Langsung kublokir facebooknya Khamila, Puas!..Keesokan pagi saat di ruang makan.“Mas, kemarin Khamila inbox katanya mau nebeng, tolong jangan mau,” ucapku.“Memang inbox apa?” tanyanya sembari mengunyah makanan.“Katanya mau nebeng ke rumah Saudaranya.”“Ya.”Lega. Khamila, saya pastikan nanti Mas Adnan tidak akan memberi tebengan untukmu.Usai sarapan, Mas Adnan pamit, dan putraku berangkat ke sekolah naik jemputan.Semua telah kubereskan, untuk pakaian, aku ambil jasa laundry.Ya Allah, ada-ada saja ujian dalam rumah tangga. Khamila, wanita itu, entah kenapa selalu hadir dalam hidupku. Sejak saat aku sama Burhan, ia datang mengganggu bahkan sampai merendahkan diri sendiri dan hamil. Kini, ketika aku sama Mas Adnan, iapun mengganggu. Aku tidak tahu, ada apa sebenarnya dengan hatinya.“Assalaamualaikum, Bu Dania.&rd
Setelah aku membeli setengah kilo ikan bawal, seikat sayur bayam dan dua buah wortel, lalu kubayar, aku meluncur ke rumah Mama Rena.Tak butuh waktu lama untuk sampai. Kutekan bel yang ada di pintu pagar, tetapi tidak ada tanggapan. ‘Apakah ia pergi?’ batinku. Lalu kutekan belnya hingga yang ketiga kalinya. Namun tetap tidak dibuka. Dengan kecewa, akhirnya aku pulang.Setelah mengunci pagar dan masuk, kubuka-buka ponselku. Ada panggilan masuk.“Siapa ini?” ucapku pelan. Nomer tidak di kenal. Lalu kubuka pesan masuk.[Dania, ini aku, Dinar. Simpan nomerku, ya.] O, Dinar.[Oke.] Langsung kubalas.[Kamu masih cantik, ya] balas Dinar kembali.[Thanks][Minggu depan aku pulang ke Indonesia, aku pingin ketemu denganmu.] Pinta Dinar.[Boleh.] Balasku.[Oke, nanti kukabari.] Setelah itu, ia tak membalasku.Kemana Mama Rena, apakah dia tahu kalau aku bakal ke rumah
Part 16[Hapus! Dalam waktu lima menit tidak di hapus, aku lapor polisi!]Pesanku ke Mama Rena belum di baca, jika tidak di hapus, akan kulaporkan ke Pak RT.Aku kembali ke meja makan, kulihat Adit sedang makan dengan lahapnya.“Setelah makan, kamu istirahat, ya, jangan main dulu!” perintahku pada Adit, putraku.“Ma, aku mau main aja, ya, nggak mau tidur,” balasnya.“Tadi habis nabrak Rena, lebih baik kamu bobok saja.” Aku khawatir kalau badannya ada yang masih pada sakit. Akhirnya ia menurutiku. Adit menuju ke kamarnya untuk istirahat siang. Aku membereskan meja makan sekaligus mencuci piring kotor. Setelah itu aku rebahan di depan TV.
“Puas, makanya jangan bikin gara-gara, ha ha ha.”Beberapa menit kemudian, Papa mendekatiku.“Ma, hapus story Mama itu, tidak pantas!” perintah Papa tegas. Ih, Papa ternyata bisa tegas juga.“Pa, itukan aku privacy, tidak semua bisa melihatnya.” Aku membela diri. Tumben banget Papa suka melihat storyku. Biasanya cuek bebek.“Iya, tetap saja tidak pantas, hapus!” perintahnya lagi. Akhirnya kuturuti perintah Papa, kuhapus story’ whatsapp yang tadi kukirim.“Dasar emak-emak, ya, gara-gara story WA, jadi ribut,” ucap Papa lalu masuk ke kamar.“Eh, Pa, tunggu!” Papa berhenti dan menengok kearahku. “Pinjam hapenya,” peintahku sembari mengulurkan tangan.“Ini, ah, Mama,” ucap Papa sembari menyerahkan ponselnya ke aku.“Makasih.”Aku kembali duduk di ruang keluarga dan mengotak-atik Ponsel
Lalu aku juga bikin status, “Habis dari Masjid.” Lalu kukirim foto kami bertiga, posisiku sedang memakai mukena.Kami membaca Al Quran hingga Adzan Isya berkumandang.“Siap-siap ke masjid, yuk,” perintah Papa. Ia menggandeng Adit yang malas-malasan untuk bangun, meski malas, ia bangun dan kami bertiga berangkat bersama.Di Masjid agak sepi, tak sebanyak ketika sholat Maghrib. Saat aku memasuki teras Masjid, kulihat Idos sedang main lari-lari dengan anak yang lain. Teman-teman Idos memang anak seusia Adit. Mereka saling meledek, saling kejar, kadang main perang-perangan.Saat melihatku, Idos langsung diam seperti ketakutan.Kupanggil i
‘Apa mungkin tukang sampah itu melihat statusnya Khamila kemarin sore dan tadi malam?’ Ku colek Mas Adnan, "Mas, Burhan mana?" bisikku di telinga suamiku."Mas nggak lihat," jawabnya sambil menggeleng. Sementara Khamila masih meringkuk sambil menangis."Coba telpon Burhan, Mas!" perintahku. Mas Adnan mengangguk kemudian mengeluarkan ponselnya. Baru saja mau memencet tombol, dari arah luar Burhan datang. Ia langsung lari dan menemui Khamila."Khamila, apa yang terjadi?" tanya Burhan panik langsung dipeluk istri pertamanya itu."Pergi!" teriak Khamila, "Ngapain kamu pulang, kamu laki-laki tak bertanggung jawab! urus istri mudamu itu," lanjut Khamila masih dengan nada tinggi. Semarah itukah Khamila sama Burhan? apa yang terjadi? Setahuku, Khamila sangat bangga dengan suaminya."Bapak, Ibu, sebaiknya silakan kembali ke rumah masing-masing. Bu Khamil
#StatusFacebookTetanggaPart 20"Mama ...!" panggil Papa, deg! apakah ada yang salah dengan statusku?“Iya, Pa,” kudekati Mas Adnan dengan perasaan deg-degan, jangan-jangan ada yang salah dengan statusku. Aduh ....“Bentar ya, Pa, mau bikin telur ceplok,” pintaku. Aku langsung pergi ke dapur, ingin kuhapus status yang tadi.“Ma ...!” panggil suamiku lagi, huft .... Pasrah, deh.“Ma, Mama bikin status lagi, ya. Kan Papa dah bilang, nggak usah bikin status, nanti masalah.” Aku hanya cengar-cengir saja.“Ma! Jangan cengar-cengir doang. Kalau ada yang membaca status Mama, lalu penasaran dengan Papa, lalu orang tersebut naksir Papa, Mama mau apa? Cemburu? Kemarin
Haduh, tepok jidat gara-gara Adit...Sampai rumah, kubereskan semua barang belanjaan. Aku pisahkan barang milikku dan barang untuk menjenguk Khamila.Beras, minyak, teh, gula, susu, roti, biskuit, detergent dan pewangi. Kalau kutaksir habisnya dua ratus lima puluhan.Ku ambil gambar barang yang untuk mengirim ke Khamila, lalu ku kirim ke grup emak-emak komplek.[Bu-ibu, ini sudah siap, jangan lupa besok jam sepuluh kumpul di Mama Rena.]Setelah kukirim di grup, banyak yang membalas dengan emot jempol, ada juga emot love. Ada yang membalas, oke.Sebenarnya ibu-ibu komplek sini sangat kompak, apalagi jik