Share

BAB 6

"Maaf Bu, saya terlambat. Boleh saya masuk ?" Tanya Awan coba seramah mungkin. 

"Ka-kamu mahasiswa disini ?" Tanya Calista lebih kaget lagi.

Suatu hal yang tidak terduga, pria yang ditabraknya tadi adalah mahasiswanya sendiri dan pria itu telah memeluk dirinya. Walau itu terjadi karena kecelakaan, membuat Calista salah tingkah dan wajahnya semakin memerah karena malu. Namun cepat-cepat, ia menguasai keadaan kembali dan menganggap kejadian sebelumnya adalah hal yang biasa dan cuma kecelakaan.

Untuk menutupi gugupnya, Ia mempersilahkan Awan untuk masuk ke dalam ruang kelas.

"Eh, iya.. Silahkan." Calista bergeser kesamping untuk memberi jalan. 

Awan juga tidak menyangka sama sekali, ternyata wanita yang tadi menabraknya adalah dosennya sendiri. 

Giliran Mahasiswa lainnya yang melongo seolah tidak percaya bahwa Bu Calista yang mereka kenal sangat disiplin dan keras dengan aturan selama ini, membiarkan mahasiswa itu masuk begitu saja tanpa memarahinya sama sekali, 'kok bisa?'

"Mahasiswa kelas kita? Apa dia mahasiswa pindahan ?"

"Iya, ini sudah seminggu tahun ajaran baru. Dia baru masuk sekarang ?"

"Benar, Gue bahkan gak pernah lihat wajahnya selama orientasi maba."

Terdengar bisikan dari beberapa Mahasiswa.

Awan sedikit bingung ketika melihat kursi yang sudah penuh dan hanya menyisakan 1 kursi kosong dibagian sudut paling belakang.

"Silahkan duduk." Perintah Calista dari belakangnya. 

Mau tidak mau Awan pun melangkah ke arah tempat kosong tersebut.

"Hahaha, akhirnya kita punya tambahan aiden baru."

Awan menatap heran kearah sumber suara, ternyata itu adalah wanita yang sama, yang mengata-ngatainya tadi di parkiran. 

'Aiden baru? Apa itu semacam ejekan ?'

Namun belum sempat Awan bertanya apa maksudnya, terdengar seorang cowok lainnya ikut mengamini ucapan Seila.

"Oi, kuliah yang baik ya, Aiden! kalau lu patuh ma kita, tar gue kasih fulus buat beli cemilan."

Ucapannya sukses disambut tawa oleh yang lainnya. Awan menyimpulkan jika arti aiden pasti berkonotasi negatif yang biasa jadi bahan tertawaan mereka.

Jujur Awan mulai merasa risih dengan cara sambutan 'teman-teman' barunya yang terlihat begitu sombong, tapi sebelum Ia sempat membalasnya, Calista sudah bersuara lantang duluan.

"Ardi, siapa yang memberi kamu hak bicara dikelas saya? Kamu juga Seila?"

Ucapan Calista sebenarnya dengan nada biasa, tapi sukses membungkam dua orang tersebut dan juga seisi kelas yang tadinya ikut tertawa kini langsung sunyi.

"Kamu, hmnn Saktiawan. Silahkan duduk. Kita mulai kelas hari ini." Lanjut Calista begitu melihat daftar hadir ditangannya.

Awan sedikit takjub dengan dosen barunya itu. Disamping penampilannya yang anggun, ternyata wanita itu cukup ditakuti oleh Mahasiswanya. 

Terbukti, tidak ada satupun yang berani bercanda atau bicara sembarangan ketika kelasnya Bu Calista. 

Lebih penting lagi, walau terlihat berasal dari kelas atas tapi Calista tidak memandang rendah Awan atau siapa saja yang disebut oleh teman sekelasnya sebagai 'aiden' tadi. 

Tidak seperti Seila, yang langsung men-judge Awan dengan sebutan Aiden hanya karena melihatnya membawa skuter matic, andai mereka tahu siapa Awan yang sebenarnya.

Aiden yang dimaksud oleh Seila dan kawan-kawannya adalah ketiga mahasiswa cowok yang saat ini duduk dekat Awan, Farhan, Yuma dan Yanuar. 

Ketiganya berhasil masuk ke JIU melalui jalur prestasi, karena memenangkan olimpiade saints tingkat sekolah menengah.

Karena tidak memiliki waktu yang banyak, jadi Awan hanya sepintas berkenalan biasa saja dengan tiga teman yang duduk di dekatnya itu. Tapi, setidaknya ketiga teman barunya tersebut lebih memiliki hati yang tulus ketimbang mereka yang hanya menilai seseorang dari materil dan status sosial semata.

Dua mata kuliah telah dijalani Awan hari itu, sejauh ini tidak ada masalah yang berarti. Semua materi yang diajarkan dengan mudah dicerna oleh Awan.

Tiba waktunya istirahat, Awan mengajak ketiga teman barunya tersebut untuk makan di kantin. Namun, Awan yang belum terlalu hafal situasi di kampus barunya justru tanpa sengaja membawa ketiga temannya tersebut ke kantin yang terdapat dalam map di hpnya. 

Melihat ketiga temannya tersebut hanya mematung dengan raut wajah muram, membuat Awan jadi bertanya, "Loh kenapa ? Perut tidak akan kenyang kalau kalian hanya menatap kantinnya tanpa memesan apapun didalamnya." 

"Lu.. lu gak tahu ini kantin apa Awan ? Kita-kita mana sanggup bayar jika makan disini." Kata Yuma dengan wajah pilas. 

Dua teman lainnya hanya mengangguk dengan ekspresi yang sama.

Yah, wajar mereka bereaksi seperti itu. Ini adalah kampus JIU, kampus elit yang terkenal karena gengsi dan kemewahannya. Kantin utamanya jelas bertarif yang sama dengan restoran premium diluaran sana. Sehingga wajar ketiga teman baru Awan yang hanya mengandalkan beasiswa untuk kuliah serta uang belanja pas-pas an akan berpikir seribu kali untuk makan disana.

Mereka biasanya hanya mengandalkan jatah makan dari asrama, ataupun kalau ingin merasakan makan diluar maka mereka akan keluar dari area kampus dan mencari rumah makan pinggir jalan yang jauh lebih ramah dengan kantong mereka bertiga.

"Hahaha, tenang saja. Kan Aku yang ngajak kalian makan disini, jadi anggap saja ini traktiran perkenalan kita." 

"Bukannya begitu. Disini sangat mahal, nanti uang belanja lu habis bro." Kata Yanuar mengingatkan. Ia khawatir jika Awan mentraktir mereka hanya untuk salam perkenalan, maka ini sangat berlebihan untuk mereka. 

Bukankah itu bisa menguras dompet Awan, padahal teman baru mereka itu pasti dengan susah payah mengumpulkan uang.

"Sudah tenang saja. Sekali-kali makan enak bersama teman itu tidak bisa dinilai dengan uang berapapun."

Ketiganya terharu dengan kata-kata Awan barusan, karena itu mereka tidak sampai hati jika Awan sampai harus menghabiskan seluruh gajinya hanya untuk mentraktir mereka. Ditraktir di rumah makan Padang saja untuk sekedar merayakan pertemanan mereka, mungkin sudah membuat ketiganya sangat senang.

Tapi teman baru mereka tersebut terlihat cuek dan santai saja, Awan terlihat begitu percaya diri ketika masuk ke dalam kantin kampus. Sehingga mereka terpaksa mengikuti langkah Awan dari belakang.

Seperti yang mereka duga, disana yang makan rata-rata adalah mahasiswa yang berasal dari anak-anak orang kaya dan juga para artis. Seperti halnya Seila dan teman-temannya yang tampak sudah lebih duluan berada disana.

Begitu Seila dan teman-temannya melihat Awan dan ketiga rekannya masuk kedalam kantin, mereka terlihat sinis, "Semenjak kapan kaum aiden boleh makan disini sih ? Membuat kotor kantin ini saja."

"Hei, apa kalian tidak berkaca dulu sebelum memutuskan makan disini?" Ucap yang lainnya dengan eskpresi sangat merendahkan.

"Kaum Aiden masuk sini, hmnn jangan-jangan kalian menggunakan beasiswa kalian untuk bisa mencicipi makanan disini kan ?"

"Hah, paling-paling mereka ditendang keluar kampus nantinya, karena tidak punya uang lagi untuk membayar uang kuliah. Semua beasiswanya sudah habis digunakan untuk makan di kantin ini."

Awan tampak semakin kesal melihat kesombongan Seila dan kawan-kawannya. 

Ia ingin membalas ucapan Seila dan kawan-kawannya, tapi ditahan oleh Yuma, "Sudah Awan, Kita makan diluar saja."

Mereka sadar Awan sudah sangat baik hendak mentraktir mereka untuk makan disana, makanya mereka tidak ingin Awan sampai dihina lebih jauh oleh Seila dan yang lainnya.

"Ya sudah, kita makan. Tidak usah pikirkan orang yang syirik. Anjing mengonggong kafilah berlalu." Awan pun memutuskan untuk mengabaikan Seila dan teman-temannya.

"Maksudnya anjing mengonggong itu kita yah ?" Ternyata ada teman Seila yang cukup lemot dan malah membuat teman-temannya berwajah merah padam dan menatap kearah Awan dengan penuh kebencian. 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
HendroMbah
menggonggong....
goodnovel comment avatar
Jali Prut
Mantab..... Bro
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status