Share

Ketulusan Hati Amirah
Ketulusan Hati Amirah
Penulis: Makhchuena Asma

Musibah

Amirah Najwa, seorang gadis desa yang bercita-cita menjadi dokter bermodalkan beasiswa bidikmisi karena kebetulan ia adalah lulusan terbaik di sekolah. Namun, wajah cantik dan kepintaran yang ia miliki tidak seindah nasibnya. Ia hanyalah seorang gadis miskin, sebelum takdir mempertemukan dengan seorang dokter bernama Abizar Alfatikh. Seorang dokter yang tampan, bertalenta, tetapi mempunyai sifat yang sangat egois.

Abizar mempunyai seorang ibu yang tidak bisa berjalan setelah kecelakaan yang menimpanya, sebenarnya sang ibu bisa sembuh dengan terapi. Namun, ia menolak sebelum sang putra mau menikah. Abizar sendiri sudah mempunyai kekasih. Namun,  tidak direstui sang ibu.

***

Entah kenapa hati Amirah tidak tenang, sejak tadi ia gelisah memikirkan keluarga yang ada di Bandung. Tiba-tiba sang ummi menelepon dan mengabarkan bahwa sang abah mengalami kecelakaan dan membutuhkan biaya yang besar untuk operasi. Saat ini sang ummi bingung karena tidak memegang uang sebanyak itu. Ia pun harus mencari bantuan untuk menolong sang abah. Sore ini kebetulan Bu Prapti pemilik kosan datang Amirah memberaniakan diri untuk meminjam uang kepada wanita itu. Ia menceritakan kecelakaan yang dialami sang abah. Namun, wanita itu tidak bisa membantu. Amirah kembali bingung harus memijam uang ke mana lagi.

Pikiran Abizar sangat kacau, ia kembali mendengar ocehan sang mama yang memintanya menikah. Namun, bukan dengan sang kekasih, tentu saja ia menolak. Setelah perdebatan itu, ia segera berangkat bekerja. Ia kembali melakukan aktivitas kembali. Ia memberikan resep obat pada pasien setelah memeriksa. Wanita yang menjadi pasiennya itu melihat wajah sang dokter yang menurutnya sedang ada masalah, ia pun memberanikan diri bertanya. Entah sebegitu percayanya Abi pada pasien itu ia menceritakan masalahnya pada Bu Prapti. Ya, pasiennya adalah Bu Prapti. Hingga ia mendapatkan ide konyol untuk menikah kontrak.

"Bisakah ibu mencarikan saya seorang gadis yang mau menikah kontrak dengan saya?" ujarnya yang membuat Bu Prapti tercenung. Namun, seketika ia mengingat akan Amirah yang saat ini sangat membutuhkan uang.

"Sebenarnya saya ada gadis yang mungkin mau diajak nikah kontrak, Dok. Karena gadis itu sangat membutuhkan uang saat ini." Meskipun Bu Prapti sedikit ragu mengatakannya.

Abizar terlihat antusias. Bu Prapti pun menceritakan tentang Amirah kepada Abizar. Setelah mendengarkan cerita wanita itu, Abizar ingin bertemu Amirah untuk memastikan wanita seperti apa yang diceritakan tersebut. Setelah selesai bertugas, Abi segera menemui Bu Prapti. Saat Amirah menyapu Bu Prapti datang dan mengatakan ada seseorang yang mau bertemu dengannya. Bu Prapti menyuruhnya untuk menemui Abizar.

Dengan ragu Amirah menemui Abizar. Berharap pria itu bisa membantunya. "Permisi ... saya Amirah," sapa Amirah sembari menangkupkan tangannya di dada, mencoba memperkenalkan dirinya kepada Abizar.

"Saya dokter Abizar," Jawabnya dengan muka datar dan dingin.

"Sebenarnya—“ ucap Amirah, namun langsung dipotong Abizar. "Maaf, langsung saja, saya kesini untuk memberimu penawaran, kalau kamu setuju, saya akan sangat senang," potongnya dengan tegas dan penuh kesombongan.

"Penawaran ... penawaran apa maksud dokter?" tanya Amirah sambil menunduk.

"Begini, Aku ke sini ingin kamu menikah kontrak dengan saya, lebih kasarnya kamu akan aku jadikan istri bayaran, berapa pun uang yang kamu mau, aku akan memberinya, bagaimana kamu setuju?" Jawabnya dengan penuh kesombongan. Amirah tak langsung mengiyakan penawaran Abi, dirinya meminta waktu untuk memikirkannya lagi.

***

Setelah kepergian Abizar, Amirah tidak bisa lagi menahan air matanya. Hatinya begitu terguncang dengan penawaran Abizar, hatinya hancur, kecewa dan bingung harus memberi jawaban apa? sedangkan dia begitu membutuhkan uang tersebut. Tak lama ponselnya berbunyi, ada panggilan masuk dari sang ummi yang mengabarkan kalau abahnya kritis dan harus segera dioperasi. Amirah tidak mau terjadi sesuatu pada sang abah tanpa berpikir lagi ia mengiyakan penawaran Abi dan segera memberi tahu bu Prapti untuk mengatakannya pada dokter sombong itu.

***

Mendengar persetujuan Amirah, Abizar sangat senang. Ia langsung menemui Amirah, sepulang dari rumah sakit. Ia menanyakan berapa uang yang dibutuhkan Amirah dengan nada dingin dan sombong.

"Saya butuh lima puluh juta, Dok.”

"Cuma lima puluh juta? Baiklah, hari ini juga aku akan berikan uang itu," jawab Abizar dengan sombongnya. Selain itu ia pun memberikan sebuah map yang berisi surat perjanjian.

"Kamu harus menandatangi surat ini, sebelumnya kamu bisa membacanya terlebih dulu, supaya tahu isinya. Besok aku akan mengajakmu menemui mamaku.” Setelah membacanya, Amirah pun dengan tangan bergetar menandatanganinya.

***

Malam ini Amirah sudah sampai di salah satu rumah sakit di Bandung. Ia segera menyelesaikan pembayaran supaya sang abah segera dioperasi. Sang ummi menanyakan pada Amirah siapa orang yang sudah menolong dan meminjami uang sebanyak ini. Ia pun menceritakan tentang Abizar pada sang ummi, tentunya tidak semua ia ceritakan. Ia tidak menceritakan tentang perjanjian. Ia juga meminta izin pada sang ummi untuk menikah dengan Abi besok lusa. Rianti terkejut dengan keputusan mendadak Amirah. Namun, ia masih berbaik sangka pada sang putri. Ia percaya Amirah bisa menjaga kehormatan.

"Kamu sudah besar, apapun keputusanmu, kalau menurutmu baik lakukanlah, tapi ummi berharap pernikahanmu dengan Dokter Abizar bukan karena bantuannya kepada kita, tapi karena kalian saling mencintai. Ummi juga berharap kamu bisa melanjutkan kuliahmu meskipun sudah menikah." Amirah hanya bisa tersenyum mendengar penuturan sang ummi, berusaha menyembunyikan gejolak di hati.

Setelah operasi sang abah berjalan lancar. Amirah kembali lagi ke Jakarta, sesuai janjinya, hari ini ia pergi bersama Abizar untuk bertemu dengan mamanya. Hati Amirah sempat deg-degan karena sebenarnya belum siap untuk bertemu mama Abizar.

Sampailah mereka berdua di rumah mewah milik keluarga Abizar, Amirah sempat terpukau dengan rumah mewah tersebut. Abizar menyapa sang mama yang saat ini sedang duduk di depan televisi di ruang keluarga. Ambar menjawab salam itu dan memutar kursi roda menemui mereka berdua. Abizar memperkenalkan Amirah pada sang mama. Ia tersenyum sambil melirik sang putra.

Abi memperkenalkan Amirah sebagai calon istrinya membuat sang mama terkejut. Namun, Ambar senang mendengarnya karena ia melihat Amirah perempuan yang lembut dan baik. Setelah pembicaraan yang cukup panjang tentang pernikahannya. Abizar pun berhasil membujuk sang mama untuk tidak mengadakan pesta pernikahan karena dirinya beralasan hanya ingin pernikahan yang sederhana. Ambar pun menyetujuinya keputusan sang putra.

****

Hari pernikahan pun tiba, dengan bantuan MUA langganan Ambar, Amirah di make up. Amirah memakai kebaya putih dan hijab senada dengan aksesoris di kepalanya menambah kesan elegan, dengan riasan wajah yang natural, tapi tidak mengurangi kecantikannya.

Hari ini keluarga Amirah datang meskipun abahnya tidak bisa hadir karena masih dirawat di rumah sakit. Namun, ummi, paman dan juga bibinya datang. Apalagi sang paman harus menggantikan sang abah sebagai wali.

Prosesi ijab qobul pun terdengar menggema dengan ucapan “sah" dari para tamu undangan. Hati Amirah berdesir tak terasa air mata jatuh membasahi wajah cantiknya, entah itu air mata bahagia atau air mata kesedihan, karena babak baru dalam hidupnya akan segera dimulai, dengan menyandang status baru sebagai istri.

Pintu kamar pun dibuka oleh ummi dan sang bibi, membawa Amirah turun ke bawah menemui sang suami. Berdebar jantungnya saat turun dari tangga, berpasang-pasang mata melihat ke arahnya, banyak yang memuji kecantikannya, hal itu tak luput dari penglihatan Abizar yang terlihat speechless.

"Masyaallah cantik sekali," batinya mengakui kecantikan Amirah. Namun, seketika ia menundukkan kepala, karena gengsi ia menutupi kekagumannya.

***

Tak terasa acara sudah selesai, keluarga Amirah pamit pulang karena di rumah sakit sang abah hanya ditunggu Aisyah, adik Amirah yang masih SMP.

Setelah masuk kamar, Amirah mengganti kebaya di kamar mandi. Baru saja ia keluar dari kamar mandi, Abizar menatap dengan dingin dan tajam.

"Ini kasur lantai dan juga bantal untukmu," ucapnya sambil melempar ke depan Amirah. Ia sempat kaget dengan perilaku Abizar.

"Jangan harap kamu tidur di ranjang, di sini juga hanya ada sofa tunggal. Satu lagi, jangan pernah nyentuh barang-barangku, aku tidak mau tangan kotormu menyentuhnya. Letakkan barang-barangmu yang ada di tas di lemari kecil samping kamar mandi dan ingat jangan nyentuh lemariku! KAU HANYA ISTRI BAYARAN, kau harus ingat itu," ucap Abizar menekankan kalimat terakhirnya. "Kita cukup berpura-pura di depan mama untuk menjadi sepasang suami istri yang romantis, tapi di belakangnya jangan berharap lebih. Aku menikahimu hanya ingin mamaku mau terapi untuk kesembuhan kakinya, tugasmu adalah meyakinkannya untuk tetapi, jangan pernah mengharap cinta dariku karena cintaku hanya untuk Amanda, meskipun mama tidak pernah setuju aku menikahinya, kamu harus tahu batasan-batasanmu, ingat itu," ucapnya lagi. Setelah berbicara panjang lebar Abizar keluar, entah ke mana? Sementara Amirah hanya mampu terisak "Pernikahan macam apa ini Ya Allah, apakah aku akan kuat menjalaninya?" lirihnya. Babak baru hidup Amirah datang, ia harus menjadi pribadi yang sangat kuat untuk menjalankannya, entah sampai kapan hal ini akan terjadi dalam hidupnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status