Share

2

Geram, aku langsung mematikan sambungan telepon. Kuremas ponsel pintarku seakan itu adalah muka Mas Faisal dan Adelia. Tak kuduga, permainan mereka sebusuk itu selama ini.

            Sejak kapan? Di mana mereka menikah? Siapa saksinya? Apakah Tante Silvia dan Om Bahtiar tahu tentang hal ini? Mereka setuju Adelia menikahi sepupunya sendiri yang sudah beristri? Gila! Semua ini tak masuk akal bagiku.

            Dengan bersimbah air mata, aku memutuskan untuk kembali ke kamar. Pelan-pelan aku menapaki lantai, takut bila Syifa kaget dan bangun dari lelapnya.

            Yang kutuju adalah lemari pakaian. Dengan penuh gejolak emosi, kukeluarkan seluruh pakaian Mas Faisal dari dalam sana. Tak hanya pakaiannya saja, segala dokumen penting juga ikut kukeluarkan. Malam ini juga, musnah hidupmu, Mas!

            Sekurangnya tiga puluh menit, aku telah berhasil mengumpulkan seluruh barang pribadi milik Mas Faisal ke dalam koper besar. Ada baju-baju kerja, pakaian dalam, pakaian santai, asesoris, ijazah, dan buku tabungan.

            Kugeret koper beroda itu pelan-pelan keluar kamar. Tak puas hanya mengemasai barangnya, aku juga menerobos masuk ke ruang kerja Mas Faisal yang letaknya bersebelahan dengan ruang tamu. Ruangan berukuran 3 x 4 meter yang dilengkapi dengan set kursi-meja kerja dan lemari Brother berangka besi yang penuh dengan gobi berisi berkas itu pun tak luput dari kemarahanku. Seluruh gobi yang ada di lemari aku keluarkan. Tak peduli itu penting atau tidak, yang kutahu semua itu adalah barang-barang milik Mas Faisal.

            Kamu bilang aku akan jadi gembel tadi, Mas? Sepertinya kamu salah besar. Yang akan jadi gembel adalah kamu! Ya, kamu. Bukan aku.

            Banyak sekali berkas dari ruang kerja milik Mas Faisal yang kukeluarkan. Sebagai sarjana teknik sipil yang bekerja di sebuah kantor konstruksi, ijazah, sertifikat pelatihan, perizinan yang terkait dengan profesinya, maupun berkas-berkas perusahaan yang dia kerjakan dan simpan di rumah, sudah barang tentu penting, bukan? Malam ini juga, bakal kumusnahkan satu per satu! Kujadikan abu, agar dia tahu siapa yang akan menjadi gembel setelah ini!

            “Kamu nekat, aku bisa lebih nekat lagi!”

            Susah payah, kubawa sedikit demi sedikit barang itu menuju halaman belakang rumah kami. Kumasukan baju-baju dan ijazahnya terlebih dahulu ke dalam drum besi yang telah dipotong sebagian. Drum itu berfungsi untuk tempat pembakaran sampah.

            Malam-malam buta, semua barang milik Mas Faisal kusiram dengan sisa tiner yang kuambil dari gudang. Korek api batang yang selalu kusediakan di dalam laci kitchen set, turut membantu aksi malam ini. Ucapkan selamat tinggal untuk barang-barangmu ini, Mas. Hiduplah bahagia bersama istri barumu.

Saat api telah menyala di dalam drum dan mulai membakar tumpukan kain maupun kertas yang mengisi penuh, aku pun mulai memvideokan aksi gilaku. Dengan santainya, kuungah ke W******p agar semua keluarga Mas Faisal maupun Adelia menonton.

            [Mas Faisal, barang-barangmu sudah kubakar bersama kenangan pernikahan kita selama enam tahun ini. Berbahagialah bersama Adelia, sepupu kesayanganmu itu.]

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Bagus dan buang kelaut sauami gak tau diri
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status