Share

Bab 4

Bab 4 Nak, Kembalikan Kodratmu Sebagai Suami

    "Nah itu dia kesalahanmu. Mau apa saja yang Kiara lakukan, kau selalu saja membelanya. Mengulur-ulur semua kelakuannya. Padahal istrimu itu sangat tidak menghargai ibu," tutur Bu Farah dengan raut muka masam.

     "Maaf, Bu. Bukan maksud saya untuk mengulur-ulurkan kelakuannya dan tidak pula untuk memanjakannya," ujar Galih memberi tanggapan.

     "Lalu apa tujuanmu coba? Selalu saja membela dia dari ibu? Padahal kau tahu aku ini ibu kandungmu. Ibu yang telah melahirkanmu,"

     "Sekarang kau berani membantah ibu hanya karena perempuan dungu itu? Wanita yang baru saja kau nikahi kemarin sore? Terlalu naif apabila kau berpikir tingkahmu itu benar," ujar Bu Farah lagi dengat sungut wajahnya yang semakin membenci.

      Fyuuuuh...

      Galih menghembuskan nafas lelah. Ia merasa lelah dan serba salah menimbang antara istri dan ibunya. Perkataan ibu ada benarnya juga, ucapan istri juga demikian.

     "Ibu sarankan agar kamu berhati-hati, Nak. Siapa tahu kau telah memakan ramuan pemikat yang dibuat oleh istrimu. Kau tidak sadar Galih? Sekarang kamu lebih tunduk dan patuh pada istrimu daripada sama ibumu ini," ucap Bu Farah berusaha menghasut hati anak lelakinya agar membenci istri sendiri.

     "Padahal kau tahu, surga seorang anak lelaki ada pada ridho ibu. Sedangkan ridho istri terletak pada suami. Nak, kembalikan kodratmu sebagai suami. Jangan mau di injak-injak sama istri. Apalagi hidup di kendalikan oleh istri. Istri seperti Kiara lagi. Mana manja, cengeng lagi. Salahmu dulu memilih perempuan itu," lanjut Bu Farah.

     "Padahal sebelumnya ibu sudah bilang, kalau wanita itu tidak akan bisa membawa kebahagiaan. Hidup susah, manja, sekolah cuma tamatan SMA, pengangguran pula. Lengkap sudah kekurangan Kiara. Apa kau rela dikuasai wanita seperti dia?" Bu Farah semakin emosi.

     "Bu, tadi kan masalahnya tidak kearah sana, Bu. Tapi cuma sebatas Kiara ingin beristirahat. Kok sekarang bicara Ibu merambat kemana-mana?" Galih bicara dengan raut muka yang kurang berkenan.

     "Ibu bukan bermaksud merambat-rambat. Tapi apa yang ibu ucapkan sungguh memang kenyataan. Bukan mengada-ada. Kamu yang ajah yang b*doh. Mau saja di manfaatkan wanita seperti itu, seharusnya kau sadar, Galih, Kiara cuma mau uangmu saja," Bu Farah berujar dengan muka masam.

     "Kiara bukannya mau memanfaatkan Galih, Bu. Tapi kalau uang jatah dia, itu memang pantas ia terima. Jumlahnya juga tidak seberapa dibanding sama uang yang kuberikan sama Ibu." Jawab Galih.

     "Apaa ...? Kau bilang pantas? Pantas darimananya? Wanita penjilat seperti dia kau bela mati-matian? Dan menentang ibumu yang telah bertaruh nyawa untuk melahirkan kamu ke dunia ini? Ck ck ck... Hebat kamu sekarang, Galih. Hebaat ...! Berani berucap kasar sama ibu!  Rupanya  Kiara telah berhasil menundukkan hatimu." Bu Farah nampak sangar dan marah. 

     "Awas saja Kiara...!" Langkah kaki Bu Farah menuju ke kamar Kiara.

     Melihat hal itu, cepat-cepat Galih mencegat langkah ibunya.

     "Bu, tolong jangan ganggu tidur Kiara!" Galih menggenggam tangan ibunya.

     Bu Farah menghembuskan nafas panjang.

     "Galih, kau begitu takut ibu mengganggu  tidur istrimu! Sedangkan kau tidak mengatakan apa-apa ketika istrimu memperlakukan ibu seperti ini. Sedari tadi kerjaan istrimu cuma tidur saja. Sedangkan ibu bersusah payah bekerja sedari pagi ...! Apakah kelakuan istrimu itu mencerminkan menantu sempurna?"

     Galih terdiam.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dewi Astati
serunya ceritanya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status