Share

Bab. 5. Mengalah

"Maafin aku, Bang. Maaf kalau aku abai selama beberapa hari ke belakang. Bahkan gak memberitahukan kalau aku nerima tawaran kerja dari teman di kampusku." Dania terisak,  menangisi kebodohannya. 

Chandra memalingkan wajah ke arah tebing. Dalam hati sebenarnya dia tak tega memarahi Dania. Rasa sayangnya terhadap gadis yang menjadi tunangannya selama lima tahun, lebih besar dibandingkan amarahnya saat itu. 

Dania berjongkok sembari menutupi wajah dengan kedua telapak tangan. Isakannya perlahan berubah menjadi raungan. Sangat kekanakan memang sikapnya itu. 

"Aku tahu seharusnya sesudah wisuda nanti, aku dan Bang Chandra akan mempersiapkan pernikahan. Tapi, aku … saat melihat teman-teman kampus mendapat tawaran pekerjaan, mendapat beasiswa, jujur aja aku iri sama mereka. Sementara aku harus bersiap menghadapi rumah tangga bersama Abang."

Chandra memutar mata mendengar penjelasan dari Dania yang disertai isak tangis. 

"Bukan itu masalahnya, Dania!" sergah Chandra, nampaknya Dania tak mengerti maksud Chandra sebenarnya. 

Dania tergugu. Dia tak sanggup berkata-kata lagi mendengar ucapan Chandra yang dianggapnya menyakitkan. Chandra menyentuh pundak Dania yang tengah berjongkok. Dia memaksa Dania untuk berdiri. 

"Tatap mataku, Dania! Dengar baik-baik! Aku tak pernah melarangmu untuk tak bekerja setelah menikah nanti. Aku hanya meminta kepastian kita bakal menikah setelah kamu wisuda. Justru yang aku herankan, kenapa kamu gak hubungi aku dulu kalau mendapat tawaran pekerjaan. Sebentar lagi aku bakalan jadi suamimu, seharusnya kamu belajar menanamkan kepercayaan padaku. Bukannya malah sengaja menghindari semua panggilanku." Chandra mulai melunakkan tatapannya. "Lalu apa penyebab kamu gak mau bilang padaku perkara tawaran pekerjaan? Apa kamu merasa aku menghalangi keinginanmu?"

Dania yang sedari tadi menunduk seketika mendongakan kepalanya. 

"Bukan begitu, Bang. Hanya saja … tadi sudah kubilang aku takut Abang gak setuju aku kerja. Apalagi wisudaku tinggal menghitung hari saja dan setelahnya kita akan membahas tanggal pernikahan. Nah di situ aku merasa keberatan," ucap Dania mengusap air mata yang membasahi pipinya. 

"Keberatan gimana? Aku kan gak larang kamu buat kerja. Lagian apa susahnya kamu bilang dulu sama aku. Bukan kek gini caranya. Ini mah kamu meragukan kepercayaan hatiku," protes Chandra. 

"Abang, ih bukan gitu!" rengek Dania."Kalau aku gak percaya ama Abang udah dari dulu aku nolak jadi tunangannya Abang. Coba Abang hargai keputusanku."

Chandra mencebik,"Gimana mau ngehargain,  ngomong aja kagak. Ya udah, mungkin kamu merasa udah sangat dewasa, sudah mampu memutuskan apa pun sendiri tanpa melibatkan aku. Sekarang maumu gimana? Lanjut nikah atau bubar?" 

Dania terbelalak mendengar kata bubar. Air matanya kembali menggenang. Chandra memang tegas dan keras kepala jika sudah memutuskan sesuatu. Hati Dania masih sangat mencintai pria tinggi di hadapannya. Dia tak mau kehilangan Chandra, tetapi dia pun tak ingin kehilangan kesempatannya bekerja. 

"Lalu buat apa aku merajuk pada Mama dan Papa ketika kamu berniat melamarku dulu? Lima tahun bersama terus kamu mau lepas aku gitu aja. Gak, aku gak mau, Bang!" pekik Dania mendadak histeris. Dia kembali meraung kali ini tangisannya makin kencang. 

Kali ini Chandra nampak panik mendengar pekikan histeris Dania. Awalnya dia kesal dengan sikap Dania yang seolah tak acuh padanya. Namun, melihatnya menangis seperti itu malah membuat Chandra cemas. 

"Eh, Dek. Udah jangan nangis seperti itu. Udah sekarang Abang minta maaf ya. Karena telah bikin Adek kecewa," bujuk Chandra yang tak tega melihat Dania kecewa akibat ucapannya. 

Namun,  tangisan Dania malah semakin kencang. Dia masih kesal dengan ucapan Chandra yang tanpa mendengar alasannya malah mengancam membubarkan hubungannya. 

"Dek, maafin Abang," bisik Chandra sembari mendekap tubuh mungil kekasihnya."Mana tega Abang membubarkan hubungan kita. Menunggu lima tahun untuk bisa bersatu itu gak sebentar. Abang hanya kesal karena Adek gak memberi kabar. Itu saja."

Dania sesenggukan didekapan Chandra. Dia masih enggan untuk memaafkan perbuatan Chandra yang telah melukai perasaannya. Gadis berambut legam itu hanya terdiam. 

Chandra membelai mesra rambut gadis dalam dekapannya. Mendengar Dania histeris membuat perasaannya tercabik-cabik. Amarahnya mendadak lesap begitu saja. 

"Sekali lagi maafin Abang. Baiklah kali ini Abang paham keinginan Adek untuk merasakan gimana sulitnya dunia kerja. Jika memang itu yang Adek mau. Tapi, Abang harap setelah wisuda nanti, kamu dan keluargamu mempersiapkan tanggal pernikahan kita. Sesudah menikah kamu bebas kerja, bahkan boleh menunda untuk punya anak, asal kita sudah resmi terikat sebagai pasangan halal," bisik Chandra lembut,"Adek paham 'kan?"

Mendengar ucapan Chandra, perasaan Dania mendadak lega. Dia mendorong pelan dada Chandra dan mendongak untuk menatap wajah calon suaminya. 

"Iya,  Bang. Makasih," ucap Dania tersenyum manis. 

Chandra memalingkan muka. Dia menahan hasrat ketika tatapannya berserobok dengan Dania. Jantung Chandra berdegup kencang. Kepalanya mendadak pening dan rasa panas bergejolak di perutnya. 

"Sama-sama," sahut Chandra. 

Kelar membereskan masalah, Chandra mengajak Dania pulang karena langit beranjak gelap. Tanpa Dania sadari, sebenarnya Chandra menekan egonya. Dia sengaja mengalah akan keinginan Dania. Bagi Chandra tak mengapa Dania bekerja asal gadis tersebut tak melanggar janji untuk menikah. Walaupun diakui Chandra hatinya meragukan ketulusan Dania kedepannya. Godaan di tempat bekerja akan sangat berat bagi gadis yang belum berpengalaman. Akan tetapi, Chandra pun tak ingin mengekang Dania terlalu erat dengan berbagai aturan. Karena saat sekarang Chandra belum benar-benar menjadi pemilik Dania. 

Meski Chandra mengalah dan memberi ruang untuk Dania mengembangkan diri terjun ke dunia karir. Tetap saja ada ganjalan yang melesak-lesak perasaan Chandra, yaitu aturan perusahaan. Karena Chandra tahu ada beberapa perusahaan yang menetapkan karyawannya tidak terikat pernikahan dalam jangka waktu tertentu sebagai bagian dari kontrak. 

Sepanjang perjalanan Chandra terus memikirkan hal tersebut. Tadinya dia ingin membahasnya juga dengan Dania. Namun, menyaksikan reaksi histeris Dania, terpaksa Chandra menahan diri. Dia akan memberi jeda terlebih dulu, lalu membahasnya ketika Dania sudah lebih tenang. Jika saat sekarang dia bicarakan, dapat dipastikan semuanya menjadi kacau seketika. Entah itu hubungannya dengan Dania atau Dania nekat keluar dari pekerjaannya dan menolak menikah. Chandra merasakan kerumitan hubungannya kali ini. 

Dania diturunkan tepat di depan rumahnya. Chandra menolak untuk mampir, perasaannya tak menentu. Kali itu Chandra hanya ingin segera pulang lalu merebahkan diri di ranjangnya. Chandra ingin tidur agar bisa melupakan sedikit kegalauan yang dirasakannya. 

Sementara Dania terus tersenyum setelah sepeninggal Chandra. Drama yang dilakukannya berhasil meluluhkan sikap Chandra. Dia sebenarnya sudah mengetahui kedatangan Chandra ke kantornya dari pesan teks W* yang dikirim Una. Ternyata Dania telah merencanakan untuk membuat Chandra merasa tak berdaya dengan keinginannya. Dunia kerja membuat Dania terlena. Bahkan nampaknya pertunangan dengan Chandra hanya membuatnya merasa tidak bebas. Apalagi nanti jika dia harus menikah. Semakin sulit baginya untuk bisa mengaktualisasi diri sebagai karyawan baru di kantornya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status