Share

Bab 3

Semua telah pergi, tinggal Mawar yang berada di kediaman. Mendengar suara tukang sayur dia bergegas keluar, karena Maura memerintah belanja bahan makanan. Rasa kesal masih bersemayan di hati, ia tidak terima saat akan diperkenalkan sebagai pembantu saja. 

"Mang, tunggu!" teriak Mawar.

Mawar berlari mengejar tukang sayur yang tak mau berhenti. Lalu yang berjualan itu berteduh saat ada beberapa Ibu-Ibu memanggil.

"Ish, Mamang nih apa-apaan sih! Sudah Mawar panggil malah nyelonong terus," cecar Mawar.

Dia bergabung dengan Ibu-Ibu yang memilih bahan pangan. Mereka langsung bergeser menjauh, saat ada di dekat Mawar membuat wanita itu mengeryit heran.

"Maaf, Neng, disuruh istri Mamang. Jangan deket-deket ama Neng, Neng pelakor soalnya. Harus jauh-jauh kalau enggak, bisa kagak dikasih jatah Mamang," sahut Kang sayur.

"Mamang ini apa-apaan sih, mana mau Mawar ama Mamang. Inget umur, Mang!" ledek Mawar lalu menjulurkan lidah.

"Gak sopan kamu ngomong sama orang yang lebih tua, ternyata sikapmu yang asli seperti ini. Sangat menjijikan!" hina salah satu Ibu-Ibu yang memakai daster bercorak bunga.

"Apaan sih, Bu. Sewot aja, Mawar, kan, cuma bercanda. Iya, kan, Mang," ujar Mawar.

Dia ingin membela dirinya tetapi, tidak didukung kang sayur itu.

"Cantik-cantik kok pelakor, menyedihkan sekali, kasihan ibunya yang berusaha agar anaknya sukses di Jakarta," seru salah satu yang bertetangga dengan Mawar di kontrakan Ce  Idah. 

"Mah, Rania pengen sayur bayem nanti pulang sekolah," pinta Rania yang terbalut seragam SMP mendekati Ce Idah.

"Iya sayang, yang pinter ya belajarnya," balas Ce Idah sambil menyodorkan tangan agar Rania cepat pergi tanpa menyapa Mawar.

"Hai, Kak Mawar," sapa Rania.

Sang anak menyapa Mawar, membuat Ce Idah merasa kecewa. Ia langsung menarik lengan Rania, agar tidak mencium punggung tangan Mawar.

"Nia, jangan deket-deket Kak Mawar! Dia itu jahat, udah nyakitin Tante Maura," tutur Ce Idah membuat Mawar kesal.

"Ceu ini, apa-apaan sih?" Mawar tak terima.

"Emang bener, kan, kamu tuh pelakor. Sampah masyarakat!" hina Ce Idah sambil menunjuk wajah Mawar.

"Ceu ... Anda gak sopan nunjuk-nunjuk seperti itu!" Mawar menepis tangan Ce Idah.

"Kamu memang pantas diperlakukan bak sampah, cepat pergi dari kontrakanku! Barang-barangmu sudah diluar," usir Ce Idah.

Mawar membulatkan mata mendengar itu, ia langsung bergegas berjalan menuju kontrakan.

"Astaga," pekik Mawar terkejut. Barang-barang berantakan, pakaian berserakan di lantai.

"Cepat pergi sana, Pelakor! Jangan di sini, bikin malu aja, apa profesi lo pelacur," ucap seseorang yang melihatnya Mawar.

Beberapa penghuni kontrakan langsung keluar saat mendengar suara makian seseorang yang tau bertuju ke siapa.

Perempuan itu tak berdaya, tidak mungkin bukan! Jika dia melawan mereka. Bisa-bisa bonyok wajahnya kalau berantem, dengan kilat ia memasuki pakaian ke koper lalu berjalan keluar. Tetapi langkahnya terhenti saat banyak penghuni kontrakan melemparkan sampah ke arahnya.

"Pergi jauh sana, Pelakor! Beruntung Mbak Maura baik, tidak mengarak kau yang bugil semalam," hardik salah satu yang lalu melemparkan telur membuat pecah di kepala Mawar dan menyerbak bau amis.

"Iya, dasar gak tau diri! Pelakor begini harus di basmi," sahut yang lain.

Dengan langkah cepat Mawar berlari, menghindar dari perlakukan mereka. Tubuh kotor, semua memperlakukan dia sangat tidak berperikemanusiaan. Apakah kesalahannya terlalu  besar sampai diperlakukan seperti itu, Mawar hanya mengejar cinta pertama saja.

"Apa salahku, padahal aku hanya menjalin hubungan dengan pria yang kucintai, kami juga sama-sama mencintai," ucap Mawar lirih seraya mengusap air mata yang menetes.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status