Share

Pembunuhan Tirta Adiyasa

Terdengar suara seseorang yang tidak ingin Adinara lihat saat ini. Darren, pria yang saat ini paling di benci oleh Adinara tiba-tiba muncul dan sekarang berada didalam lift, hanya berdua.

Sepersekian detik Darren dan Adinara saling diam seperti tidak saling mengenal.

'' Sepertinya kamu harus berlajar lagi. Jadi kalau nanti kita menangani kasus yang sama, kamu jangan sampai kalah lagi,'' kata Darren mengawali pembicaraan.

'' Hanya kebetulan.''

'' Kebetulan?'' Darren tersenyum miring.''Kamu memang tipe orang yang tidak mau mengakui kekalahan yah?''

'' Maksud kamu?''

Adinara mengangkat wajahnya dan menatap lurus ke wajah Darren.

'' Kalu kalah akui kalah,'' bisik Darren.

'' Kenapa aku harus mengaku kalah. Kenapa-''

Adinara dan Darren tiba-tiba terdiam saat pintu lift terbuka dan ada seorang perempuan masuk.

'' Akui saja kalau kamu kalah,'' bisik Darren kemudian melangkah keluar saat pintu lift terbuka, sedang Adinara membalasnya dengan delikan sebal.

Adinara berjalan cepat keluar dari Lift dan mengejar Darren yang berjalan santai di hadapannya.

'' Darren,'' panggil Adinara dan Darren berhenti. '' Jangan terlalu membanggakan diri. Biasanya orang yang sombong, kemampuannya tidak seberapa.''

'' Oh! Tapi kenyataannya aku selalu menang.''

Adinara menarik napas, mencoba mengumpulkan kembali kesabarannya yang tadi mulai terkikis.

''Oyah ... kamu sebenarnya cantik!''

''Heuh?'' alis Adinara bertaut.

''Tapi kenapa sampai sekarang kamu sendiri terus yah?''

'' Terus, apa urusannya sama kamu?''

'' Tidak ada, hanya saran saja. Sekali-kali kamu harus merasakan kencan dengan seseorang, biar wajah kamu tidak tegang terus.''

'' Heeh!''

Adinara menarik napas kembali. Adinara lupa kalau saat ini ia sedang berhadapan dengan Darren, laki-laki yang gemar tebar pesona ke banyak perempuan yang ia temui.

'' Kamu jangan berharap saya akan mengencani kamu. Kamu bukan tipe saya!'' ujar Darren, kemudian berjalan meninggalkan Adinara yang terlihat kesal.

Sabar Adinara! Sabar, batin Adinara.

Adinara masuk kekantornya, langkahnya yang cepat berhasil menarik perhatian sahabatnya laras, yang sedang fokus ke pekerjaannya sejak dari tadi.

Begitu masuk ke ruangannya, Adinara segera duduk di kursi. Matanya yang tajam terus menatap kosong ke meja yang ada di depan, sementara kedua lengannya ia lipat di dada.

Laras yang juga ikut masuk menatap heran sahabatnya itu. Laras maju perlahan mendekati Adinara, lalu badannya ia tundukan sedikit.'' Ada yang bisa saya bantu Bu Adinara?'' tanya Laras.

'' Jangan bercanda! tidak lucu.''

Laras tersenyum. Laras tau kalau Adinara sudah begini, pasti ada sesuatu yang menganggu pikirannya.

'' Kenapa sih? datang-datang muka di tekuk gitu.''

'' Hari ini suasana hatiku sedang tidak baik. Gara-gara siapa? gara-gara manusia sok pintar dan sok kegantengan itu.''

'' Darren?'' Laras menebak.

'' Ya siapa lagi. Di gedung ini pria yang paling menyebalkan, ya manusia yang bernama Darren itu.''

Laras kembali tersenyum tipis saat melihat tingkah sahabatnya itu. Sedang Adinara kembali menyandarkan tubuhnya kekursi dengan ekspersi wajah yang sama, kusut dan menegangkan.

'' Tapi ganteng loh!''

'' Ganteng?'' Adinara replek berdiri, sedang Laras sedikit terperanjat.'' Ganteng dari mana? muka kaya dia tuh pasaran, banyak, dan tidak ganteng sama sekali.''

Laras wajahnya mengernyit, Laras heran kenapa Adinara bisa sebenci itu sama Darren.

Seorang konglomerat Tirta Adiyasa dan keluarganya di temukan meninggal dunia di dalam mobilnya. Tirta Adiyasa bersama Istri dan kedua anaknya di duga menjadi korban pembunuhan.

Perhatian Adinara dan Laras teralihkan, saat mereka melihat berita pembunuhan di televisi. Adinara dan Laras melupakan sejenak perdebatan mereka soal Darren.

'' Tirta Adiyasa?'' Laras berusaha mengingat.'' Diakan konglomerat itu. Tirta Adiyasa ... Tirta Adiyasa di bunuh?''

'' Siapa Tirta Adiyasa?'' tanya Adinara penasaran.

'' Tirta Adiyasa itu pemilik Bintang Grup, Nara. Dia termasuk sepuluh orang terkaya di Indonesia, Pak Tirta juga sering melakukan kegiatan amal. Makanya aku heran, kenapa ada orang yang tega membunuh Pak Tirta, padahal beliau orangnya baik,'' jelas Laras panjang lebar.

Adinara duduk kembali di kursinya, setelah tadi ia sempat berdiri.

'' Orang baik bukan berarti tidak punya musuh. Apalagi Pak Tirta seorang pebisnis.''

'' Iya sih!''

'' Kenapa?'' tanya Adinara saat laras terdiam sambil memegangi perutnya.

'' Lapar ... makan yu.''

Adinara menarik napas, saat melihat ekspersi lucu dari sahabatnya itu.

'' Ya sudah yu, aku juga lapar!'' ajak Adinara sambil berdiri, bersiap untuk pergi.

'' Tapi kamu yang bayar yah,'' pinta Laras.

'' Iyah, aku yang bayar!''

'' Di tempat biasa?''

'' Iyaah!''

Laras tersenyum penuh kemenangan saat Adinara bersedia mentraktirnya makan. Dengan langkah cepat, Laras berusaha mengimbangi kecepatan jalan Adinara yang ada di hadapannya.

Adinara masuk ke rumah makan itu, dan di sambut senyuman hangat oleh Bu Mar. Tapi kemudian langkah Adinara berhenti di satu titik, saat matanya melihat sesuatu.

'' Kenapa berhenti?'' tanya laras yang terlihat bingung.

'' Lihat ke meja pojok, lihat siapa yang ada di sana?''

Laras mengikuti apa yang Adinara beritahukan. Matanya dengan tajam menatap dua orang yang sedang berbincang, di meja yang ada di salah satu sudut rumah makan itu.

'' Darren sama Dokter Clara!'' bisik Laras.

'' Kita pergi, kita ke lestoran saja!''

'' Kenapa? Memang kenapa kalau ada mereka.''

Laras yang masih bingung dengan sikap Adinara, hanya bisa mengikuti Adinara yang berjalan keluar rumah makan itu.

'' Memang kenapa kalau ada mereka, Nara?'' tanya Laras sekali lagi.

Adinara berhenti, mata Adinara menatap serius Laras yang berdiri di sampingnya.

'' Malas banget tau, kalau harus mendengarkan ucapan manis si Darren itu. Melihat wajahnya saja sudah membuat nafsu makanku hilang, apalagi kalau mendengar ocehan tidak pentingnya itu.''

Laras mendekatkan wajahnya ke wajah Adinara sambil tersenyum.'' Kamu cemburu?'' goda Laras.

'' Cemburu? Hahahah,'' Adinara tertawa kecil.'' Pertanyaan yang tidak masuk akal. Manamungkin aku punya rasa cemburu, sementara melihat wajahnya saja aku muak.''

'' Ya, kirain!''

'' Laras, dengerin aku! ujar Adinara yang terdengar cukup tegas. Laras tau, kalau Adinara sudah bersikap serius seperti ini, pasti ada sesuatu yang penting yang akan di sampaikan.

'' Kamu jangan sekali-kali berpikir kalau aku cemburu sama Darren. Kamu ingat dan kamu garis bawahi, aku tidak akan mungkin suka sama Darren. Tau kenapa?'' tanya Adinara dan Laras menggelengkan kepanya. '' Karena Darren bukan tipe ku.'' jelas Adinara tegas, kemudian berjalan perlahan dan masuk ke mobilnya. Sedang Laras tertawa dalam hatinya atas sikap Adinara.

Menurut Adinara, suatu kemustahilan kalau ia harus jatuh cinta sama Darren. Membayangkannya saja Adinara sudah muak, apalagi kalau sampai kejadian, Adinara tidak mau.

Sementara Darren, ia balik lagi ke kantornya setelah mengantarkan Dokter Clara ke tampatnya Praktik. Bukan Darren namanya, kalau tidak menjadi pusat perhatian perempuan-perempuan yang ada di gedung itu.

Dengan wajah Indonya, Darren mudah sekali dikenali, ditambah kulitnya yang putih, badannya yang tegap, membuat siapapun kaum hawa sulit untuk berpaling dari Darren.

Bahkan ada bisikan yang terdengar, suatu kerugian jika berpapasan dengan Darren tidak melempar senyum kepada Darren. Ada juga yang mempercayai, siapapun perempuan yang melempar senyum kepada Darren dan Darren membalasnya, maka suatu keberuntungan untuk perempuan tersebut.

Plak!.

Dengan wajah kesal, Dirga melempar koran yang baru saja ia baca kemeja kerjanya.

'' Ada apa? Ada berita penting apa?'' tanya Darren saat menghampiri Dirga, kemudian duduk di mejanya Dirga.

'' Kamu baca sendiri!''

'' Tirta Adiyasa di temukan tewas bersama istri dan kedua anaknya,'' baca Darren dengan sangat jelas.

'' Padahal Pak Tirta itu Idola aku loh. Pak Tirta itu panutan buat pebisnis muda, beliau orangnya tidak pelit berbagi Ilmu. Aku penasaran siapa yang sudah menghabisi Pak Tirta bersama keluarganya.''

'' Menurutku sih orang terdekatnya, atau pesaing bisnis Pak Tirta,'' sahut Darren

'' Bisa jadi, tapi yang paling masuk akal ya pesaing bisnisnya.''

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status