Amirah Najwa, seorang gadis desa yang bercita-cita menjadi dokter bermodalkan beasiswa bidikmisi karena kebetulan ia adalah lulusan terbaik di sekolah. Namun, wajah cantik dan kepintaran yang ia miliki tidak seindah nasibnya. Ia hanyalah seorang gadis miskin, sebelum takdir mempertemukan dengan seorang dokter bernama Abizar Alfatikh. Seorang dokter yang tampan, bertalenta, tetapi mempunyai sifat yang sangat egois.Abizar mempunyai seorang ibu yang tidak bisa berjalan setelah kecelakaan yang menimpanya, sebenarnya sang ibu bisa sembuh dengan terapi. Namun, ia menolak sebelum sang putra mau menikah. Abizar sendiri sudah mempunyai kekasih. Namun, tidak direstui sang ibu.***Entah kenapa hati Amirah tidak tenang, sejak tadi ia gelisah memikirkan keluarga yang ada di Bandung. Tiba-tiba sang ummi menelepon dan mengabarkan bahwa sang abah mengalami kecelakaan dan membutuhkan biaya yang besar untuk operasi. Saat ini sang ummi bingung karena ti
***Setelah kepergian dokter Abizar, Amirah sudah tidak bisa lagi menahan tangisannya, hatinya begitu terguncang dengan penawaran dari dokter Abizar, kini hatinya hancur, kecewa dan bingung harus memberi jawaban apa? sedangkan dia begitu membutuhkan uang tersebut.***Kring ... kring ....Terlihat panggilan dari ummi, dengan segera Amirah mengangkatnya."Assalamualaikum, Ummi.""Wa'alaikumussalam.""Bagaimana kabar Abah sekarang, Umm?""Masih belum ada perkembangan, Nak, karena harus segera dioperasi, kata dokter kalau malam ini Abah tidak segera dioperasi, keadaannya akan semakin parah dan akan semakin memburuk.""Apa kamu sudah dapatkan uangnya, Nak??""Ummi tenang saja, saya akan segera mendapatkan uang untuk biaya operasi Abah.""Maaf, Nak, Ummi dan Abah harus merep
Jam dinding menunjukkan pukul 3 pagi, Amirah bangun dari tidurnya untuk menunaikan sholat malam, kebiasaan yang selalu Amirah kerjakan, meskipun tadi Amirah tidur hanya sebentar, tidak lebih dari setengah jam, matanya masih terlihat sembab akibat menangis semalaman.Sebelum menuju kamar mandi dia melihat Abizar sedang terlelap di ranjang king sizenya.Amirah mengerjakan sholat malam dengan khusyuk, hanya kepada Allah Amirah menumpah ruahkan keluh kesahnya, tangisan yang berupa isakan supaya tidak membangunkan makhluk tampan nan sombong yang sedang terlelap di ranjang sebelahnya mengerjakan sholat."Aku harus kuat, aku harus bisa bertahan, aku harus menjalankan tugasku sebagai seorang istri dengan baik, meskipun Pak dokter tidak pernah menganggapku," tekadnya dalam hati.***Mentari pagi mulai beranjak dari peraduannya, menyambut manusia yang mulai melakukan aktivitasnya.S
Hari berganti hari. Amirah tetap dengan sabar menemani mama mertuanya untuk menjalankan terapi kesembuhan kakinya, karena ketelatenannya membawa hasil yang memuaskan, sedikit demi sedikit mama mertuanya bisa menggerakkan kakinya, Amirah sangat bersyukur dengan perkembangan mama mertuanya."Alhamdulillah, Ma. Semangat dan perjuangan mama untuk sembuh membuahkan hasil yang sangat baik, tidak sia-sia mama menjalani tetapi ini," ucapnya bahagia."Iya, Nak, Alhamdulillah ... semua ini karena kamu juga yang selalu sabar merawat mama dan selalu memberi Motivasi pada mama," ucap Ambar bahagia. senyumnya merekah di wajah cantiknya.***Hari ini Abizar bersama Amanda sedang makan siang bersama di sebuah cafe, perempuan itu terlihat bergelayut manja pada Abizar."Sayang, aku berharap Mama kamu segera sembuh," ucapnya manja, tapi tidak dengan hatinya yang sudah tidak tahan harus bersandiwara
Orang yang kuat hatinya bukan mereka yang tidak pernah menangis, melainkan orang yang tetap tegar ketika banyak orang yang menyakiti.(Ketulusan Hati Amirah)***Amirah gadis biasa, yang rapuh. Namun, ia berusaha sekuat mungkin untuk bertahan, walaupun terluka itu sudah pasti. Sudah satu bulan usia pernikahannya dengan Abizar. Namun sedikit pun Abizar tidak pernah menganggap Amirah ada, bahkan pengorbanannya. ia hanya bagaikan butiran debu yang tak teranggap oleh Abizar.***Hari ini Amirah diminta sang mama memasak makanan kesukaan Abi dan menyuruhnya mengantarkan ke rumah sakit. Tadi pagi Abi tidak sempat ikut sarapan karena terburu-buru.Siang yang terik, Amirah berada di depan gedung besar tempat sang suami bekerja."Kenapa Mama Ambar terapinya tidak di rumah sakit tempat pak dokter bekerja, tapi di rumah sakit lain, tapi rumah sakit tempat mama terapi memang rumah sakit mewah dengan pelayanan yang super," batin Amirah.Den
Nilai hidup bukan milik semua yang terbuka matanya, kecewa dalam setiap nafas yang tercekat dalam hati, tangisan pilu menyayat hati. Menyusut di sudut relung jiwa. Tersuruk menempel hingga meninggalkan bekas yang membuat pilu dan rapuh sang pemilik jiwa.(Ketulusan Hati Amirah)***Amirah menggeliat, betapa terkejut ia berada di ranjang king size milik Abizar."Sebentar, bukankah tadi malam aku tidur di kasur lantai milikku, dan sekarang kok bisa pindah di ranjang ini," batinnya bingung. Amirah melihat ada handuk bekas kompres di samping bantal.Kepalanya masih berdenyut, panas di tubuh masih sedikit terasa, meskipun tidak sepanas tadi malam, tapi badannya masih meriang, Amirah mencoba untuk turun dari ranjang, takut bila Abizar tahu kalau ia tidur di ranjang kesayangan laki-laki itu. Baru saja menurunkan kaki, kakinya tidak kuat menopang, kepalanya berdenyut dan tubuhnya lemas, Amirah mencoba duduk kembali di ranjang. I
Kekecewaan memang sangat menyiksa dan terkadang pula mengakibatkan sakit hati. Hal itu akan timbul sebab harapan yang dibuat terlalu tinggi. Namun, kenyataan berkata lain.(Amirah Najwa Syaifuddin)***Pukul 4 pagi, Amirah bangun dari tidur. Dengan pelan ia bangun dari ranjang, melepas pelukan Abizar, melangkah terseok, karena perih di selakangannya akibat aktivitas tadi malam. Masih jelas di ingatan Amirah apa yang Abizar lakukan tadi malam, Amirah tidak menyesali karena bagaimana pun ia tahu tugasnya sebagai seorang istri, Amirah hanya kecewa, saat melakukannya Abizar tidak sadar. Bahkan Abi selalu meracau memanggil nama perempuan lain. Dengan langkah terseok Amirah menuju kamar mandi, menumpahkan tangis dan kekecewaaan. "Berendam air hangat di bathrobe mungkin akan menghilangkan sedikit rasa nyeri," pikir Amirah.Di dapur Amirah melihat Bik Na sedang menyiapkan bahan untuk membuat sarapan ditemani Ambar yang duduk manis di kursi roda. Ia pun menyapa me
Ada beberapa perjuangan dan pengorbanan yang akan sampai pada titik merelakan, bukan karena lelah tapi memang ada beberapa hal yang tidak bisa digenggam dan diraih untuk mendapatkannya.(Amirah – Ketulusan Hati Amirah)***Sakit rasanya mengingat kata pedas yang terlontar dari mulut laki-laki yang sudah merenggut mahkotanya tadi malam, dari laki-laki berstatus suami. Bahkan rasa itu seketika hilang, rasa yang baru tumbuh, mengagumi dalam diam saat Abizar memberi perhatian ketika ia sakit. Kecewa dan benci bahkan amarah tidak dapat ia kendalikan, bahkan Amirah mendapatkan dorongan untuk menampar laki-laki arrogant itu, selama ini Amirah adalah gadis lembut, sopan dan tidak pernah berbuat kasar, tapi karena amarah ia berani menampar laki-laki yang merupakan suaminya itu.Amirah berkata lirih, "Pak dokter boleh menghinaku miskin, melecehkanku, bahkan tidak mengakuiku sebagai istri, tapi untuk mengatakan aku murahan karena telah memberikan mahkotaku pad