Reynand yang berada di dalam mobil sempat panik, saat ada seseorang yang ingin memaksa membuka pintu mobilnya menggunakan senjata tajam. Sedangkan di depan, sang sopir pun juga ikut panik, ia sudah mengarahkan pistol ke arah orang tersebut, sedang bersiap-siap, jika saja orang itu berhasil membobol pintu mobil ini. Dan, andaikan saja mobil ini bukanlah mobil anti peluru, pasti sopir tersebut sudah terlebih dahulu menembak orang tersebut.Namun, mereka langsung bernapas lega, ketika mereka melihat Clarice datang dan melawan orang tersebut. Lagi-lagi Reynand juga bersorak, ketika Clarice berhasil membuat orang itu terkapar tak berdaya.Akan tetapi, sesuatu hal yang tak terduga telah terjadi, tiba-tiba saja dari arah belakang Clarice, ada seseorang lagi yang kemudian langsung memukul kepala Clarice menggunakan batu yang cukup besar."Clarice!" teriak Reynand panik, begitu juga dengan sang sopir yang ada di depan, lalu kemudian mereka berdua sontak keluar dari mobil tersebut."Clarice ..
Keesokan harinya. Saat ini Clarice sudah dipindahkan di rumah sakit milik Wirata Group. Kemarin setelah dokter mengecek kondisi Clarice yang sudah lebih baik, dan memungkinkan untuk dipindahkan, maka Reynand dan keluarganya langsung membawa Clarice pindah ke rumah sakit Wirata Group.Namun, setelah Clarice siuman. Ia tidak ingin bertemu dengan orang lain, hanya Alvin saja yang boleh masuk ke dalam ruangannya, hal ini tentu membuat Reynand kesal, namun ia juga tidak bisa protes, sebab bagaimana pun juga, kondisi Clarice yang menjadi seperti ini, dikarenakan Clarice telah menyelamatkan nyawanya."Kenapa dia di dalam lama sekali?" gerutu Reynand yang kesal karena Alvin tidak keluar-keluar dari ruang rawat inap Clarice."Sudah, biarkan saja dia di dalam menemani istrimu. Lagi pula untuk apa kamu mempedulikan mereka?" sahut Deffin seraya tersenyum mengejek.Melihat wajah Reynand yang semakin suram, Deffin jadi semakin ingin tertawa. Deffin merasa terhibur dengan sikap anaknya itu, setelah
Beberapa hari kemudian...Clarice yang sedang berada di dalam kamar, dan sedang duduk di atas ranjang. Ia sedang memikirkan hal-hal yang telah terjadi dalam akhir-akhir ini.Setelah Reynand mengatakan hal yang membuatnya tercengang, pada waktu ia masih di rawat di rumah sakit. Kini Clarice menjadi sedikit canggung ketika sedang berhadapan dengan Reynand. Dan, sebenarnya Clarice juga masih penasaran, kenapa Reynand bisa mempunyai pemikiran seperti itu? Perubahan sikap Reynand juga seperti bukan hanya sekedar pura-pura saja, Reynand tampak terlihat tulus ketika dia sedang merawat Clarice yang masih sakit.Bahkan Reynand juga menjadi sedikit aneh, sampai Clarice merasa geli sendiri dengan perubahan sikap Reynand."Mungkinkah karena dia sedang patah hati, sebab di tinggal Erlena pergi. Lalu kemudian perasaannya padaku ini hanya sebuah pelampiasan saja?" gumam Clarice yang memikirkan perubahan Reynand. Apalagi penampilan Clarice saat ini juga jauh lebih baik dari sebelumnya.Clarice yang
Saat ini yang ada di otak Clarice, hanyalah ingin segera menyelesaikan masalahnya dengan nenek sihir itu, sedangkan untuk soal Reynand, sebenarnya tadi ia hanya asal mengiyakannya saja. Lagi pula, Reynand saat ini mungkin hanya sedang merasa kesepian karena ditinggal oleh Erlena, jadi Reynand hanya sekedar menjadikannya teman lewat status pernikahan mereka. Hanya itulah yang ada di pikiran Clarice.Setelah selesai mandi, Clarice langsung masuk ke ruang walk in closet, ia sempat terkejut ketika melihat baju-baju miliknya sudah tertata rapi di dalam.Pakaian milik Clarice masih sama seperti sebelumnya, karena masalahnya belum usai, ia belum berniat mengubah penampilannya seperti yang dulu lagi. Namun, ketika saat di rumah, Clarice akan melepas wig nya dan juga kacamatanya."Sudah selasai?" Clarice tersentak ketika ia baru keluar dari ruang walk in closet, Reynand ternyata masih ada di kamar."Iya, kamu mau mandi?"Reynand mengangguk, lalu ia menutup majalah bisnis yang baru saja dibac
Setelah makan malam, Reynand dan Clarice memilih menonton televisi bersama di ruang tengah. Sekarang sudah tidak ada lagi kursi milik Erlena, Alicia, ataupun Loretta, kini Clarice sudah bisa duduk di mana saja."Oh iya, besok aku mau pergi ke Jepang," ujar Reynand tiba-tiba."Apa! Apakah mengenai RUPS?""Iya, dan kamu jangan khawatir soal perusahaanmu, karena ke depannya Wirata Group dan KA Group pasti bisa bekerja sama dengan baik," jelas Reynand seraya tersenyum."Emm ... bolehkah aku ikut? Aku ingin bertemu Kakek." Ada jejak kesedihan saat Clarice mengatakan ini, sebab ia sangat merindukan kakeknya.Reynand menggeleng. "Maaf, kamu tidak bisa ikut, karena kamu baru saja sembuh. Dan, soal Kakek, kamu tidak usah khawatir lagi, sebab Ayah sudah mengirimkan seorang ahli pengobatan untuk mengawasi Kakek di sana. Jadi, keadaan beliau sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.""Ahli pengobatan? Maksudnya?""Iya, setelah kita menikah, Ayah kemudian mengirim seorang ahli pengobatan untuk menyam
Clarice mematut dirinya di depan cermin, sudah cukup lama ia tidak berpenampilan seperti ini, dan kini dia malah merasa sedikit aneh, ketika melihat penampilannya yang seperti ini.Tinggal sentuhan akhir, yaitu jepit rambut berwarna putih, yang ia sematkan ke rambut hitam panjangnya yang tergerai indah."Sempurna," gumam Clarice yang merasa puas dengan penampilannya sendiri.Clarice tersentak saat pintu kamar tiba-tiba saja terbuka, dan memperlihatkan sosok Reynand yang selalu terlihat sempurna."Apakah sudah sel--" Reynand tidak bisa melanjutkan perkataannya, sebab ia terpukau ketika melihat penampilan Clarice saat ini."Ada apa?" tanya Clarice seraya mendekat ke arah Reynand. "Apakah aku terlihat jelek dengan penampilan seperti ini?" Lanjutnya yang jadi tidak percaya diri.Reynand buru-buru menggelengkan kepalanya. "Tidak! Justru kamu semakin cantik. Tapi, kenapa kamu berpenampilan seperti ini?" Reynand sebenarnya sangat suka, melihat Clarice yang tampak anggun seperti ini, dengan
Setelah Masame dan Akihiko menyambut kedatangan keluarga besar Wirata Group di bandara, saat ini Clarice, Reynand, Deffin, dan juga Azkia mengikuti mereka berdua pulang ke kediaman keluarga Kiyomizu. Sedangkan yang lainnya, mereka semua langsung pergi menuju hotel milik Ghrisam Group yang ada di Tokyo ini."Ayumi, sudah lama kamu tidak pulang ke rumah, bagaimana kabarmu?" tanya Masame seraya menyodorkan teh ke hadapan Clarice, ia tersenyum ramah seolah sedang menunjukkan bahwa ia adalah ibu tiri yang baik di hadapan Reynand dan keluarganya."Seperti yang sudah kamu lihat sendiri, sekarang aku terlihat jauh lebih baik daripada yang dulu," sahut Clarice jujur, ia sama sekali tidak ingin menutupi peperangan di antara mereka di hadapan semua orang. Jadi, Clarice pun tidak perlu bersikap pura-pura baik di hadapan mereka.Mendengar jawaban Clarice, tangan Masame yang berada di bawah meja langsung terkepal erat. "Sialan anak ini! Apakah dia tidak bisa basa-basi sedikit?" batin Masame kesal.
Keesokan harinya.Semalam Clarice dan Reynand menginap di paviliun, sedangkan Deffin dan Azkia, mereka berdua langsung pergi ke hotel setelah mengobrol dengan Masame dan Akihiko.Pagi ini setelah sarapan, Clarice kembali menemani kakeknya, seraya menceritakan kelanjutan kisahnya bersama Alvin, selama mereka berdua tinggal di luar negeri.Sedangkan Reynand, ia hanya bisa duduk diam di samping Clarice. Reynand sebenarnya merasa bosan, namun demi Clarice, ia tetap harus bertahan menahan rasa bosan tersebut, dan juga rasa cemburunya kepada Alvin, sebab sedari tadi Clarice juga selalu memuji kebaikannya Alvin."Kakek, sudah dulu ya, karena sebentar lagi Reynand akan menghadiri rapat, jadi kami pergi dulu ya," ujar Clarice seraya melirik jam tangannya, lalu kemudian ia mencium kening kakeknya, dan setelah itu ia pamit pergi.Sedangkan Reynand yang sedari tadi hanya diam, ia juga ikut berdiri, lalu kemudian berpamitan dengan sopan. Reynand jelas tahu, meskipun kakeknya Clarice belum sadar d