"Maaf Bu, saya terlambat. Boleh saya masuk ?" Tanya Awan coba seramah mungkin.
"Ka-kamu mahasiswa disini ?" Tanya Calista lebih kaget lagi.
Suatu hal yang tidak terduga, pria yang ditabraknya tadi adalah mahasiswanya sendiri dan pria itu telah memeluk dirinya. Walau itu terjadi karena kecelakaan, membuat Calista salah tingkah dan wajahnya semakin memerah karena malu. Namun cepat-cepat, ia menguasai keadaan kembali dan menganggap kejadian sebelumnya adalah hal yang biasa dan cuma kecelakaan.
Untuk menutupi gugupnya, Ia mempersilahkan Awan untuk masuk ke dalam ruang kelas.
"Eh, iya.. Silahkan." Calista bergeser kesamping untuk memberi jalan.
Awan juga tidak menyangka sama sekali, ternyata wanita yang tadi menabraknya adalah dosennya sendiri.
Giliran Mahasiswa lainnya yang melongo seolah tidak percaya bahwa Bu Calista yang mereka kenal sangat disiplin dan keras dengan aturan selama ini, membiarkan mahasiswa itu masuk begitu saja tanpa memarahinya sama sekali, 'kok bisa?'
"Mahasiswa kelas kita? Apa dia mahasiswa pindahan ?"
"Iya, ini sudah seminggu tahun ajaran baru. Dia baru masuk sekarang ?"
"Benar, Gue bahkan gak pernah lihat wajahnya selama orientasi maba."
Terdengar bisikan dari beberapa Mahasiswa.
Awan sedikit bingung ketika melihat kursi yang sudah penuh dan hanya menyisakan 1 kursi kosong dibagian sudut paling belakang.
"Silahkan duduk." Perintah Calista dari belakangnya.
Mau tidak mau Awan pun melangkah ke arah tempat kosong tersebut.
"Hahaha, akhirnya kita punya tambahan aiden baru."
Awan menatap heran kearah sumber suara, ternyata itu adalah wanita yang sama, yang mengata-ngatainya tadi di parkiran.
'Aiden baru? Apa itu semacam ejekan ?'
Namun belum sempat Awan bertanya apa maksudnya, terdengar seorang cowok lainnya ikut mengamini ucapan Seila.
"Oi, kuliah yang baik ya, Aiden! kalau lu patuh ma kita, tar gue kasih fulus buat beli cemilan."
Ucapannya sukses disambut tawa oleh yang lainnya. Awan menyimpulkan jika arti aiden pasti berkonotasi negatif yang biasa jadi bahan tertawaan mereka.
Jujur Awan mulai merasa risih dengan cara sambutan 'teman-teman' barunya yang terlihat begitu sombong, tapi sebelum Ia sempat membalasnya, Calista sudah bersuara lantang duluan.
"Ardi, siapa yang memberi kamu hak bicara dikelas saya? Kamu juga Seila?"
Ucapan Calista sebenarnya dengan nada biasa, tapi sukses membungkam dua orang tersebut dan juga seisi kelas yang tadinya ikut tertawa kini langsung sunyi.
"Kamu, hmnn Saktiawan. Silahkan duduk. Kita mulai kelas hari ini." Lanjut Calista begitu melihat daftar hadir ditangannya.
Awan sedikit takjub dengan dosen barunya itu. Disamping penampilannya yang anggun, ternyata wanita itu cukup ditakuti oleh Mahasiswanya.
Terbukti, tidak ada satupun yang berani bercanda atau bicara sembarangan ketika kelasnya Bu Calista.
Lebih penting lagi, walau terlihat berasal dari kelas atas tapi Calista tidak memandang rendah Awan atau siapa saja yang disebut oleh teman sekelasnya sebagai 'aiden' tadi.
Tidak seperti Seila, yang langsung men-judge Awan dengan sebutan Aiden hanya karena melihatnya membawa skuter matic, andai mereka tahu siapa Awan yang sebenarnya.
Aiden yang dimaksud oleh Seila dan kawan-kawannya adalah ketiga mahasiswa cowok yang saat ini duduk dekat Awan, Farhan, Yuma dan Yanuar.
Ketiganya berhasil masuk ke JIU melalui jalur prestasi, karena memenangkan olimpiade saints tingkat sekolah menengah.
Karena tidak memiliki waktu yang banyak, jadi Awan hanya sepintas berkenalan biasa saja dengan tiga teman yang duduk di dekatnya itu. Tapi, setidaknya ketiga teman barunya tersebut lebih memiliki hati yang tulus ketimbang mereka yang hanya menilai seseorang dari materil dan status sosial semata.
Dua mata kuliah telah dijalani Awan hari itu, sejauh ini tidak ada masalah yang berarti. Semua materi yang diajarkan dengan mudah dicerna oleh Awan.
Tiba waktunya istirahat, Awan mengajak ketiga teman barunya tersebut untuk makan di kantin. Namun, Awan yang belum terlalu hafal situasi di kampus barunya justru tanpa sengaja membawa ketiga temannya tersebut ke kantin yang terdapat dalam map di hpnya.
Melihat ketiga temannya tersebut hanya mematung dengan raut wajah muram, membuat Awan jadi bertanya, "Loh kenapa ? Perut tidak akan kenyang kalau kalian hanya menatap kantinnya tanpa memesan apapun didalamnya."
"Lu.. lu gak tahu ini kantin apa Awan ? Kita-kita mana sanggup bayar jika makan disini." Kata Yuma dengan wajah pilas.
Dua teman lainnya hanya mengangguk dengan ekspresi yang sama.
Yah, wajar mereka bereaksi seperti itu. Ini adalah kampus JIU, kampus elit yang terkenal karena gengsi dan kemewahannya. Kantin utamanya jelas bertarif yang sama dengan restoran premium diluaran sana. Sehingga wajar ketiga teman baru Awan yang hanya mengandalkan beasiswa untuk kuliah serta uang belanja pas-pas an akan berpikir seribu kali untuk makan disana.
Mereka biasanya hanya mengandalkan jatah makan dari asrama, ataupun kalau ingin merasakan makan diluar maka mereka akan keluar dari area kampus dan mencari rumah makan pinggir jalan yang jauh lebih ramah dengan kantong mereka bertiga.
"Hahaha, tenang saja. Kan Aku yang ngajak kalian makan disini, jadi anggap saja ini traktiran perkenalan kita."
"Bukannya begitu. Disini sangat mahal, nanti uang belanja lu habis bro." Kata Yanuar mengingatkan. Ia khawatir jika Awan mentraktir mereka hanya untuk salam perkenalan, maka ini sangat berlebihan untuk mereka.
Bukankah itu bisa menguras dompet Awan, padahal teman baru mereka itu pasti dengan susah payah mengumpulkan uang.
"Sudah tenang saja. Sekali-kali makan enak bersama teman itu tidak bisa dinilai dengan uang berapapun."
Ketiganya terharu dengan kata-kata Awan barusan, karena itu mereka tidak sampai hati jika Awan sampai harus menghabiskan seluruh gajinya hanya untuk mentraktir mereka. Ditraktir di rumah makan Padang saja untuk sekedar merayakan pertemanan mereka, mungkin sudah membuat ketiganya sangat senang.
Tapi teman baru mereka tersebut terlihat cuek dan santai saja, Awan terlihat begitu percaya diri ketika masuk ke dalam kantin kampus. Sehingga mereka terpaksa mengikuti langkah Awan dari belakang.
Seperti yang mereka duga, disana yang makan rata-rata adalah mahasiswa yang berasal dari anak-anak orang kaya dan juga para artis. Seperti halnya Seila dan teman-temannya yang tampak sudah lebih duluan berada disana.
Begitu Seila dan teman-temannya melihat Awan dan ketiga rekannya masuk kedalam kantin, mereka terlihat sinis, "Semenjak kapan kaum aiden boleh makan disini sih ? Membuat kotor kantin ini saja."
"Hei, apa kalian tidak berkaca dulu sebelum memutuskan makan disini?" Ucap yang lainnya dengan eskpresi sangat merendahkan.
"Kaum Aiden masuk sini, hmnn jangan-jangan kalian menggunakan beasiswa kalian untuk bisa mencicipi makanan disini kan ?"
"Hah, paling-paling mereka ditendang keluar kampus nantinya, karena tidak punya uang lagi untuk membayar uang kuliah. Semua beasiswanya sudah habis digunakan untuk makan di kantin ini."
Awan tampak semakin kesal melihat kesombongan Seila dan kawan-kawannya.
Ia ingin membalas ucapan Seila dan kawan-kawannya, tapi ditahan oleh Yuma, "Sudah Awan, Kita makan diluar saja."
Mereka sadar Awan sudah sangat baik hendak mentraktir mereka untuk makan disana, makanya mereka tidak ingin Awan sampai dihina lebih jauh oleh Seila dan yang lainnya.
"Ya sudah, kita makan. Tidak usah pikirkan orang yang syirik. Anjing mengonggong kafilah berlalu." Awan pun memutuskan untuk mengabaikan Seila dan teman-temannya.
"Maksudnya anjing mengonggong itu kita yah ?" Ternyata ada teman Seila yang cukup lemot dan malah membuat teman-temannya berwajah merah padam dan menatap kearah Awan dengan penuh kebencian.
Tapi mau mengejar Awan dan membuat perhitungan jelas tidak mungkin, mereka akan semakin mempermalukan diri mereka sendiri dengan membuat ribut dengan mahasiswa kasta rendah seperti Awan dan ketiga sahabatnya ditempat umum seperti ini. Sehingga Seila dan kawan-kawannya hanya bisa menyimpan dendam dihati saat ini. 'Awas kalian, ini belum berakhir.' Begitulah kira-kira arti tatapan mereka ketika melihat Awan yang sudah duduk di meja mereka. Awan mengerti jika teman-temannya itu pasti akan sungkan untuk memesan makanan, melihat dari cara mereka yang begitu canggung untuk berada didalam kantin tersebut. Sehingga dari awal Awan sudah mengingatkan untuk tidak ragu memesan apapun yang mereka inginkan. Keraguan Awan terbukti, walau ketiganya tampak tergoda melihat daftar menu yan
Jika ada orang yang paling dibenci oleh seorang Ardi saat ini, maka Ia adalah Awan. Mahasiswa baru yang telah membuatnya sampai kehilangan muka didepan penggemarnya langsung. Bermaksud untuk menjadikan Awan sebagai objek tertawaan di chanelyoutubenya, justru malah berbalik jadi tamparan memalukan baginya. Bagaimana tidak ? Kaum Aiden tersebut seharusnya jadi bahan tertawaan bagi Ardi dan para penggemarnya, urung jadi tertawaan justru Ia sendiri yang jadi bahan cemoohan penonton. Aiden yang identik dengan mahasiswa miskin tersebut beneran mampu membayar makanan mereka yang harganya tidak sedikit. Bahkan seorang pegawai negeripun akan menguras gaji 1 bulan mereka untuk membayar tagihan makan sebanyak
"Pft, hanya 15 detik." Si gadis terlihat kesal. Sekarang Ardi yang terlihat pucat ketakutan. Bagaimana mereka begitu sial bisa bertemu dengan gadis ini ? Kecantikannya benar-benar menipu. "Loh, katanya mau mengoyak tubuhku ? Mau ngasih sama anjing jalanan kalau kalian sudah puas ? Bahkan untuk pemanasanku aja kalian berempat gak punya kemampuan. Dasar lelaki loyo!" Wajah Ardi dan ketiga temannya terlihat pias, mereka bahkan tidak mampu untuk mengangkat wajahnya apalagi untuk menjawab hinaan gadis tersebut. "Woi kalian kenapa kok lama banget sih? Cuma ngancurin motor aja..." Dari belakang terdengar suara teman Ardi yang tadi bertugas berjaga dari luar. Tapi ucapannya langsung ter
Walau sedikit terpaksa dan tidak suka, mereka tetap melakukannya. Itu karena Rachel adalah kakak tingkat mereka dan juga statusnya sebagai anak Menteri. Siapa yang berani menentang perintahnya ? "Tidak aktif, Kak." "Nomor teman-teman Ardi biasa nongkrong juga gak ada yang bisa dihubungi satupun, Kak." Kenapa nomor mereka bisa tidak aktif disaat bersamaan ? Semula tidak ada yang memikirkannya, tapi ketika nomor Ardi dan semua temannya tidak bisa dihubungi. Apa yang sedang mereka lakukan ? Disaat bersamaan Seila malah memikirkan hal lain, apa Ardi sengaja menon-aktifkan nomornya karena Ia sedang melakukan rencana mereka ? Jika benar begitu, makai Seila tidak akan bicara sedi
"Awan, berhenti disini saja!" Perintah Calista tiba-tiba saat mereka akan memasuki halaman hotel mewah bintang 5 yang ditujunya. "Loh, kenapa Bu ? Bukankah seharusnya saya mengantar Bu Calista sampai kedalam?" Tanya Awan heran. "Sudah gak apa-apa. Terimakasih yah, sudah mengantar saya sampai kesini." Setelah berkata begitu, Calista buru-buru melangkah pergi meninggalkan Awan yang hanya menatap terpana punggung Calista yang berjalan semakin jauh. Sepertinya Calista sengaja meminta Awan berhenti sedikit lebih jauh dari pintu masuk hotel untuk menghindari sesuatu atau seseorang? entahlah!. "Dosen yang aneh. Semoga saja Ia tidak terlambat." Gumam Awan pelan sambil mendecak lidah, lalu memilih untuk melajukan motornya masuk ke dalam halaman hotel dan menuju parkiran. "Oi, siapa yang membolehkan kamu parkir disana?" Belum juga Awan menurunkan standar samping motornya, sebuah suara menghardiknya dengan nyaring. "Gak lihat
"Wah, Dosen cantik kita sudah datang. Duduklah disini, kursi ini dikhususkan untuk menyambutmu, Cal." Ujar seorang pemuda berpenampilan perlente. Tampak sekali Ia ingin mengambil kesempatan terlebih dahulu untuk menarik perhatian Calista. Itu karena Calista memang memiliki penampilan yang lebih memukau diantara wanita lainnya dalam ruangan pertemuan VIP tersebut. Acara itu sendiri hanyagatheringbiasa diantara para CEO dan keluarga mereka, semua bernaung dalam kapal yang sama, RA Group. Namun, sepertinya setiap orang tidak ingin melewatkan kesempatan itu begitu saja. Dikarenakan CEO RA Group yang terkenal jarang memperlihatkan diri dan sulit ditemui dikabarkan akan hadir hari ini. Alasan itulah yang membuat para petinggi itu sengaja membawa anggota keluarga mereka untuk menarik simpati sang big bos. Ini adalah kesempatan yang sangat langka, mengingat CEO Group mereka itu sangat misterius, tidak suka dengan keramaian dan lebih bany
Melihat itu, Karmen langsung berbalik. Sadar jika Bosnya datang, Karmen menunduk hormat dan bersemangat melaporkan pemuda yang nekat memarkirkan motormaticnya dideretan kendaraan mewah tamu VIP hotel. Ekspresi Dian Kusuma menjadi tambah dingin, sedingin es. Betapa tidak tahu malunya anggota ini, beraninya memarahi dan membuat malu Presdirnya ditempat umum begitu. Tapi, bukannya berhenti begitu melihat perubahan ekspresi Dian, Karmen justru semakin melaporkan sikap kurang ajar Awan yang bahkan berani memukul salah seorangsecuritymereka, dan... Plak Sebuah tamparan keras mendarat tepat di pipi kiri Karmen, membuat semua orang tercengang. Karmen yang beberapa saat lalu begitu percaya dirinya dan arogan memarahi seorang pemuda karena berpakaian biasa dan membuatnya malu didepan umum. Sekarang ditampar didepan umum oleh bosnya sendiri, bukannya itu lebih memalukan? "B-bu Dian?" Ucap Karm
Ini tentu bukan hanya untuk posisi manajernya itu saja, tapi bisa saja berimbas pada dirinya karena dianggap tidak membina anggotanya dengan baik, sampai peristiwa memalukan hari ini terjadi. Secara tidak langsung menjatuhkan penilaian terhadap kredibilitasnya sendiri. "Apalagi yang kamu tunggu? Cepat berterima kasih pada Pak Saktiawan. Jika bukan karena kemurahan hati beliau, Saya pastikan kamu keluar dengan kondisi cacat hari ini." Hardik Dian Kusuma yang melihat Karmen terdiam. "Te-terimakasih atas kemurahan hati Anda, pak." Karmen mnengucapkan permohonan maaf tersebut dari hatinya. Ia benar-benar menyesal karena telah mencari lawan yang salah kali ini. Bahkan saat pemuda yang tadi dihinanya itu berjalan, CEO KR Steel dan GM RA Investment yang terkenal itu sampai menunduk ketika bersalam kepadanya, yang menandakan betapa tinggi posisi pemuda tersebut. Terbayang kelancangannya yang menghina pemuda itu beberapa puluh menit yang lalu, wajah Karm