Share

BAB 5

Jika Awan masih orang yang sama ketika Ia pertama kali menginjakkan kaki di Ibu Kota, mungkin sekarang Ia benar-benar akan terlihat layaknya orang bodoh yang sedang tersesat. Tapi Awan yang sekarang jelas sudah jauh berbeda. Ia bukan orang gaptek lagi dengan hp jadul yang akrab dengan museum lawas.

Melalui smartphone ditangannya, Ia dengan mudah mengakses seluruh denah gedung tempat perkuliahannya. Sehingga dengan mudah mengetahui dimana kelas yang harus ditujunya saat itu.

Namun keasikan melihat handphone, ada seorang wanita dengan setelan formal namun berkelas serta kecantikan yang elegan, sedang berjalan terburu menuju kelas tempatnya mengajar, dan...

Buugghhh

Tubuh semampai tersebut terlambat bereaksi, begitu langkah kakinya yang sedang terburu tidak melihat ada seseorang yang sedang berdiri didepanya, membuatnya menabrak tubuh Awan dengan cukup keras.

Tubuhnya oleng dan hilang keseimbangan.

Saat Ia berpikir, bahwa Ia benar-benar akan terjatuh. Sebuah tangan dengan cepat menyambut tubuhnya. Memeluk pinggang rampingnya, sehingga menghindarkannya dari jatuh yang memalukan. Tidak berhenti sampai disitu, si penyelamatnya itu ternyata sangat gesit dan dalam sepersekian detik satu tangan lainnya berhasil menangkap buku-bukunya yang tadi ikut terlempar ke udara begitu Ia terjatuh.

Wanita tersebut melongo seakan tidak percaya, melihat betapa cepat respon malaikat penolongnya tersebut.

Entah kenapa jantungnya si wanita berdebar cukup cepat, membuat waktu seakan terasa melambat baginya. Ia tersipu, mukanya memerah semerah tomat saat ini.

"Bukunya mbak."

Awan mengulurkan buku pada wanita yang menabraknya barusan.

"Mbak ?" Kata Awan lagi karena wanita tersebut masih terdiam membeku beberapa saat lamanya

"Eh ?"

"Kyaaa, ngapain kamu memelukku ?" Teriaknya sambil menodorong tubuh Awan menjauh begitu sadar jika saat ini posisinya masih berada dalam pelukan Awan. 

dan 

Plakkkk

Tangannya begitu saja mendaratkan sebuah tamparan ke wajah Awan.

'Wanita yang aneh, dia yang menabrak malah dia menamparku sebagai imbalan karena menolongnya?' Pikir Awan kesal. Tapi karena dia adalah wanita, Awan pun tak ingin memperpanjang urusan yang akan membuat ribet dirinya sendiri. 

Lagian tamparan seperti itu tidak berarti apapun baginya. 

"Bukunya, Mbak." Ujar Awan menyodorkan setumpuk buku kehadapan wanita tersebut.

Tampak wanita tersebut masih merasa malu karena insiden tidak terduga barusan. Sehingga Ia buru-buru mengambil buku tersebut dari tangan Awan dan berlalu begitu saja.

"Terimakasih." Ucap Awan menyindir sambil geleng-geleng kepala karena wanita tersebut pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun padanya dan malah menghadiahinya sebuah tamparan.

Tak ingin ambil pusing, Awan berjalan menuju kelasnya. Kebetulan arahnya sama dengan arah yang dituju oleh wanita yang menabraknya barusan.

***

Beralih beberapa saat ke dalam lokasi kelas yang sedang dituju oleh Awan.

Seila merupakan salah seorang gadis cantik blesteran Jerman yang sedang menikmati popularitas dari bakatnya sebagai vocalis bergenre akustik dengan 2 juta penggemar. 

Melihat Seila yang masuk kedalam kelas dengan wajah dilipat begitu membuat teman sebelahnya yang juga seorang selebgram, Viona bertanya padanya, "Hei, ada apa gerangan Vocalis cantik kita, datang-datang sudah bete gitu ?"

"Gimana gak bete coba! Hari ini harus ketemu orang yang bawa motor rongsokan dan ngalangin mobil gue. Gak kesal gimana coba! Udik banget tau gak, masa bawa motor ke tempat parkiran mobil."

"Hahaha, fans lu kali Seila. Tapi cakep kan ?"

"Cakep sih! Tapi yah, gua mikir-mikir juga kali punya fans dari orang kek gitu. Biasa banget." Ujar Seila mencibir seolah merasa jijik ketika membayangkan pertemuannya dengan pemuda yang barusan dijumpainya itu.

"Heh, siapa tahu dia OB atau Security baru. Yah wajar lah."

"Atau jangan-jangan dia mahasiswa baru ?"

Seila terbelalak senang, "Itu artinya..."

"Aideenn.." Ucap keduanya sambil tertawa terbahak.

Lain halnya dengan gadis yang berparas lembut yang duduk beberapa meja dari Seila dan Viona, Ia hanya geleng-geleng lihat kelakuan teman sekelasnya itu yang memang suka memandang orang yang stratanya lebih rendah dari mereka dengan cara menghina seperti itu.

Padahal mereka belum kenal orang seperti apa yang mereka rendahkan itu. Ia hanya sempat bicara beberapa patah kalimat dengan pemuda tersebut, justru Ia memiliki kesan yang berbeda dengan pendapat Seila. Gadis tersebut justru malah terkesan ketika bicara dengan pemuda yang belum sempat dikenal namanya tersebut.

"Seila, kemarin lu manggung di Emeral Cafe yang di Commercial Street itu kan ?" Tanya Caitlin yang duduk disebelah mejanya Seila. 

Caitlin juga seorang vocalis, namun bedanya Ia membentuk band sendiri dan bukan solois seperti halnya Seila. Sekilas ada kilatan kecemburuan dimata Caitlin, karena gadis blesteran Prancis tersebut belum pernah manggung di tempat sekelas Emeral Cafe. Tempat itu begitu berkelas sama halnya tempat manapun di seluruh area RA Commercial Street.

Semua orang tahu, RA Commercial Street adalah tempat paling bergengsi dimana orang-orang ternama sering kumpul disana, mulai dari arti papan atas, pejabat tinggi, bahkan pebisnis mancanegara sering melakukan pertemuan bisnis mereka disana. 

Disamping nilai kontrak yang fantastis jika bisa tampil disana, juga bisa berkesempatan untuk kenal dengan orang-orang kelas atas dan berpengaruh, yang tentunya bisa untuk mendongkrak karir mereka kedepannya.

"Beneran lu tampil disana Sei ? Waaahh." Seru teman lainnya kagum.

"Kontraknya pasti fantastis jika bisa tampil disana yah ?" Kata yang lainnya dengan tatapan iri melihat betapa beruntungnya Seila bisa tampil di tempat termewah Ibu kota tersebut.

"Yah, biasa saja sih. Tapi, manggung disana memang luar biasa. Tidak bisa dibandingkan dengan tempat manapun, dimana Gue pernah manggung sebelumnya." Kata Seila tersenyum bangga.

"Wah, berarti lu harus traktir kita-kita buat merayakannya, Sei." Salah seorang temannya sangat jeli memanfaatkan situasi untuk keuntungannya.

"Iya, paling tidak kita harus coba salah satu cafe disana." Ucap yang lain semangat.

Tentu saja, untuk sekedar makan disana jelas akan memakan biaya yang cukup banyak. Tapi mengingat penghasilan yang didapatkan Seila jauh lebih banyak, sehingga tidak masalah jika Ia mentraktir beberapa temannya, tidak akan sampai menghabiskan seluruh pendapatannya. 

Seila mengangguk tanda mengiyakan permintaan teman-temannya dan disambut dengan kehebohan suka cita teman-teman sekelas mereka. 

'Bisa makan gratis ditempat se elit RA Commercial Street, kapan lagi coba ?'

"Kalau begitu, sore ini kita kesana yah?" Kata Viona bersemangat.

"Hehehe, kalian atur saja." 

Kehebohan Seila dan gengnya harus terhenti begitu dosen mereka masuk ke dalam kelas. Bukan sembarang dosen, itu adalah Bu Calista.

Usianya masih sangat muda, 25 tahun dan masih singel. Tapi sudah meraih gelar S2 dari Stanford University dan lebih hebatnya lagi, Ia merupakan putri seorang Direktur KR Steel yang sedang naik daun tersebut.

Sebuah reputasi yang membuat dia sangat disegani oleh semua orang di JIU, baik staff maupun mahasiswa tidak ada yang berani macam-macam dengannya, karena semua orang tahu jika KR Steel merupakan bagian dari RA Group, 1 dari 50 perusahaan terbesar di Indonesia bahkan Asia. 

Perusahaan sebesar itu di backup oleh keamanan dari Klan Atmaja, merupakan klan mafia paling berkuasa di Negeri ini. Jadi siapa yang berani macam-macam dengan wanita seperti itu, kecuali ia memiliki nyawa lebih untuk berani nekat menganggu seorang Calista. 

Saat perkuliahan baru akan dimulai terdengar ketokan di pintu. Jelas itu mengagetkan semua mahasiswa yang sedang bersiap belajar dalam kelas. 

Bagaimana tidak ? 

Mereka sangat tahu Bu Calista itu orang seperti apa. Ia adalah wanita yang sangat tegas dan disiplin, Ia tidak pernah mentolerir keterlambatan seperti apapun. 

Bahkan ada mahasiswa yang pernah terlambat dan tetap nekat masuk ke dalam kelas, akibatnya Ia tidak hanya kena marah bahkan sampai ditendang keluar kelas, beruntung kaki dan tangan pemuda tersebut hanya terkilir tidak sampai patah.

Sekarang, Bu Calista sudah masuk lima menit ke dalam kelas dan ada yang mengetuk pintu kelas saat Bu Calista sedang memulai kelasnya. 

Siapa yang punya nyali sebesar itu ?

Semua orang menatap tegang ke arah pintu dan menanti hukuman macam apa yang akan diterima oleh mahasiswa yang terlambat tersebut nantinya.

Begitu Bu Calista membuka pintu, betapa kagetnya Ia melihat siapa yang berada di balik pintu, "Ka..kamu?"

Wajah Calista kembali memerah, Ia masih malu mengingat kejadian beberapa menit yang lalu.

Ia sadar jika itu adalah salahnya karena telah menabrak pemuda ini barusan, tapi karena kepalang menanggung malu Ia malah menamparnya.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
HendroMbah
plaakkk ...
goodnovel comment avatar
Jali Prut
Mantab..... Bro
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status