Share

Bab. 9. Ternyata Tak Mudah

Gadis bertubuh mungil yang mengenakan kemeja biru muda dipadu rok mini hitam dengan dandanan seadanya, mendatangi kantor PT. Indo Damardjaya. Sesuai perintah pemilik perusahaan yang memintanya datang lalu menemui HRD kantor tersebut. Dania sangat gugup kala itu karena pertama kalinya dia akan bekerja di perusahaan bukan sebagai karyawan magang. 

"Dania Ratna Ayu?" tanya seorang pria berkacamata menyebut nama Dania saat dia menginjakkan kakinya di ruang HRD. 

"I-iya, Pak. Saya Dania," ucap Dania gugup. 

"Terima kasih atas kehadirannya. Silakan duduk!" 

Dania duduk di depan meja kerja pria berkacamata tersebut. Pria itu terlihat menatap layar laptop, lalu beberapa detik kemudian terdengar suara printer yang tengah mencetak file. Dania diam menyaksikan pria tersebut menunggui kertas yang keluar dari printer di sampingnya. Empat lembar kertas diambil pria tersebut. Kemudian menyodorkannya di hadapan Dania. 

"Maaf, saya harus mendadak mencetak file kontrak kerja. Tadi pagi juga pimpinan secara mendadak memberitahukan informasi serta data mengenai karyawan baru yang akan bekerja di bagian akunting. Jadi semuanya serba mendadak," ucap pria tersebut terdengar seperti keluhan. 

"Gak apa-apa, Pak. Justru saya yang harus meminta maaf karena telah membuat anda kerepotan," ujar Dania. 

"Silakan dibaca dulu isi kontrak kerjanya! Jika sudah selesai dan anda menyetujui isi kontrak kerja, silakan tanda tangan di sini!" Pria staf HRD menunjuk tempat di mana Dania harus menanda tangan."Anda juga boleh bertanya apa pun tentang isi kontrak kerja, supaya jelas aturannya."

Dania hanya sekilas membaca kontrak kerja. Point utama yang dibacanya adalah gaji dan jam kerja. Kemudian baru hal lain itu pun tak semua dibacanya. Dania langsung menandatangani kontrak kerja setelah ditempeli materai terlebih dulu. 

"Anda yakin langsung menandatangani tanpa ada yang ditanyakan terlebih dulu?" tanya pria tersebut membetulkan letak kacamatanya sambil memerhatikan Dania yang menanda tangani kontrak kerja di hadapannya. 

"Tidak perlu, Pak. Saya sudah mengerti isi kontrak kerja ini." Dania menjawab sambil tersenyum. 

"Baiklah, terima kasih. Kapan anda akan bekerja?"

"Hari ini juga bisa, Pak jika diperbolehkan," jawab Dania. 

Pria di hadapan Dania tersenyum senang. Dia menjulurkan telapak tangan kanannya hendak menyalami Dania. Dania menyambut uluran tangan pria tersebut. 

"Selamat bergabung di perusahaan kami!" ucap pria tersebut. 

Hari itu juga Dania diperkenalkan dengan rekan kerja satu divisi. Mereka menyambut antusias karyawan baru dengan saling menyalami Dania. 

"Ini meja kerja anda. Jika ada hal yang ingin ditanyakan mengenai prosedur pekerjaan, rekan-rekan di sini akan siap membantu." Setelah selesai memperkenalkan Dania, kepala HRD tersebut meninggalkan Dania untuk mulai bekerja di mejanya. 

Dania berdebar-debar menjalankan pekerjaan pertamanya. Walau begitu dia tak mengalami banyak kesulitan mengerjakan tugas yang dibebankan padanya. Rekan-rekan kerja di divisinya tak segan membantu jika dia mengalami sedikit kesulitan. 

Hingga tak terasa waktu sudah berjalan seminggu. Dania begitu menikmati dunia barunya sebagai salah satu karyawan di perusahaan garmen. Dania seakan terlena dengan aktivitas barunya, hingga akhirnya dia tersadar dengan masuknya pesan W* dari Chandra yang merasa kehilangan karena Dania tak memberikan kabar. Untung bagi Dania sebelumnya mengatur centang di pesan W* selalu abu hingga pesan Chandra dianggap belum terbaca olehnya. Bahkan beberapa kali tunangannya itu memanggil melalui panggilan biasa atau voice note. Hanya saja karena Dania sedang enggan terganggu selama bekerja, maka selama itu dia tidak pernah menerima panggilan Chandra.

Seminggu pula Arya baru bisa bernapas lega setelah sibuk dengan berbagai rapat. Teringat akan gadis yang pernah dia terima bekerja secara langsung dan Arya penasaran bagaimana sosok bernama Dania tersebut. Sengaja Arya mendatangi ruang divisi akunting, hanya untuk melihat rupa Dania sebenarnya. 

Sesosok gadis berambut sebahu, wajahnya cantik alami bahkan nampak tak bermake up sedang duduk menghadap meja kerja di hadapannya komputer menyala. Jemarinya lincah bergerak menginput data. Bola mata bulat bening bergerak-gerak membaca data di layar. 

 "Hmm, standarnya lumayan. Temannya memang tepat merekomendasikan gadis secantik itu untuk bekerja di tempatku," gumam Arya memerhatikan Dania dari pintu masuk ruang divisi akunting. 

"Aku harus dapatkan perhatian dia." Arya menyeringai licik sembari melenggang meninggalkan ruangan tempat Dania bekerja. 

Ada pemandangan tak biasa saat sore hari di mana karyawan-karyawan PT. Indo Darmadjaya telah bubar. Saat itu Arya baru keluar dari lift. Tanpa sengaja dia melihat Dania. Gadis itu seolah dikejutkan oleh sesuatu di depan halaman kantornya. Tergesa-gesa Dania berjalan mendekati seseorang yang tengah menunggu di atas sebuah motor matik berwarna hitam. Arya yang tadinya hendak menyapa Dania hanya bisa menyaksikan pemandangan gadis tersebut yang berbicara dengan pria berkulit gelap. 

Arya menyelidik sosok pria yang nampaknya tengah dibalut emosi. Terlihat dari raut wajah pria yang hampir seumuran dengannya yang nampak marah. 

"Pria itu …, jangan-jangan dia yang dimaksud temanku itu? Tunangannya Dania?" gumam Arya berbicara sendiri sembari memerhatikan kedua insan yang tengah berbicara. 

Arya memerhatikan keduanya hingga gadis yang tengah diincarnya itu menaiki motor sang pria. Terlihat sekali Dania amat terpaksa menaiki motor tersebut. Arya menerka keduanya sedang dilanda masalah. Dia memerhatikan hingg motor yang dinaiki kedua pasangan tersebut telah menghilang dari pandangannya. 

Sang pemilik perusahaan Indo Darmadjaya itu mengembus napas kasar. Ternyata tak mudah mendekati gadis itu saat sekarang. Arya harus membuat rencana supaya taruhan yang dilakukan bersama temannya itu berhasil. Lumayan 'kan jika mampu memenangkan taruhan, saham perusahaan milik temannya tak perlu susah payah didapat dengan melobi pemilik. Cukup memenangkan taruhan, begitu pikir Arya. 

Sehari setelah kejadian Dania dijemput oleh Chandra. Gadis itu terlihat semringah saat berpapasan dengan Arya. 

"Selamat pagi, Dania," sapa Arya sengaja untuk menarik perhatian Dania. 

Mata Dania nampak berbinar saat disapa Arya. Saat itu Dania belum mengetahui siapa orang yang menyapanya tersebut. 

"Ah, selamat pagi." Dania menjawab ramah diiringi senyum manis di pagi itu.

"Eh, tunggu anda kok bisa tahu nama saya?" tanya Dania polos. 

Arya menjawab dengan isyarat menunjuk name tag yang tersemat di blazer milik Dania. Dania nampak kikuk, pipinya menyemburat merah. 

"Lagipula aku gakan lupa orang yang kuterima atas rekomendasi teman perempuannya supaya bisa bekerja di perusahaan milikku," sahut Arya. 

Mendengar ucapan Arya, Dania tersentak. 

"A-anda, Pak Arya Putra Damardjaya?" Dania tergagap. Sigap Dania membungkuk meminta maaf atas ketidasopanannya terhadap Arya,"Maafkan atas ketidaktahuan saya pada Anda, Pak Arya."

Arya terkekeh menyaksikan tingkah Dania yang terkejut mengetahui siapa dirinya."Sudahlah, tak apa-apa. Lagian aku kemarin-kemarin gak bisa langsung menyapa kamu karena kesibukan. By the way siapa kemarin yang menjemput kamu dengan wajah terlihat marah? Pacarmu kah? Ah maaf, maaf seharusnya aku gak tanya masalah pribadi."

Dania tersenyum sekilas. 

"Sebelumnya terima kasih sudah memberikan saya kesempatan untuk menjadi karyawan di sini. Masalah yang menjemput kemarin …  dia itu tunangan saya, Pak. Dia marah karena saya gak izin melamar kerja padahal sebentar lagi kami akan menikah," ucap Dania begitu jujur. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status