Nilai hidup bukan milik semua yang terbuka matanya, kecewa dalam setiap nafas yang tercekat dalam hati, tangisan pilu menyayat hati. Menyusut di sudut relung jiwa. Tersuruk menempel hingga meninggalkan bekas yang membuat pilu dan rapuh sang pemilik jiwa.
(Ketulusan Hati Amirah)
***
Amirah menggeliat, betapa terkejut ia berada di ranjang king size milik Abizar.
"Sebentar, bukankah tadi malam aku tidur di kasur lantai milikku, dan sekarang kok bisa pindah di ranjang ini," batinnya bingung. Amirah melihat ada handuk bekas kompres di samping bantal.
Kepalanya masih berdenyut, panas di tubuh masih sedikit terasa, meskipun tidak sepanas tadi malam, tapi badannya masih meriang, Amirah mencoba untuk turun dari ranjang, takut bila Abizar tahu kalau ia tidur di ranjang kesayangan laki-laki itu. Baru saja menurunkan kaki, kakinya tidak kuat menopang, kepalanya berdenyut dan tubuhnya lemas, Amirah mencoba duduk kembali di ranjang. Ia tidak peduli kalau Abizar marah.
Pintu masih diketuk. Amirah pura-pura tidur, takut yang datang Abizar. Karena Amirah belum siap untuk mendengar ocehan dan luapan amarah dari dokter sombong itu. Ternyata perkiraannya salah yang datang adalah Bik Na sambil membawakan bubur, susu, air putih dan obat yang diletakkan di nampan. Bik Na menanyakan keadaannya. Ia tidak tega melihat kondisi Amirah, ia pun berinisiatif untuk menyuapi Amirah. Bik Na menceritakan kalau semalam Abi yang merawat dan mengompresnya, membuat hatinya berdesir. Entah ada perasaan senang mendengar Abi perhatian.
***
Di rumah sakit Abizar pun tidak tenang, setelah mengunjungi pasien, Abizar kembali ke ruangannya. Ia masih memikirkan Amirah yang sedang sakit juga memikirkan ucapan Ambar tadi pagi untuk lebih memperhatikan Amirah, sang mama juga tidak sabar untuk menimang cucu. Membuatnya semakin dilema.
Tok ... tok ... tok … tanpa menunggu jawaban Abizar pintu ruangan itu dibuka, siapa lagi di jam makan siang seperti saat ini, kalau tidak sang kekasih, Amanda. Dengan langkah gemulai mendekati Abizar yang sedang duduk memikirkan masalahnya tadi. Dengan manja ia mengajak Abi makan siang. Namun, Abi menolak, sehingga ia marah besar karena tidak biasa Abi menolak ajakannya.
Brakk!
pintu ruangan dibanting oleh Amanda, tanpa rasa malu Amanda berlalu meninggalkan ruangan Abizar. Entah sadar atau tidak kalau dia ada di rumah sakit, amarah membuatnya lupa bahwa ia seorang dokter yang tak seharusnya berperilaku seperti itu, yang hanya menjatuhkan harga dirinya sendiri, bahkan ada berpasang mata yang melihatnya meskipun di lorong ini sedikit sepi karena jam makan siang.
***
Abizar semakin bingung apalagi sekarang sang kekasih sedang marah padanya. Pukul 20.00 Abizar baru keluar ruangan, sebenarnya ia sudah selesai tugasnya sejak sore, tapi pikirannya sedang kacau dan ingin menyendiri dulu, menghilangkan beban yang menghimpit di hati.
Di Koridor rumah sakit Abizar bertemu dengan Dokter Rian, sahabatnya. Rian pun menyapa, melihat wajah lesu Abi ia mengajak ke sebuah tempat.
Di sinilah mereka sekarang, Abizar dan dokter Rian sedang berada di sebuah club malam.
"Gila, gue elo ajak ke sini," ucap Abizar. Sebenarnya dia sedikit malas masuk ke tempat ini, meskipun dulu ia pernah ke sini waktu masih kuliah tapi sudah lama.
"Ya, tempat ini yang bisa membuat elo ngelupain sedikit masalah elo," ucapnya sambil tersenyum miring, yang bahkan Abizar tak tahu maksud senyuman itu. Rian memesan minuman vodka untuk Abizar, Abizar sudah menolaknya tapi Rian masih saja menyuruhnya minum, dengan berbagai alasan Rian tak menyerah untuk menyuruh Abizar meminum minuman yang memabukkan itu. Akhirnya dua gelas sudah ditenggak habis oleh Abizar, ia pun mabuk, tubuhnya sudah sempoyongan.
***
Amirah masih belum bisa terlelap, karena ia tidur cukup lama jam tiga sore baru bangun, dirinya menghawatirkan Abizar karena sudah pukul dua belas malam belum pulang, tubuhnya sudah sedikit membaik, sudah tidak lemas lagi meskipun kepalanya masih berdenyut.
Suara mobil terdengar memasuki halaman rumah, Amirah melihat dari balkon kamar, ia heran ada dua mobil. Karena penasaran ia memutuskan turun. Setelah membuka pintu Amirah terkejut melihat ada tiga laki-laki berdiri hampir saja mengetuk pintu. Laki-laki yang tak lain adalah Rian dan temannya memberikan Abizar padanya lalu berpamitan. Bau alkohol yang menguar di mulut Abizar tercium. Dengan langkah berat ia membawa tubuh kekar itu naik ke atas, Amirah tidak mau kalau mama mertuanya tahu putra kesayangannya sedang mabuk. Dengan sekuat tenaga dan masih dengan kepala yang berdenyut Amirah merebahkan tubuh itu di ranjang. Abizar meracau menyebut-nyebut nama Amanda, hal itu membuat Amirah sedih, bahkan tidak sadar pun yang disebut sang suami hanya nama Amanda.
Tiba-tiba tangan Abizar menarik tangannya. Hingga, brukk ... Abi mengukung tubunya. Ia memberontak, tetapi tenaganya kalah kuat dengan sang suami, apalagi kepalanya semakin berdenyut, ia pasrah ... hanya menangis yang ia bisa, malam ini Abizar menunaikan kewajiban sebagai seorang suami, memberi nafkah batin kepadanya, menyesal kah? Tidak. Namun, kecewa. Ya, Amirah kecewa, karena Abizar melakukan kewajibannya dalam keadaan tidak sadar, bahkan Abi menyebut nama perempuan lain setelah mereka bercinta. Sakit dan kecewa sudah pasti, Amirah hanya bisa meneteskan air mata dan lama kelamaan matanya pun terlelap.
Kekecewaan memang sangat menyiksa dan terkadang pula mengakibatkan sakit hati. Hal itu akan timbul sebab harapan yang dibuat terlalu tinggi. Namun, kenyataan berkata lain.(Amirah Najwa Syaifuddin)***Pukul 4 pagi, Amirah bangun dari tidur. Dengan pelan ia bangun dari ranjang, melepas pelukan Abizar, melangkah terseok, karena perih di selakangannya akibat aktivitas tadi malam. Masih jelas di ingatan Amirah apa yang Abizar lakukan tadi malam, Amirah tidak menyesali karena bagaimana pun ia tahu tugasnya sebagai seorang istri, Amirah hanya kecewa, saat melakukannya Abizar tidak sadar. Bahkan Abi selalu meracau memanggil nama perempuan lain. Dengan langkah terseok Amirah menuju kamar mandi, menumpahkan tangis dan kekecewaaan. "Berendam air hangat di bathrobe mungkin akan menghilangkan sedikit rasa nyeri," pikir Amirah.Di dapur Amirah melihat Bik Na sedang menyiapkan bahan untuk membuat sarapan ditemani Ambar yang duduk manis di kursi roda. Ia pun menyapa me
Ada beberapa perjuangan dan pengorbanan yang akan sampai pada titik merelakan, bukan karena lelah tapi memang ada beberapa hal yang tidak bisa digenggam dan diraih untuk mendapatkannya.(Amirah – Ketulusan Hati Amirah)***Sakit rasanya mengingat kata pedas yang terlontar dari mulut laki-laki yang sudah merenggut mahkotanya tadi malam, dari laki-laki berstatus suami. Bahkan rasa itu seketika hilang, rasa yang baru tumbuh, mengagumi dalam diam saat Abizar memberi perhatian ketika ia sakit. Kecewa dan benci bahkan amarah tidak dapat ia kendalikan, bahkan Amirah mendapatkan dorongan untuk menampar laki-laki arrogant itu, selama ini Amirah adalah gadis lembut, sopan dan tidak pernah berbuat kasar, tapi karena amarah ia berani menampar laki-laki yang merupakan suaminya itu.Amirah berkata lirih, "Pak dokter boleh menghinaku miskin, melecehkanku, bahkan tidak mengakuiku sebagai istri, tapi untuk mengatakan aku murahan karena telah memberikan mahkotaku pad
Rasa sakit yang paling mengerikan adalah ketika mencoba tersenyum, hanya untuk menghentikan air mata agar tidak jatuh. Mencoba tersenyum seolah tidak akan ada yang salah. Berpura-pura semuanya terlihat baik-baik saja, bertingkah seolah semuanya sempurna meskipun di dalamnya sangat menyiksa dan menyakitkan.(Amirah – Ketulusan Hati Amirah)***Sudah beberapa menit lamanya, sehingga Abizar kehilangan pasokan oksigen begitu juga Amirah, Abizar menghentikan aksinya merasa kikuk sendiri, Amirah tak sedikit pun membalas, bahkan ia hanya diam mematung masih dengan tangan kiri digenggam erat oleh Abizar, ia meneteskan air matanya tanpa harus berkata, hal itu membuat Abizar salah tingkah dengan ulahnya sendiri, bingung harus bagaimana?"Maaf," ucapnya, hanya ucapan itu yang lolos dari mulut sambil melepas genggaman pada tangan kiri Amirah. Amirah melangkah menjauh tanpa menghiraukan ucapannya, melangkah menuju kasur lantai miliknya lalu berbaring sambil mena
Sepelik dan sesulit apa pun masalah yang dihadapi, niscaya itu semata ujian dari Allah. Hanya dengan keikhlasan dan kesabaran untuk menghadapinya, insyaallah semua ada jalan dan solusinya. Karena sejatinya ujian diberikan Allah untuk hamba-Nya yang akan dinaikkan derajatnya sesuai kadar kemampuan hambaNya.( Amirah - Ketulusan Hati Amirah)***Setelah bersiap-siap masih dalam keheningan Amirah dan Abizar keluar dari kamar, menyapa Ambar yang juga sudah siap. Ia membantu mengangkut barang-barang yang akan dibawa ke panti asuhan dan meletakkan ke dalam bagasi mobil. Setelah semua siap Amirah mendorong kursi roda Ambar sampai halaman setelah itu Abizar menggendongnya masuk ke dalam mobil, Amirah masuk dan duduk dekat Ambar, tapi segera dicegah. Ambar menyuruhnya duduk di depan bersama Abi.Sambil garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal Amirah turun dari mobil dan duduk di depan di samping Abi. Amirah dan Abizar saling memandang. Namun, hanya sekilas, mereka
Terkadang ada kalanya orang sabar itu meninggalkan apa yang membuatnya sabar. Ketika pengorbanan tak lagi dihargai, ketulusan hati tak pernah dianggap, cinta yang tak pernah peduli bahkan terlupakan.(Amirah- Ketulusan Hati Amirah)***Setelah turun dari mobil lamborgini biru kesayangan Abizar, Amirah memberhentikan taksi yang sudah tak berpenumpang, mencari rumah sakit untuk periksa, tujuannya saat ini adalah rumah sakit tempat Ambar terapi. Karena menurutnya rumah sakit itu lebih bagus dan lengkap. Amirah tidak pergi ke rumah sakit tempat Abi bekerja karena tidak ingin bertemu lagi dengan sang suami. Ia ingin menenangkan hati dulu, setidaknya untuk sejenak. Mencoba meredam amarah atas perkataan Abizar.Amirah sudah berada di depan rumah sakit besar, ia bertanya pada resepsionis tempat suster jaga tempat dokter obgyn yang sedang praktik hari ini. Ia menuju tempat praktik dokter kandungan rekomendasi dari suster tersebut dan memilih dokter perempuan, mesk
Menangis tanpa air mata. Berteriak tanpa bersuara. Hanya merasakan sakitnya hati. Begitu tersiksa menyayat sanubari. Akankah kisahnya berujung bahagia dengan beribu hikmah indah tercipta? Ataukah hanya asa semata yang dirinya dapat? walaupun begitu hatinya kan selalu tegar menghadapinya. walau akhirnya hanya mendapat luka.(Amirah – Ketulusan Hati Amirah)***Setelah mengobrol banyak dengan Ambar. Ia meminta izin untuk beristirahat, menuju kamar tidur diikuti Abizar yang ada di belakang.Setelah memasuki kamar, Amirah segera menuju kamar mandi, membersihkan tubuh yang seharian penuh beraktivitas, menghilangkan rasa lelah yang ada di tubuh. Setelah itu mengambil air wudu untuk salat Isya. Dulu ia pernah mengkhayalkan masa depan, kehidupan setelah menikah, bisa salat berjamaah bersama sang suami yang akan menjadi imamnya. Namun, apa daya semua hanya tinggal impian belaka, harus menerima dengan lapang apa yang menjadi takdir, menikah tanpa cinta bahkan
Jikalau air mata memang bisa mengusir kegundahan dan kekecewaan maka menangislah. Jikalau kata-kata memang bisa menghapus luka maka ungkapkanlah, bicarakanlah! Mungkin seseorang bisa membantu melepas masalah yang dihadapi. Namun, jikalau ternyata seseorang yang kau anggap tepat tuk membantumu memang tak bisa mengobati gelisah di jiwa maka berdoalah. Jika diam tak bisa mengusir keresahan maka berwudulah dan lantunkan ayat-ayat suci sebagai syifa' dalam hati.(Amirah – Ketulusan Hati Amirah)***Kenzo masih berdiri melihat Amirah mendorong kursi roda seorang wanita paruh baya menelusuri koridor rumah sakit. Namun, ia tidak melihat jelas wajah wanita yang duduk di kursi roda itu, Kenzo penasaran dan berusaha mengikuti Amirah."Siapa yang bersamanya, apakah wanita yang ada di kursi roda itu ibunya?" batin Kenzo. Masih mengikuti Amirah.Amirah dan Ambar sampai di ruangan terapi dokter ortopedi. Ambar segera melakukan terapi jalan sesuai instruksi
Hidup akan selalu melontarkan tuntutan dan tantangan kepada siapa pun hamba yang ada di dunia ini. Ada yang sebagai ujian, atau pun sebagai teguran atau sebagai amanah diri. Saat seseorang melakukan kebaikan dengan tulus tanpa mengharap apa pun maka Allah akan membalas kebaikan itu dengan mengirim seseorang yang lebih baik untuknya. Hadiah akan selalu terbungkus dengan indah. Namun juga terkadang Allah membungkusnya dengan masalah, ujian yang diri hadapi tapi percayalah di dalamnya selalu ada berkah.(Kenzo – Ketulusan Hati Amirah)***Dokter Yusuf menjelaskan pada Ambar yang masih awam tentang dunia kesehatan, wanita paruh baya itu masih terlihat sedih dan terpukul, bahkan sisa air matanya belum kering di pipinya, sedangkan Kenzo dan Abizar mereka berdua sudah paham apa yang diterangkan Dokter Yusuf. Ambar menyuruh Dokter Yusuf memberikan penanganan yang baik pada Amirah dan cucunya. Begitu juga Kenzo. Perhatian Kenzo membuat Abizar melihatnya tidak suka.