Share

Bab. 7. Mengundurkan Diri

Chandra mengajak Dania makan malam di sebuah kafe di daerah Dago Atas. Chandra sudah melakukan reservasi meja dengan dekorasi yang romantis untuk pasangan di kafe tersebut. Meja yang dihiasi bunga mawar merah berbentuk hati di tengah meja dilengkapi lilin hias, menambah suasana semakin hangat untuk pasangan yang tengah dimabuk asmara. 

Malam itu pun Chandra hendak menagih janji Dania untuk bersedia menikah setelah wisuda. Chandra tak ingin lagi menunda-nunda. Meresmikan hubungan ke jenjang pernikahan adalah yang paling tepat. Chandra tak mau berlama-lama dengan hubungan semu. Baginya berat jika harus terus berdekatan dengan Dania tanpa ikatan. Sebagai pria normal yang terkadang hasratnya sedikit liar takut membuat Chandra khilaf. 

Dania dan Chandra duduk berhadapan hanya terhalang meja makan. Sebelum mengajak Dania bicara, Chandra memesan makanan terlebih dulu. Dia melakukannya untuk mempersiapkan kata yang akan diungkapkan pada Dania. 

Selama menikmati makanan yang disajikan berupa steak wagyu, Chandra selalu menatap wajah cantik bak bidadari di hadapannya. Sesekali Chandra menyunggingkan senyum pada Dania, kala Dania menyadari dirinya ditatap sang pujaan hati. Pipi Dania bersemu merah, buru-buru dia menundukkan pandangan sembari menyuapkan sekerat daging menggunakan garpu ke dalam mulutnya. 

Walau begitu, hati Dania menggelora penuh kegamangan. Entah bagaimana dia akan menjawab jika Chandra menagih janjinya. Padahal dia sudah sesumbar pada ibunya jika urusan Chandra bisa mudah ditangani olehnya. Nyatanya saat itu Dania benar-benar galau. Dania terus mencari celah dalam pikirannya untuk bisa mendapatkan solusi menghindari pernikahan di tahun ini. Sungguh dunia kerja telah membuka wawasannya bahkan pikirannya yang sering terlihat kekanakan. Sehingga terpikir olehnya bahwa belum waktunya dia menikah. Bahkan dia menyadari jika selama ini dia melakukan apa pun selalu terburu-buru, termasuk pertunangannya dengan Chandra. 

Hening mengiringi makan malam kedua pasangan tersebut. Chandra sudah siap untuk mengungkapkan keinginannya menikah dengan Dania. Sementara Dania, pada akhirnya dia mendapatkan sebuah  jawaban untuk mengulur waktu pernikahan dengan sebuah aturan yang dibuat oleh perusahaan tempatnya bekerja. Ide Dania didapat kala dirinya mengingat salah satu rekan kantornya yang gagal menikah karena dalam salah satu poin kontrak kerja tertulis dilarang menikah selama dua tahun bekerja di perusahaan milik Arya. Dan aturan tersebut tak boleh dilanggar atau karyawan akan mendapatkan penalti jika nekad melanggar perjanjian dalam kontrak kerja tersebut. Jumlah yang diatur untuk membayar penalti pelanggaran kontrak kerja sungguh tak main-main, Jumlah yang tertulis di dalamnya bisa untuk membeli sebuah mobil minivan terbaru. 

"Gimana kerjaanmu?" tanya Chandra membuka pembicaraan setelah selesai menyantap makanan penutup malam itu. 

Dania yang menyadari Chandra akan segera mempertanyakan perihal persiapan pernikahan, berusaha bersikap setenang mungkin.

"Cukup menyenangkan, Bang. Banyak hal baru yang kutemui di dunia kerja."

"Bagus kalau begitu," sanjung Chandra. 

Suasana hening sejenak. 

"Dek, sekarang gimana keputusannya? Kapan kira akan menikah? Sudahkah orang tuamu menentukan harinya?" tanya Chandra langsung ke pembicaraan utama. 

Dania termenung sembari menatap wajah Chandra. Gadis itu berdeham, menutup mulutnya dengan kepalan tangan dan memalingkan wajah ke samping kanan. Dia berusaha menghindari pertanyaan Chandra. 

Sikap tersebut membuat Chandra bertanya-tanya. 

"Kenapa? Apa ada sesuatu yang ingin kamu ungkap?"

"Anu, Bang. Perihal kapan tanggal pernikahan itu, Adek bingung harus jawab apa?" ucap Dania terlihat bingung. 

"Alasannya?"

Dania menangkup kedua telapak tangannya di meja. Kemudian kedua telapak yang bertaut itu diremas-remasnya untuk menghilangkan rasa gugup. 

"Aku baru tahu kalau dalam kontrak kerjaku, karyawan dilarang nikah selama dua tahun kerja, Bang. Jika dilanggar penaltinya besar banget. Aku juga gak bisa keluar kerja seenaknya, karena masih masa percobaan selama tiga bulan. Jadi aku harus gimana,  Bang? Padahal aku sama papa, mama udah janji," lirih Dania memasang wajah sesedih mungkin. 

Chandra terbelalak mendengar ucapan Dania. Apa yang dikhawatirkannya saat melabrak tunangannya tempo hari benar-benar terjadi. Kali ini Chandra tak mampu berkata apa pun. Baginya semua mendadak gelap. Harus menunggu dua tahun lagi, bagi Chandra itu sudah berlebihan. 

"Gimana, Bang?" Dania menangkap kegelisahan di wajah Chandra. Bahkan raut wajah itu berubah marah. 

"Udah gak tau lagi aku harus ngomong apa? Semuanya serba kacau!" ketus Chandra emosi. 

Dania menelan ludah, tenggorokannya mendadak terasa kering. 

"Kamu sendiri maunya gimana, Dek?" Chandra balik bertanya. 

"A-aku gak tau mesti gimana?"

Chandra menyugar rambutnya kasar. Gelisah hatinya makin menjadi-jadi. Perasaan kesal, marah, sedih, dan sayang bercampur aduk menjadi satu. Sejujurnya andai Chandra mampu memaki Dania, dia akan mengeluarkan umpatan sekasar mungkin. Namun, kembali rasa sayang yang terlalu besar pada gadis di hadapannya yang menahan mulutnya. 

"Ini sudah sesuai prasangkaku dulu ketika kamu memutuskan bekerja tanpa memberitahu aku dulu. Sekarang semua serba hancur. Rencana pernikahan harus kembali diundur. Kamu tega banget ya, Dek," tuduh Chandra menyudutkan Dania."Kalau udah gini, mending kita bubar saja. Aku capek di PHP terus sama kamu dan keluargamu!"

Jantung Dania merenyut. Biar pun dia ingin mempertahankan pekerjaan tetapi rasa cinta pada Chandra sangat besar. Tak ada pria lain yang sanggup menggantikan pria sebaik Chandra. Pengorbanan Chandra itu tidak main-main selama lima tahun semua biaya kuliah Dania ditanggung oleh Chandra bahkan untuk belanja kebutuhan pribadi, Chandra pula yang menanggung. Dania belum sanggup berpisah dengan Chandra. 

"Jangan tinggalin aku, Bang! Jangan bubarin hubungan kita. Aku masih cinta ama Abang. Tapi kondisinya sekarang aku terikat kontrak gak bisa sembarangan melanggar gitu aja," rengek Dania. 

"Terus aku harus gimana? Nungguin kamu lagi? Kelamaan! Sekarang kamu pikirkan solusinya atau kita akhiri hubungan kita sekarang!" ancam Chandra kesal. 

Air mata luruh di pipi Dania. Malam itu bisa mrnjadi akhir hubungannya dengan Chandra jika dia tak mendapatkan solusi. 

"Ya udah. Habis percobaan tiga bulan nanti aku keluar dari kerjaan. Setelah itu kita nikah!" celetuk Dania spontan karena rasa takut berpisah dengan Chandra."Aku mohon!"

Chandra menutup mata sembari mengatur napas untuk meredakan emosinya. Dania menatap dengan harap-harap cemas menunggu jawaban Chandra. 

"Baiklah kupegang omonganmu kali ini, tapi jika kamu ingkar lagi, maka hubungan kita selesai."

Dania mengusap air matanya. Dia beringsut dari tempat duduknya, lalu bergegas memeluk Chandra. 

"Makasih ya, Bang. Dan maafin atas kesalahanku yang tak melibatkanmu saat memutuskan bekerja. Aku janji gakan mengulanginya. Selesai percobaan aku akan mengundurkan diri dan kita nikah, ya."

Chandra merangkul tubuh mungil kekasihnya. Dia membelai rambut Dania dengan lembut. Namun, entah mengapa perasaannya kembali gelisah? Keraguannya malah semakin besar pada Dania. Hal itu membuatnya kembali bertanya-tanya, apakah nanti Dania akan menepati ucapannya atau …. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status