Share

Bab. 10. Hati yang Mendua

Hati Chandra kembali galau. Pasalnya setelah tiga bulan berlalu masih tak ada kepastian dari Dania. Puluhan pesan sudah dikirimnya, bahkan panggilan pun berulang kali dilakukan walau hasilnya selalu tak pernah dijawab bahkan sering ditolak oleh Dania. 

Awalnya Chandra berpikir mungkin saat itu tunangannya tengah sibuk dengan pekerjaannya. Terutama ketika di akhir bulan di mana pembukuan perusahaan sedang masa puncaknya. Namun, semakin kemari justru perhatian Dania semakin dingin. Dulu pesan akan dijawab dengan kalimat panjang penuh cerita keseharian selama gadis itu bekerja, tetapi berjalannya waktu hingga hampir habis masa percobaan, Dania malah semakin jarang memberi kabar pada Chandra. 

Pernah Chandra mendatangi rumah Dania. Dania menolak menemuinya dengan alasan kelelahan karena selalu kerja lembur. Chandra berusaha mengerti jika memang Dania butuh istirahat. Akan tetapi, di saat libur pun Dania tetap menolak menemui Chandra dengan alasan liburannya tak ingin terganggu. 

"Lalu bagaimana dengan perjanjian Mama dan Papa setelah wisuda kemarin? Saya sudah berusaha berlapang dada dan mengalah demi keinginan putri kalian supaya tidak merasa terkekang." Chandra meminta penjelasan pada Una dan Somantri saat Dania menolak menemui Chandra dan mengurung diri di kamarnya. 

Una dan Somantri hanya saling melempar pandangan. Mereka sebenarnya tak ingin direpotkan dengan urusan perjanjian yang telah mereka ucapkan pada Chandra dulu. 

"Mau bagaimana lagi? Dania masih belum memutuskan kapan dia akan segera menentukan tanggal pernikahan. Lagian masa percobaannya juga belum usai. Kamu bersabarlah sebentar, Chandra," jelas Somantri berusaha menenangkan Chandra yang nampak emosi. 

Chandra hanya bisa menghela napas. Dia sudah kehabisan kesabaran dan kata-kata untuk bisa meyakinkan kedua orang tua Dania supaya menepati janjinya. 

"Kalau begitu minggu depan akan saya berikan tanggal pasti pernikahan kami! Saya tidak mau ada alasan lain setelah nanti saya datang bersama ibu untuk bisa menikhi Dania," pungkas Chandra. 

Pria berbadan tegap itu pergi menelan pahitnya kekecewaan. Sementara Dania mengintip dari sela gorden di balik jendela. Dania mendengkus kasar, dia sangat tidak suka dengan sikap Chandra kali itu. Sikap yang dianggapnya begitu memaksa. 

"Nyerah aja, 'napa,"gerutu Dania berbicara sendiri. 

Bukan tanpa alasan Dania menghindari Chandra dan seolah hendak mengingkari janjinya. Alasan di balik semua sikap Dania yang berubah karen hatinya telah mendua. Kehadiran Arya pimpinan perusahaan yang begitu memesona dan perhatian membuat Dania perlahan berpaling dari Chandra. Sikap gentleman Arya yang sangat santun pada Dania, membuat Dania merasa menyesal menerima pertunangan dengan Chandra. Terlebih Arya menyatakan perasaannya beberapa hari lalu bahkan meminta Dania menikah dengannya dalam waktu secepatnya.

"Tak baik jika kau membiarkan Chandra kebingungan seperti itu, Dania. Berikanlah kepastian padanya, lanjut menikah atau kau putus saja daripada dia bolak-balik melulu ke rumah ini," ketus Somantri,"atau kamu jawab kek panggilan telepon dan W*-nya jangan sampai karena masalah janji bakalan panjang urusannya."

Malam itu Dania dicecar oleh Somantri. Walau tak menyukai Chandra, tetapi sedikitnya ayah Dania masih mempunyai pikiran bijak memandang masalah putrinya. 

"Masalahnya bukan pada Dania, Pak,"ucap Una berusaha membela putrinya,"Tetapi Chandra yang memaksa Dania dan kita untuk melaksanakan janji kita dulu."

Somantri termenung. Sebenarnya ada andil kesalahan dirinya saat dulu meminta syarat pertunangan pada Chandra. Andai saja dia tak membebani Chandra dengan syarat boleh menikahi Dania usai wisuda, mungkin tak akan seperti ini kejadiannya. 

"Jadi sebenarnya alasan karena Arya, pimpinan perusahaan kamu melamar untuk menikahimu hingga kau akan ingkar dengan janji pada Chandra?" tanya Somantri yang telah mengetahui alasan di balik Dania menghindari Chandra selama ini. Karena anak gadisnya itu selalu bercerita pada ibunya mengenai apa yang dirasakan dan sang ibu menyampaikannya pada ayahnya. 

Dania mendelik pada ibunya. Dia sebal pada Una karena menceritakan semua yang dia alami pada Somantri. 

"Ya mau gimana lagi, Pa? Dania gak bisa menghalangi perasaan Dania yang ternyata kembali jatuh cinta pada pria selain Chandra. Lagian Arya tuh lebih segala-galanya dari Chandra," tutur Dania jujur. 

"Ah kalau Mama sih setuju aja kamu sama Arya. Masa depan terjamin apalagi Arya pemilik perusahaan Indo Darmadjaya dibandingkan Chandra yang belum tentu punya masa depan kerjaannya saja masih serabutan gak mungkin bisa menopang hidup putri tunggal kita,"timpal Una. 

Somantri mendengkus,"Ya terserah kalian saja. Papa mah mendukung saja. Hanya saja, Dania harus menyelesaikan apa yang telah dimulainya. Putuskan Chandra, supaya anak itu tak lagi mengharapkan pernikahan. Bosan aku lihat dia datang menuntut janji terus."

***

Chandra benar-benar dibuat kesal karena ulah Dania dan orangtuanya. Berkali-kali pria itu meremas rambutnya geram. Membuat Inayah mengkhawatirkan sikap putranya tersebut. Nurani Inayah mengatakan jika ada masalah rumit yang tengah dihadapi Chandra dan masalah tersebut berhubungan dengan tunangannya. 

Lembut Inayah menyentuh pucuk kepala Chandra. Chandra sejenak terhenyak dengan sentuhan Inayah. Dia mendongak, menyaksikan sorot mata Inayah yang mengkhawatirkan dirinya. 

"Bu …, " lirih Chandra suaranya bergetar. 

Inayah menggeleng, supaya Chandra tak berucap apa pun. Perempuan paruh baya itu duduk di samping Chandra yang sedari tadi terlihat duduk gelisah di ranjangnya. Inayah membaringkan Chandra. Dia meletakkan kepala putranya di atas pangkuannya. Perlahan Inayah membelai penuh kasih sayang kepala Chandra. Tanpa diucapkan, hati seorang ibu mengetahui jika perasaan anaknya tengah hancur. 

Ya, Inayah menyadari hubungan Chandra dan Dania mulai goyah. Terbukti dengan perkataan Chandra sepulang dari rumah Dania. 

"Bu, minggu depan kita akan memberi tanggal pasti pernikahanku dengan Dania. Aku kesal setiap ditanyakan lewat W* tak pernah dibalas, ditelepon malah ditolak. Barusan aku ke rumahnya, dia malah menolak menemuiku. Lalu orang tuanya sama saja tak memberikan kepastian," cerocos Chandra geram.

Inayah hanya mengangguk saja sebagai jawaban. Dia enggan membantah perkataan Chandra karena takut anaknya malah semakin sedih, jika Inayah memintanya untuk menyerah saja. Karena dari awal hubungan Chandra dan Dania takkan seperti yang diharapkan Chandra, Inayah sadari itu.

"Bu, aku harus gimana? Sebenarnya keraguanku akan hubungan dengan Dania semakin kemari semakin besar," gumam Chandra saat tengah terbaring dipangkuan Inayah,"walau gitu, aku masih sangat sayang sama gadis itu."

Inayah tersenyum miris mendengar ucapan Chandra.

"Ikuti kata hatimu, Chand. Jika memang menurutmu gadis itu layak untukmu, pertahankan! Sebaliknya, jika rasa ragumu semakin kentara, tinggalkan!"

Chandra terdiam. Dia menutup matanya merasakan belaian kasih sayang yang disalurkan ibunya. Sangat damai dan menenangkan. Bahkan mampu meredakan kegalauan hatinya. Dia akan merenung beberapa waktu untuk memastikan hatinya, apakah masih mengharapkan Dania menjadi istrinya atau sebaiknya dia mundur saja daripada tak ada kepastian sama sekali? 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status