"Tuan Muda, maaf tadi saya kebelakang. Tuan muda mau keluar ya ?" kata Pak Bahar supir pribadi Awan yang baru saja tiba dari arah belakang mereka.
"Oh tidak usah pak. Saya mau bawa motor saja. Ada yang bawa motor gak ? Saya pinjem dulu."
Jelas semua orang pada melongo seakan tidak percaya, mereka sempat mengira salah dengar kalau sang big boss akan meminjam motor.
"Eh, motor bos ?" Tanya Yunfa memastikan.
"Iya, ada ?"
Melihat Awan yang serius, jelas saja kalau Ia sedang tidak bercanda.
"Bawa motor saya aja kalau gitu bos." Yunfa menawarkan dengan semangat.
Siapa tau bisa menyenangkan big bosnya itu, secara tidak langsung akan membuka rejeki yang lebih besar untuknya dimasa depan.
"Motornya apa ?"
"R25 bos."
"Duh, yang lebih kecil saja ada gak."
Ekspresi Yunfa langsung masam karena bosnya itu malah mencarinya yang lebih sederhana, tapi mengingat motor teman-temannya yang lain, adanya Vixion, R15 dan semacamnya. Tapi sebelum sempat Ia bicara, Yosef menyeletuk di sebelahnya, "Pakai beat saya aja, bos." Ucapnya ragu ditambah tatapan tajam Yunfa padanya.
Yang benar saja, bos besarnya itu ditawarin bawa motor beat.
"Nah itu, perfect. Sini saya pinjam dulu yah." Ucap Awan senang.
Wajah Yosef tampak berbinar senang, lain halnya dengan Yunfa dan Pak Bahar yang terkejut dan tidak menyangka kalau bos besar mereka justru menginginkan motor matic kecil tersebut.
Sampai ketika Awan berlalu dengan motor beat nya.
Yunfa langsung melotot tajam pada Yosef, "Untung tuan muda orangnya rendah hati. Kalau tidak! bukan hanya lu, gue yang bawa lu kerja kesini juga bisa tamat. Lu gak tau tuan muda itu orangnya seperti apa ?" Sambil mengusap keringat dingin di keningnya.
"Ma-maaf bang. Gue benar-benar gak tau kalau itu bos Saktiawan, pakaiannya biasa saja soalnya. Gue kira orang iseng yang menyusup ke apartemen ini." Ucap Yosef lega karena Ia terlepas dari hukuman karena kesalahannya mengidentifikasi bos besarnya. Tidak terbayang, seandainya sang big boss adalah orang yang bertemperamen buruk. Melihat dari bakcround dan posisinya, tidak perlu berpikir dua kali baginya kalau saja Awan mau melenyapkan Yosef, jika seandainya Ia mengambil hati perlakuan Yosef padanya.
Sangat beruntung bagi mereka, karena memiliki seorang tuan yang sangat rendah hati. Yunfa yang sudah lama bekerja di Apartemen itu juga mengakui, kalau sang big boss bahkan sesekali sengaja berkumpul dengan para security tanpa memandang rendah mereka sama sekali. Justru karena itu mereka semakin menghormati Awan karena sikapnya yang tidak pernah memandang rendah seseorang dari strata sosial mereka.
Ternyata apa yang dikhawatirkan oleh Mikha sebelumnya, tidak hanya terjadi Emeral City Apartement saja. Bahkan ketika Awan memasuki kampus JIU, Ia lagi-lagi dihentikan oleh security kampus.
Membuat Awan sempat tersenyum kecut ketika membayangkan, 'ternyata apa yang kita pakai, menentukan cara pandang orang lain terhadap kita.'
Itu terbukti, ketika security tersebut terlihat sangat memandang rendah dirinya karena penampilannya yang biasa-biasa saja tersebut. Sampai-sampai, mereka benar-benar mencocokan secara mendetail antara kartu mahasiswa dengan wajahnya.
Tidak hanya berhenti sampai disitu, bahkan mereka harus memeriksa id-nya di komputer untuk lebih memastikan bahwa Awan benar-benar terdaftar sebagai mahasiswa disana. Sebuah prosedur yang menurut Awan terlalu berlebihan.
Disaat yang sama, padahal banyak mahasiswa lain yang memang rata-rata mengenakan pakaian dari brand terkenal dan kendaraan mewah justru bebas keluar masuk kampus tanpa pemeriksaan sama sekali dan malah mendapat perlakuan sangat ramah dari security yang ada disana.
'Sebuah kesenjangan yang tidak adil.' Pikir Awan kesal.
Awan terpaksa hanya menyabarkan diri dan berlalu dengan sedikit menahan kesal begitu proses pemeriksaan berbelit yang dilakukan oleh security kampus tersebut, padahal Ia hanya sekedar masuk area kampus saja dan tidak melakukan hal yang aneh-aneh.
Saat Awan berlalu dari pos security, ada yang berceletuk diantara mereka, "Kok bisa ya orang miskin kayak barusan kuliah disini ? bukannya ini tempat orang-orang kaya saja ya ?" Ucap security tersebut pada teman-temannya.
"Hahaha, jangan salah. Itu cara kampus buat menjaga keseimbangan saja. Kamu kalau gak kaya, maka harus sangat pintar untuk bisa kuliah disini." Ucap temannya menjelaskan.
"Berarti bocah barusan itu pintar, Bang ?"
"Masa bodoh lah, mau pintar atau kagak. Mending lihat artis-artis bohai aja tuh, untung-untung dapat tips lebih lagi. Lumayan buat nyagu, hahaha.."
Ucapannya sukses disambut tawa oleh yang lainnya.
Siapa yang tidak senang bekerja disana, bahkan sebagai security atau bahkan OB sekalipun. Disamping gaji yang sangat terjamin, mereka juga bisa sekalian cuci mata melihat artis-artis terkenal yang kuliah disana. Tidak jarang mereka benar-benar menjilat para artis atau anak orang kaya tersebut untuk sekedar dapat tips lebih. Itu sebabnya, para artis dan anak-anak orang kaya yang kuliah disana diperlakukan bak raja dan ratu tanpa prosedur ketat seperti halnya perlakuan mereka terhadap Awan sebelumnya.
Beranjak pada posisi Awan saat ini.
"Duh, parkirnya dimana ya ?"
Karena sudah merasa kesal karena diperlakukan tidak adil oleh security di pintu masuk kampus sebelumnya membuat Awan sampai lupa bertanya dimana ia harus parkir.
Parkir sepeda motor lebih tepatnya. Karena dua gedung yang telah dilewatinya hanya ada terdapat jejeran mobil tanpa ada satupun tempat untuk parkir sepeda motor.
Sedang fokus mencari tempat parkir, Awan dikejutkan dengan bunyi klakson yang cukup memekakkan dari belakangnya.
Bim Bim Bimmm.
Awan berpaling cukup kesal dengan cara orang tersebut membunyikan klakson mobilnya. Seolah-olah Ia tidak bisa mendengar atau Ia sengaja mau pamer karena mentang-mentang membawa BMW i8 keluaran terbaru.
Tidak lama kaca jendelanya turun dan tampak seorang wanita berparas cantik mengulurkan kepala sedikit keluar dengan ekspresi marah dan pongah menatap dirinya.
"Hei Idiot, minggir!" Hardiknya kasar.
"Tidak bisakah kamu lihat jika disini hanya untuk parkir mobil. Buang saja ronsokan itu dari sini."
Mendengar betapa kasarnya ucapan wanita tersebut, membuat Awan tidak lagi sreg melihatnya. Percuma memiliki wajah cantik jika tidak bisa bicara yang sopan.
Karena tidak ingin memperpanjang masalah, Awan terpaksa meminggirkan motornya tanpa membalas satupun ucapan wanita tersebut dan membiarkan wanita tersebut berlalu sambil masih memaki dirinya.
"Huft sabar, masih hari pertama." Gumam Awan menyabarkan diri.
Kening Awan sedikit berkerut ketika melihat wajah wanita barusan, ia merasa pernah melihatnya, tapi dimana dan kapan ya ?.
Beruntung ketika Awan masih kebingungan mencari tempat parkir, ada seorang wanita yang kebetulan selesai memarkirkan mobilnya. Ia juga melihat kejadian dari awal, ketika Awan yang berhenti kebingungan mencari tempat parkir untuk motornya sampai ketika Ia dimaki-maki oleh wanita cantik barusan.
Ia pun menyapa Awan dengan cukup ramah, "Kamu Mahasiswa baru yah ?"
Melihat keramahan wanita tersebut, Awan pun bersikap ramah dan membuang emosi kesalnya barusan.
"Iya, tidak menyangka jika mencari tempat parkir bisa sesusah ini disini."
'Ganteng juga ternyata.' Kagum wanita tersebut dalam hati begitu melihat Awan dari dekat. Bahkan Ia sempat berpikir, seandainya pemuda didepannya ini berpakaian modis atau membawa kendaraan mewah, mungkin wanita tadi tidak akan berani bersikap sekasar itu terhadapnya.
"I see, kamu kalau mau parkir motor di gedung b3. Disana khusus motor." Ucapnya ramah.
"Oh begitu, pantesan dari tadi aku cari-cari gak ketemu, sudah mencari dua gedung padahal. Terimakasih yah."
"Iya, sama-sama. Aku tinggal dulu yah! Aku tidak mau terlambat untuk pertemuan hari pertama. Bye."
"Bye, sekali lagi terimakasih yah.." Ucap Awan tersenyum ramah sambil melajukan motornya.
Flush
Melihat sekilas senyum Awan membuat gadis tersebut merona merah dan perasaan berdesir indah apalagi Ia cukup terkesan dengan sikap elegan Awan.
Membuat ia buru-buru melangkahkan kakinya menuju gedung tempat kuliahnya.
"Tuh kan, siapa nama gadis tadi ya ?"
Setelah sampai di tempat parkir, Awan baru kepikiran kalau Ia lupa menanyakan siapa nama wanita yang tadi telah menunjukan tempat parkir padanya, membuatnya merutuki diri sendiri. Paling tidak ketika ketemu nanti Ia bisa memanggil namanya.
Bagaimanapun wanita tadi tadi cukup ramah dan mendapat respek darinya, karena walau perempuan tersebut melihatnya memakai motor biasa tapi tidak merendahkan dirinya seperti Mahasiswi yang ditemuinya tadi. Dan bahkan mau membantunya menunjukan tempat parkir sehingga tidak membuang waktunya lebih banyak.
'Nanti lah dipikirin, semoga saja ketemu lagi.' Pikir Awan pada akhirnya.
Jika Awan masih orang yang sama ketika Ia pertama kali menginjakkan kaki di Ibu Kota, mungkin sekarang Ia benar-benar akan terlihat layaknya orang bodoh yang sedang tersesat. Tapi Awan yang sekarang jelas sudah jauh berbeda. Ia bukan orang gaptek lagi dengan hp jadul yang akrab dengan museum lawas. Melaluismartphoneditangannya, Ia dengan mudah mengakses seluruh denah gedung tempat perkuliahannya. Sehingga dengan mudah mengetahui dimana kelas yang harus ditujunya saat itu. Namun keasikan melihathandphone, ada seorang wanita dengan setelan formal namun berkelas serta kecantikan yang elegan, sedang berjalan terburu menuju kelas tempatnya mengajar, dan... Buugghhh Tubuh semampai tersebut terlambat b
"Maaf Bu, saya terlambat. Boleh saya masuk ?" Tanya Awan coba seramah mungkin. "Ka-kamu mahasiswa disini ?" Tanya Calista lebih kaget lagi. Suatu hal yang tidak terduga, pria yang ditabraknya tadi adalah mahasiswanya sendiri dan pria itu telah memeluk dirinya. Walau itu terjadi karena kecelakaan, membuat Calista salah tingkah dan wajahnya semakin memerah karena malu. Namun cepat-cepat, ia menguasai keadaan kembali dan menganggap kejadian sebelumnya adalah hal yang biasa dan cuma kecelakaan. Untuk menutupi gugupnya, Ia mempersilahkan Awan untuk masuk ke dalam ruang kelas. "Eh, iya.. Silahkan." Calista bergeser kesamping untuk memberi jalan. Awan juga tidak menyangka s
Tapi mau mengejar Awan dan membuat perhitungan jelas tidak mungkin, mereka akan semakin mempermalukan diri mereka sendiri dengan membuat ribut dengan mahasiswa kasta rendah seperti Awan dan ketiga sahabatnya ditempat umum seperti ini. Sehingga Seila dan kawan-kawannya hanya bisa menyimpan dendam dihati saat ini. 'Awas kalian, ini belum berakhir.' Begitulah kira-kira arti tatapan mereka ketika melihat Awan yang sudah duduk di meja mereka. Awan mengerti jika teman-temannya itu pasti akan sungkan untuk memesan makanan, melihat dari cara mereka yang begitu canggung untuk berada didalam kantin tersebut. Sehingga dari awal Awan sudah mengingatkan untuk tidak ragu memesan apapun yang mereka inginkan. Keraguan Awan terbukti, walau ketiganya tampak tergoda melihat daftar menu yan
Jika ada orang yang paling dibenci oleh seorang Ardi saat ini, maka Ia adalah Awan. Mahasiswa baru yang telah membuatnya sampai kehilangan muka didepan penggemarnya langsung. Bermaksud untuk menjadikan Awan sebagai objek tertawaan di chanelyoutubenya, justru malah berbalik jadi tamparan memalukan baginya. Bagaimana tidak ? Kaum Aiden tersebut seharusnya jadi bahan tertawaan bagi Ardi dan para penggemarnya, urung jadi tertawaan justru Ia sendiri yang jadi bahan cemoohan penonton. Aiden yang identik dengan mahasiswa miskin tersebut beneran mampu membayar makanan mereka yang harganya tidak sedikit. Bahkan seorang pegawai negeripun akan menguras gaji 1 bulan mereka untuk membayar tagihan makan sebanyak
"Pft, hanya 15 detik." Si gadis terlihat kesal. Sekarang Ardi yang terlihat pucat ketakutan. Bagaimana mereka begitu sial bisa bertemu dengan gadis ini ? Kecantikannya benar-benar menipu. "Loh, katanya mau mengoyak tubuhku ? Mau ngasih sama anjing jalanan kalau kalian sudah puas ? Bahkan untuk pemanasanku aja kalian berempat gak punya kemampuan. Dasar lelaki loyo!" Wajah Ardi dan ketiga temannya terlihat pias, mereka bahkan tidak mampu untuk mengangkat wajahnya apalagi untuk menjawab hinaan gadis tersebut. "Woi kalian kenapa kok lama banget sih? Cuma ngancurin motor aja..." Dari belakang terdengar suara teman Ardi yang tadi bertugas berjaga dari luar. Tapi ucapannya langsung ter
Walau sedikit terpaksa dan tidak suka, mereka tetap melakukannya. Itu karena Rachel adalah kakak tingkat mereka dan juga statusnya sebagai anak Menteri. Siapa yang berani menentang perintahnya ? "Tidak aktif, Kak." "Nomor teman-teman Ardi biasa nongkrong juga gak ada yang bisa dihubungi satupun, Kak." Kenapa nomor mereka bisa tidak aktif disaat bersamaan ? Semula tidak ada yang memikirkannya, tapi ketika nomor Ardi dan semua temannya tidak bisa dihubungi. Apa yang sedang mereka lakukan ? Disaat bersamaan Seila malah memikirkan hal lain, apa Ardi sengaja menon-aktifkan nomornya karena Ia sedang melakukan rencana mereka ? Jika benar begitu, makai Seila tidak akan bicara sedi
"Awan, berhenti disini saja!" Perintah Calista tiba-tiba saat mereka akan memasuki halaman hotel mewah bintang 5 yang ditujunya. "Loh, kenapa Bu ? Bukankah seharusnya saya mengantar Bu Calista sampai kedalam?" Tanya Awan heran. "Sudah gak apa-apa. Terimakasih yah, sudah mengantar saya sampai kesini." Setelah berkata begitu, Calista buru-buru melangkah pergi meninggalkan Awan yang hanya menatap terpana punggung Calista yang berjalan semakin jauh. Sepertinya Calista sengaja meminta Awan berhenti sedikit lebih jauh dari pintu masuk hotel untuk menghindari sesuatu atau seseorang? entahlah!. "Dosen yang aneh. Semoga saja Ia tidak terlambat." Gumam Awan pelan sambil mendecak lidah, lalu memilih untuk melajukan motornya masuk ke dalam halaman hotel dan menuju parkiran. "Oi, siapa yang membolehkan kamu parkir disana?" Belum juga Awan menurunkan standar samping motornya, sebuah suara menghardiknya dengan nyaring. "Gak lihat
"Wah, Dosen cantik kita sudah datang. Duduklah disini, kursi ini dikhususkan untuk menyambutmu, Cal." Ujar seorang pemuda berpenampilan perlente. Tampak sekali Ia ingin mengambil kesempatan terlebih dahulu untuk menarik perhatian Calista. Itu karena Calista memang memiliki penampilan yang lebih memukau diantara wanita lainnya dalam ruangan pertemuan VIP tersebut. Acara itu sendiri hanyagatheringbiasa diantara para CEO dan keluarga mereka, semua bernaung dalam kapal yang sama, RA Group. Namun, sepertinya setiap orang tidak ingin melewatkan kesempatan itu begitu saja. Dikarenakan CEO RA Group yang terkenal jarang memperlihatkan diri dan sulit ditemui dikabarkan akan hadir hari ini. Alasan itulah yang membuat para petinggi itu sengaja membawa anggota keluarga mereka untuk menarik simpati sang big bos. Ini adalah kesempatan yang sangat langka, mengingat CEO Group mereka itu sangat misterius, tidak suka dengan keramaian dan lebih bany