“Oke, nih aku kirim ke kalian.”
Nggak kerasa acara sudah mau selesai. Karena keasyikan ngobrol sampai kami tidak mengikuti acara.
“Yuk kita makan-makan,” ajak Atika.
“Aku ada suami, kalau mau makan-makan, sekalian ma suamiku,” ucapku.
“Boleh, tuh, sekalian biar aku kenal sama suamimu.”
Aku meninggalkan acara, kutelpon Mas Adnan untuk mengetahui posisinya sekarang dimana. Sementara Burhan masih mengekor. Ya Ampun, tuh orang ngapain ngekorin kita, nggak ada teman apa?
Tiba-tiba aku dikagetkan dengan hadirnya wanita muda yang waktu itu aku lihat saat di Mall.
Wanita tersebut menghampiri Burhan, sementara itu Burhan salah tingkah.
Aku penasaran, lalu kutemui Burhan.
“Mas, jangan bilang kalau dia selingkuhanmu, yah,” ucapku pada Burhan.
“Siapa dia, Mas,” tanya wanita muda yang kutaksir usianya dua puluh tiga tahunan.
Aku harus bicara sama Burhan agar istrinya tidak terus-terusan meneror keluargaku atau mendekati suamiku. Dulu menghancurkan hubunganku dengan Burhan, sekarang mendekati suamiku, maunya apa, sih.Tanpa sepengetahuan Mas Adnan, aku chat Burhan. Kebetulan aku tahu nomernya dari hape Mas Adnan.[Assalamualaikum, aku Dania, bisakah kita bicara? Balas GPL]Itu chat yang aku kirim ke Burhan.[Walaikum salam, Hy Dania, untukmu apa sih yang nggak bisa? Kapan?]Semprul, nggak nyadar apa kalau istrinya dah dua.[Hari ini, kamu sift berapa?][Aku sift dua. Oke, nanti ketemu di café dekat Supermarket, gimana? Jam 14.00 sebelum aku berangkat kerja.][Oke.]Setelah Duhur aku bersiap menuju café yang telah kita sepakati. Aku meluncur menggunakan mobil jazzku.Seperempat jam sebelum jam dua, aku telah siap di café. Aku memesan minuman kesuakaanku--jus alpukat.Jam dua kurang lima menit, kulihat dari ke
Aku menuju ke ruang keluarga dan menangis.Kubuka benda pipih yang ada di saku celana lalu aku bikin status.“Fitnahmu akan kau sesali suatu hari nanti.” Setelah itu kukirim caption gambarku dengan gambar Anggita, kebetulan kemarin aku sempat berfoto dengannya.Meski Khamila belum tahu siapa wanita itu, setidaknya ini adalah kode buat dia.Aku masih kesal dengan Mas Adnan yang menyalahkanku.Saat aku di ruang keluarga dan menangis, seseorang tiba-tiba menepuk pundakku.“Dania.”Aku menengok sumber suara dan ternyata adalah Mas Adnan. Aku masih kesal dengannya.“Seorang wanita bersuami dilarang janjian sama suami orang apalagi ketemuan. Makanya Papa menasehati Mama seperti itu,” ucap Mas Adnan sembari memandangku.“Lha itu Mas tahu. Selama ini apa yang dilakukan Khamila? Bukankah dia sering chat Papa? Sering nebeng sama Papa? Bahkan akhir-akhir ini dia
“Kenapa, sih, dari dulu selalu saja ingin merebut milikku?”Sekali lagi Khamila diam. “Burhan, urus istrimu! Dalam waktu 1 x 24 jam belum kamu bersihkan nama baikku, akan kuviralkan chatinganmu dengan suamiku agar warga tahu kalau kamu penggoda suami orang!” ancamku.“Huuuuuuu!” Terdengar suara teriakan orang-orang. Astaghfirullahal’adziim, rupanya banyak ibu-ibu menguping pembicaraan kami.“Oala, ternyata Khamila itu tukang fitnah, huuu,” kata seorang wanita yang tadi pagi kutemui di tukang sayur.“Hooh, ternyata kita kemakan sama omongannya, huuu,” kata yang lain menimpali.Sementara aku sedikit puas melampiaskan kekesalanku.“Ibu-ibu, tolong bubar, ya, ini bukan tontonan.”Kuusir ibu-ibu komplek secara halus.Sementara Khamila diam dan menunduk.“Khamila! Kamu keterlaluan,” pekik Burhan. “Selama
“Mah, jangan membicarakan orang! Kalau nggak Papa panggil, pasti ngobrolnya nggak selesai-selesai.”Aku hanya mengernyitkan dahi.Kami jalan-jalan memutari kota Jakarta. Tak lupa, aku bikin status.“Mingguan jalan-jalan bersama keluarga.”Kemudian mampir di restoran seafood. Lalu bikin status lagi.“Aku di sini.” Sembari upload saat kami makan. Ketika kami sedang asyik makan, aku dikejutkan oleh kedatangan Burhan dengan Anggita.“Astaghfirullah, Burhan! Pa lihat! itu Burhan sama Anggita,” ucapku sedikit berteriak karena kaget. Kucolek Papa yang sedang asyik makan. Mas Adnan melihat kearah yang aku tunjuk.“Pa, itu Si Anggita, madunya Khamila,” ucapku. Tunggu, akan kuambil gambarnya.“Ma, jangan dibuat status!” pinta Papa sambil memelototiku. Ia khawatir kalau aku buat status, nanti heboh. “ Biarlah itu urusan keluarganya Bu
Aku sama Mas Adnan saling pandang, heran. Sementara Khamila masih menangis dan mengiba minta tolong. Ada apa ini, kenapa Khamila kesini dan menangis. Jangan-jangan modus. “Mama Adit, Mas Adnan, itu, Mas Burhan,” ucap Khamila masih dengan air mata bercucuran. “Ada apa dengan Burhan, Khamila?” tanyaku. Namun aku sudah punya feeling, mungkin perselingkuhannya telah diketahui Khamila. “Mas Burhan, ternyata dia selingkuh.” Tangisan Khamila meledak kembali sampai sesak. “Lihat ini Dania, Mas Adnan.” Khamila menunjukkan foto Burhan bersama Anggita ketika di restoran seafood tadi. Aku tecengang begitupun dengan Mas Adnan, lalu kami saling pandang. “Kamu dapet foto itu darimana?” tanyaku penasaran, padahal saat foto itu diambil, posisiku juga ada di sana. “Ada yang kirim, Mama Adit.” Masih denga
Langsung kublokir facebooknya Khamila, Puas!..Keesokan pagi saat di ruang makan.“Mas, kemarin Khamila inbox katanya mau nebeng, tolong jangan mau,” ucapku.“Memang inbox apa?” tanyanya sembari mengunyah makanan.“Katanya mau nebeng ke rumah Saudaranya.”“Ya.”Lega. Khamila, saya pastikan nanti Mas Adnan tidak akan memberi tebengan untukmu.Usai sarapan, Mas Adnan pamit, dan putraku berangkat ke sekolah naik jemputan.Semua telah kubereskan, untuk pakaian, aku ambil jasa laundry.Ya Allah, ada-ada saja ujian dalam rumah tangga. Khamila, wanita itu, entah kenapa selalu hadir dalam hidupku. Sejak saat aku sama Burhan, ia datang mengganggu bahkan sampai merendahkan diri sendiri dan hamil. Kini, ketika aku sama Mas Adnan, iapun mengganggu. Aku tidak tahu, ada apa sebenarnya dengan hatinya.“Assalaamualaikum, Bu Dania.&rd
Setelah aku membeli setengah kilo ikan bawal, seikat sayur bayam dan dua buah wortel, lalu kubayar, aku meluncur ke rumah Mama Rena.Tak butuh waktu lama untuk sampai. Kutekan bel yang ada di pintu pagar, tetapi tidak ada tanggapan. ‘Apakah ia pergi?’ batinku. Lalu kutekan belnya hingga yang ketiga kalinya. Namun tetap tidak dibuka. Dengan kecewa, akhirnya aku pulang.Setelah mengunci pagar dan masuk, kubuka-buka ponselku. Ada panggilan masuk.“Siapa ini?” ucapku pelan. Nomer tidak di kenal. Lalu kubuka pesan masuk.[Dania, ini aku, Dinar. Simpan nomerku, ya.] O, Dinar.[Oke.] Langsung kubalas.[Kamu masih cantik, ya] balas Dinar kembali.[Thanks][Minggu depan aku pulang ke Indonesia, aku pingin ketemu denganmu.] Pinta Dinar.[Boleh.] Balasku.[Oke, nanti kukabari.] Setelah itu, ia tak membalasku.Kemana Mama Rena, apakah dia tahu kalau aku bakal ke rumah
Part 16[Hapus! Dalam waktu lima menit tidak di hapus, aku lapor polisi!]Pesanku ke Mama Rena belum di baca, jika tidak di hapus, akan kulaporkan ke Pak RT.Aku kembali ke meja makan, kulihat Adit sedang makan dengan lahapnya.“Setelah makan, kamu istirahat, ya, jangan main dulu!” perintahku pada Adit, putraku.“Ma, aku mau main aja, ya, nggak mau tidur,” balasnya.“Tadi habis nabrak Rena, lebih baik kamu bobok saja.” Aku khawatir kalau badannya ada yang masih pada sakit. Akhirnya ia menurutiku. Adit menuju ke kamarnya untuk istirahat siang. Aku membereskan meja makan sekaligus mencuci piring kotor. Setelah itu aku rebahan di depan TV.