Share

3

Api menyala begitu besar. Membuat asap yang cukup tebal membumbung ke udara. Aku tak peduli jika ada tetangga yang terbangun. Mereka ingin melayangkan protes pun, silakan!

            Kemarahanku yang memuncak, membuatku begitu liar tak terkendali. Enam tahun aku menjadi istri Mas Faisal. Rela mendekatkan diri pada mertua yang dari awal memang kurang bersahabat. Nekat resign dari pekerjaan demi mengikuti program hamil sampai kami berdua pun akhirnya dikaruniai seorang putri yang cantik jelita. Ternyata, pengorbananku hanya dianggap seonggok sampah tiada guna oleh Mas Faisal.

            Apa yang dia inginkan dari pernikahannya dengan Adelia? Mengapa dia harus menyembunyikan semua dariku, lalu tiba-tiba memberi tahu dalam keadaan yang sangat tidak tepat begini? Mereka mau menghancurkan mentalku ketika anakku jatuh sakit, begitu? Maaf! Aku tak akan jatuh hanya karena ucapan Adelia dan Mas Faisal yang bernada mengancam itu.

            Saat melemparkan gobi pertama ke dalam drum yang masih menyala besar apinya, ponsel di dalam saku dasterku bergetar. Kutepuk-tepuk telapak tangan demi mengenyahkan debu dari atas sisinya. Langsung kurogoh saku dan melihat siapa yang menelepon.

            Wow, ternyata Ummi. Ibu kandung Mas Faisal yang tak lain adalah mertuaku sendiri. Beliau baru mau meneleponku selarut ini. Saat aku memasang status foto Syifa sedang dikompres, dia hanya melihat status tersebut tanpa membubuhkan komentar ataupun menelepon menanyakan kondisi sang cucu. Pasti sekarang dia langsung bereaksi saat melihat video pembakaran barusan.

            “Karmila! Apa-apaan statusmu? Apa yang kamu bakar, Mil?” Suara Ummi memekakan telingaku. Wanita yang hampir memasuki usia 60 tahun ini terdengar marah-marah dan ngegas.

            “Ummi, apa kabarnya? Sehat, Mi? Sudah seminggu aku tidak main ke rumah. Maaf ya, Mi. Syifa akhir-akhir ini kurang fit. Ini juga baru demam. Eh, tapi Ummi pasti tahu, kan? Orang tadi jam tujuh malam saja lihat statusku, kok.” Sengaja kusindir mertuaku di depan gejolak cahaya api yang lambat laun merambatkan suhu panasnya. Semakin mendidih saja hatiku. Baru kusadari, ternyata keluarga suamiku toxic!

            “Jawab pertanyaanku tadi! Jangan malah mengalihkan pembicaraan. Apa maksud statusmu itu, Mil? Kenapa kamu sampai membawa nama Adelia segala?!” Ummi menjerit. Tak lama, terdengarlah suara Abi yang meninggi di sebelahnya.

            “Mi, sudah malam ini! Jangan teriak-teriak! Sini, biar Abi yang bicara!” Suara Abi semakin jelas terdengar. Dia pasti telah mengambil alih ponsel dari sang istri. Baik Ummi maupun Abi, dua-duanya tak ada yang sangat akrab padaku. Hubungan kami bisa dibilang sangat datar. Syifalah yang membuat aku terpaksa semakin mendekatkan diri kepada mereka, meskipun respons keduanya tetap biasa saja padaku.

            “Apa yang kamu bakar, Karmila? Mana suamimu?”

            “Yang kubakar? Semua ijazah Mas Faisal, Bi.”

            “Apa?! Kamu sudah gila? Apa-apaan kamu? Apa masalahnya? Mana suamimu!” Abi ternyata sama saja. Dia malah bereaksi lebih keras dari Ummi. Kedua lansia itu pasti memuncak emosinya.

            “Iya, aku sudah gila. Anakku sakit. Suamiku malah berbohong. Dia bilang perjalanan dinas luar kota. Nyatanya? Sekarang sedang bersama Adelia. Perempuan itu malah meneleponku dan marah-marah. Bilang aku jangan lebay karena meminta suamiku pulang demi mengobati anak kami. Jadi, apa tanggapan Abi? Apa jangan-jangan, kalian sudah tahu jika suamiku menikah lagi?”

            Suara di seberangku tiba-tiba senyap. Tak ada jawaban. Abi sepertinya terdiam dengan kalimat penjelasan yang panjang lebar kuutarakan.

            “Kenapa diam saja, Bi? Ayo, katakan sesuatu! Kalian sudah tahu kalau suamiku menikahi anak Tante Silvia itu? Kalian yang menikahkannya? Jawab!”

            “Berkacalah sebelum bertanya! Renungkan kesalahanmu apa. Kami akan melaporkan ke polisi atas tindakan pembakaran ijazahmu ini, Karmila.” Jawaban Abi yang dingin langsung menghunjam jantungku. Jiwaku terkoyak. Sakit sekali. Begitu tega seorang bapak mertua mengatakan hal di luar nalar kepada mantu yang selama ini telah banyak berkorban untuk anak lelaki semata wayangnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status