Share

3

“Ini? Digigit nyamuk kali, Mbak!” Lia menepis tanganku yang hendak meraba lehernya. Bukan main aku geram melihat kelakuan kasar adik ipar yang baru berusia 20 tahun tersebut.

              “Gigit nyamuk?! Kenapa sampai merah begitu?” Aku nyolot. Tak mau kalah begitu saja. Suuzanku telanjur menguasai isi otak.

              Aku mendekat. Mencengkeram bahunya hingga tubuh ramping itu bisa kukuasai. Lia terlihat seperti ketakutan saat kuteliti lehernya.

              Tanda bundar berwarna kemerahan itu sialnya memang bekas gigitan nyamuk. Sebuah bentol kecil masih hinggap di tengah rona merah tersebut. Seketika tungkaiku lemas.

              “Lihat yang betul, Mbak!” bentak Lia sambil melepaskan diri.

              Aku terkejut mendengar teriakannya. Mungkin, wajahku sudah berubah pias saat ini bilia ditengok. Aku mundur dua langkah, sebab merasa malu dengan tuduhan yang sembrono.

              “Mbak Risti apa-apaan, sih? Satu, masuk ke sini tanpa ketuk pintu. Dua, ngatur-ngatur aku segala karena pakai lingerie buat tidur. Tiga, nuduh leherku merah bekas dicupang. Emangnya, aku dicupang siapa, Mbak?!” Suara Lia menggelegar. Membuatku serasa mati kutu sebab diskak olehnya.

              “Jangan playing victim kamu!” Gemetar suaraku. Sebenarnya, aku ingin segera menyudahi pertikaian ini. Sadar betul bahwa aku tak punya bukti buat menuduh Lia. Namun, telanjur. Menyerah hanya membuatku semakin malu saja.

              “Playing victim? Aneh! Orang aku nggak ngapa-ngapain, eh, Mbak Risti malah tiba-tiba kaya orang kesurupan. Apaan sih, Mbak?” Lia berani-beraninya mendorong dadaku dengan telunjuk. Membuatku terperangah akan keberanian bocah tersebut.

              “Aku laporin ke Mas Bayu, biar Mbak dimarahin!” Lia mengancam. Gadis itu lalu naik ke atas ranjang dan mengambil ponselnya di bawah bantal.

              “Lapor! Laporkan saja semaumu. Dasar tukang lapor!” kataku seraya mendongak ke ponsel miliknya.

              Hal yang membuatku sangat terkejut adalah wallpaper ponsel Lia. Terpampang jelas foto Mas Bayu di sana sedang merangkul sang adik. Keduanya tak hanya saling rangkul tapi saling tatap. Mesra! Aku baru melihat pertama kali foto tersebut menjadi pajangan di layar ponsel si Lia.

              “Kamu juga akan kulaporkan ke Mas Bayu karena sudah memberikan jamu yang mengandung obat tidur! Setelah minum jamu itu, aku langsung pusing dan mengantuk!”

              Lia tercekat. Gadis itu berhenti menekan layar ponsel. Dia menatapku tajam dengan wajah sinis.

              “Obat tidur? Mbak, kamu kayanya halu! Ngapain aku ngasih obat tidur segala?”

              “Ya, supaya kamu bisa melakukan apa pun di rumahku!” Aku dikuasai emosi lagi. Kedua tanganku sampai mengepal hebat.

              “Gila kamu, Mbak! Kamu udah nggak waras! Jangan bilang kamu cemburu sama aku?” Lia tertawa. Tawanya melecehkan. Aku sakit hati sekali dengan sikapnya.

              “Kalau iya kamu cemburu, artinya kamu memang gila! Kamu harus ke psikiater deh, Mbak. Rasa panik dan curigamu itu tidak pantas. Aku ini adiknya Mas Bayu! Ngapain juga kamu cemburu!”

              “Jangan tutup-tutupi lagi, Lia! Aku dengar suara desahanmu dari sebelah!” Kutuding lagi wajahnya. Membuat perempuan berdagu lancip dengan hidung bangir tersebut tampak membelalak lebar,

              “Desahan? Wah, gila kamu Mbak! Positif nggak waras. Ngapain aku mendesah segala macam?” Lia menggelengkan kepalanya. Dia lalu menekan layar ponsel dan menempelkan ponselnya ke telinga.

              Muak, aku beranjak dari kamar Lia. Saat baru saja membalik badan, terdengar suara Lia berteriak menelepong sang kakak.

              “Mas, pulang sekarang! Istrimu kesurupan! Dia udah gila. Nuduh aku dan kamu yang bukan-bukan!”

              Bergegas aku keluar. Kubanting pintu dengan keras demi meluapkan amarah. Kedatangan Lia hanya menghancurkan bahtera rumah tanggaku!

              Aku yakin, apa yang kudengar tadi malam bukanlah sekadar halusinasi belaka. Aku berani bersumpah, bahwa aku benar-benar dalam kondisi sadar dan terbangun.

              Awas kamu, Lia! Akan kukumpulkan semua bukti-bukti untuk menyeretmu keluar dari rumah ini.

(Bersambung)  

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Trizul
menguras emosi
goodnovel comment avatar
Nabila Salsabilla Najwa
bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
hahahahhahahah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status