tidak langsung mengganti celana beserta dalamannya, apalagi saat ini ia tinggal bersama seorang lelaki yang sialnya berstatus sebagai suaminya.Tepat saat membuka pintu, suara Reynand mengejutkannya. "Dari mana saja kamu?" tanya Reynand dengan suara yang tidak bersah