Share

Kita Tidak Berjodoh
Kita Tidak Berjodoh
Penulis: Shilphyd

Bab. 1. Tulang Punggung

Matahari begitu terik siang itu. Peluh meluncur deras dari pelipis Chandra yang kala itu tengah memasang mesin pada motor. Sesekali dia mengelap keringat yang menetes pada alisnya, menghindarkan perih yang akan timbul jika keringat itu masuk ke matanya. Wajah pria berusia 27 tahun itu coreng moreng oleh oli. Kulitnya semakin menggelap karena tiap hari terpapar sinar matahari. 

"Istirahat saja dulu, Chan!" ajak pemilik bengkel yang merupakan tetangga di samping rumahnya.

"Nanti saja, Pak. Kerjaan saya masih banyak," tolak Chandra. Dia enggan menunda pekerjaannya.

"Ini dah siang loh. Sana gih, istirahat! Makan siang dulu, jangan biarkan asam lambungmu kumat." Pemilik bengkel memaksa Chandra dengan mengambil alat yang tengah dipegang pria tersebut. 

Mau tak mau Chandra terpaksa mematuhi perintah bos bengkel tempatnya bekerja. Kebetulan rumahnya hanya terhalang beberapa rumah. Hingga Chandra bisa pulang sebentar berjalan kaki menuju rumah yang ditinggalinya bersama sang ibu. 

Chandra Wisatya, bukanlah orang yang berpendidikan rendah. Dia bergelar Sarjana Pertanian. Namun, belum adanya kesempatan bekerja sesuai dengan gelarnya, Chandra bekerja apa pun selama itu baik dan halal. Baginya tak masalah dia menjadi mekanik di bengkel milik tetangganya. Hobinya yang sedari dulu mengutak atik mesin membuatnya tak sulit diterima di bengkel tetangga. Walaupun banyak yang menyayangkan pendidikan tinggi Chandra. Namun, Chandra tak pernah ambil pusing dengan omongan orang lain. Yang penting dia menghasilkan uang dengan cara baik. Itu saja sudah cukup baginya. 

Selain bekerja di bengkel,  Chandra pun berjualan online dengan cara menjadi reseller. Bahkan jika sedang libur di bengkel,  Chandra tak segan ikut bekerja sampingan menjadi buruh bangunan di proyek-proyek dekat rumahnya. Memulung botol-botol air mineral sebagai tambahan pendapatan juga dijalaninya tanpa merasa malu. 

Ya, Chandra adalah tulang punggung di keluarganya. Sepeninggal sang ayah di saat Chandra berusia sepuluh tahun, membuat pria yang sebenarnya berparas tampan itu menggantikan posisi ayahnya sebagai pencari nafkah. Ibu Chandra sempat melarang Chandra bekerja saat masih kecil dulu takut mengganggu sekolahnya. Namun, tekad kuat dia untuk membantu ibunya mencari nafkah membuat Chandra bersikeras. 

"Aku janji, Bu! Sekolahku gak akan terlantar. Bahkan nilainya akan sebaik sebelum Bapak gak ada," tegas Chandra kala ibunya melarang. 

Melihat tekad kuat di binar mata sang putra, akhirnya Inayah–ibu Chandra menyerah melarang putranya bekerja. 

"Baiklah, Ibu izinkan. Tapi janjimu harus ditepati dan jangan lupa ibadah serta menjaga kesehatanmu, Nak." Hanya itu yang bisa diucapkan Inayah walau hatinya amat pedih, mengetahui sang putra harus bekerja menjadi tulang punggung. 

Benar saja, nilai akademik Chandra termasuk bagus selama sekolah. Hingga dia masuk ke perguruan tinggi nilainya tak pernah mengecewakan walaupun dia disibukkan dengan bekerja selepas mengikuti pelajaran saat sekolah. 

Chandra termasuk orang yang supel. Dia memiliki banyak teman dari berbagai kalangan. Yang paling dekat dengannya adalah anak-anak teknik mesin di kampusnya dulu. Sebenarnya Chandra saat ujian masuk universitas memilih jurusan teknik mesin dipilihan pertama jurusan sedangkan jurusan pertanian adalah pilihannya yang kedua. Sayangnya Chandra justru masuk dipilihan yang kedua. Walau begitu Chandra tak kecewa, jurusan kedua adalah impian almarhum bapak Chandra. 

Bapak Chandra berharap anaknya bisa menjadi sarjana pertanian supaya mudah masuk ke instansi milik pemerintah di bidang agraria. Entah pemikiran dari mana bapak Chandra jika anaknya jadi sarjana pertanian akan mudah diterima sebagai pegawai negeri sipil. Hanya saja bagi Chandra perkataan bapak agar dirinya jadi sarjana pertanian merupakan salah satu wasiat selain menjaga ibunya. 

Setelah usai makan siang dan menunaikan salat zuhur, Chandra membuka pesan di W******p. Sebuah pesan dari seseorang yang amat istimewa baginya selain sang ibu. Pesan dari Dania, kekasih yang sudah menjadi tunangan Chandra. 

[Bang, udah makan siang?] 

Chandra tersenyum membaca pesan sederhana tetapi sungguh berarti baginya. 

[Sudah,  Dek. Kamu?]  

Jawab Chandra menyertakan emoticon cium dengan gambar hati.

[Baru saja makan sama teman di kantin kampus. Euhm, Bang boleh gak Dania minta sesuatu?] 

[Apa,  sayang? Bilang aja] 

[Beberapa minggu lagi 'kan aku wisuda. Nah aku mo beli kebaya satu set sekalian buat ke salon juga. Abang bisa transfer gak uang satu juta?] 

[Oke!] 

Tanpa banyak basa-basi setelah membalas W* dari tunangannya, Chandra langsung mentransfer uang sejumlah yang diminta Dania.

Chandra selain menjadi tulang punggung ibunya,  dia juga yang membiayai kuliah calon istrinya. Itu merupakan janjinya dulu saat meminang Dania menjadi tunangannya. Chandra akan membiayai kebutuhan Dania selama berkuliah. Hal itu merupakan komitmen Chandra karena dia sangat mencintai Dania. Selain itu, orang tua Dania memang memberi syarat supaya Chandra wajib membiayai Dania karena orang tua Dania berpikir anak gadis mereka akan jadi istri Chandra. Sehingga melemparkan tanggung jawab membiayai Dania pada Chandra. 

Sejujurnya, hal tersebut pernah ditentang oleh Inayah. Ibu Chandra takut jika kedepannya Dania malah tak berjodoh dengan Chandra. Namun,  bukan Chandra namanya jika dia sudah bertekad dengan satu hal maka dia takkan menyerah begitu saja. 

"Chandra yakin Dania akan jadi istri yang baik, Bu. Jangan khawatir. Toh Chandra gak akan melupakan kewajiban Chandra merawat dan menafkahi ibu juga."

Inayah hanya bisa pasrah dengan keputusan Chandra. Yang dilakukannya sebagai ibu adalah mendoakan supaya anaknya itu memang berjodoh dengan gadis yang menjadi tunangannya. Walau sebenarnya Inayah meragukan ketulusan Dania dan kedua orang tuanya. Karena belum juga sah menjadi suami istri tetapi tanggungan beban Chandra justru amat berat. Lima tahun berlalu ternyata Chandra masih memegang teguh janjinya pada Dania dan Dania pun tak menunjukkan hal-hal aneh di depan calon mertuanya. Perlahan Inayah mulai memercayai ucapan Chandra mengenai Dania dan keluarganya. 

Selesai makan siang,  Chandra kembali ke bengkel tempatnya bekerja. Di sana ramai pelanggan yang ingin kendaraan mereka diservis. Chandra tersenyum senang. Siang itu semangatnya kembali membara. 

"Ayo,  semangat mencari biaya untuk pernikahan!" gumam Chandra mengingat wisuda kekasihnya sebentar lagi tiba. 

Chandra mengingat dengan jelas ucapan Dania dan kedua orang tuanya saat meminang dulu. Jika Dania sudah wisuda, maka mereka akan melangsungkan pernikahan. Chandra sungguh bahagia mengetahui detik-detik menuju pelaminan bersama Dania sudah di depan mata. Dia sudah mengumpulkan uang yang lumayan besar untuk melangsungkan pesta pernikahan mewah yang diinginkan Dania dan keluarganya. Bagi Chandra semua pengorbanan yang dilakukan Dania akan terbayarkan dengan menjadikan Dania ratu dalam rumahnya. Chandra akan melakukan apa pun untuk gadis berparas cantik berbadan mungil tersebut. 

"Sudah tak sabar aku menjadikanmu ibu dari anak-anakku,  Dania. Akan kupenuhi hidupmu dengan kebahagiaan setelah wisuda nanti. "Chandra kembali bergumam sembari tersenyum. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
ceritanya menarik padahal baru awal2.. pengen aku share ke sosmed trs tag akun author tp akunnya ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status