Share

BAB 2

Esok adalah peringatan seratus hari meninggalnya ayah Dimas, maka dari itu hari ini mereka memutuskan untuk pulang kampung.

Selama ini memang Dimas kerap pulang ke Jogja, apalagi sepeninggal ayahnya Dimas lebih rutin pulang ke kampung halamannya itu untuk mengunjungi ibunya.

Namun rupanya peringatan seratus hari ayah Dimas bukanlah satu-satunya alasan kepulangannya saat ini, ternyata ada alasan lain. Cinta yang belum kesampaian, mungkin itu adalah ungkapan yang tepat untuk alasan kepulangan Dimas kali ini, namun dibalut dengan kemasan indah dengan nama reuni.

**********

Entah apa yang ada di benak Dimas bahkan disaat-saat sedang pengajian berlangsung dia masih sempat- sempatnya membalas chat di hp, tidak hanya itu beberapa kali juga Dimas nampak senyum- senyum sendiri saat membaca chat itu, ia juga nampak gelisah berkali-kali melihat jam di tangannya.

Setelah acara selamatan seratus hari selesai, Dimas langsung membawa Mahira dan putra kecilnya itu ke sebuah rumah makan, di sana rupanya sudah ada beberapa teman SMP Dimas dan tentu saja Asti Hasan pun turut serta.

Dimas yang sudah tidak sabar bertemu teman sekolahnya dulu, begitu keluar dari mobil langsung berjalan cepat tanpa menghiraukan istrinya yang tengah kerepotan menggendong Glen yang dari tadi berontak dan tidak bisa tenang sepanjang perjalanan.

Dia langsung menghampiri dua orang wanita yang tengah asik berbincang, mereka pun bersalaman dan cipika- cipiki

"Oh Tuhan menjijikan sekali....", Mahira bergumam dalam hati, namun meskipun demikian dia berusaha menampilkan wajah tenang seolah hatinya baik-baik saja.

Mahira paling tidak suka melihat suaminya bersalaman sambil cium pipi kanan kiri dengan wanita lain yang tidak ada hubungan keluarga dengan Dimas.

Salah seorang dari dua wanita itu memperkenalkan dirinya kepada Mahira, yang kemudian disambung oleh wanita satunya lagi

Kedua wanita itu adalah Rosita si pemilik rumah makan dan satunya lagi adalah Asti Hasan.

Dari gaya bicara dan gerak tubuhnya kedua wanita itu nampak genit, dan membuat Mahira merasa geli apalagi tampak kalau usia mereka terlihat paruh baya.

"Astaghfirullah hal adzimmm..amit amit jabang bayi....'', Lirih Mahira dalam hati sambil mengusap-usap dada Glen yang dari tadi rewel aktif terus tidak bisa diam.

"Bentar ya....aku samperin yang lain dulu",ucap Dimas kepada dua wanita itu.

Dimas pun membawa Mahira dan Glen berkenalan dengan teman-temannya yang lain sekaligus mencarikan tempat untuk duduk istri dan anaknya itu.

Setelah mendapatkan tempat untuk duduk Mahira dan Glen, Dimas kembali menghampiri wanita- wanita itu.

Tempat duduk Mahira dan Dimas cukup jauh, rupanya tempat duduk pun seperti di setting sehingga Mahira tidak bisa duduk bersama suaminya, ia hanya bisa melihat suaminya dari kejauhan melihat keakraban mereka.

Tak berapa lama pergilah si Rosita meninggalkan Dimas dan Asti Hasan berduaan, hati Mahira pun memanas melihat suaminya sangat akrab dengan wanita itu.

Andai saja tidak bersama Glen mungkin Mahira sudah medatangi suaminya itu, tapi karena Glen yang rewel terus terpaksa Mahira harus mengulur hatinya berusaha untuk lebih sabar, menyaksikan suaminya yang sedang berduaan seperti ABG yang sedang  berkencan.

Perlahan Mahira berjalan membawa Glen mendekat ke arah Dimas, dan kebetulan ada tamu yang sudah meninggalkan tempat duduknya, sehingga langsung saja Mahira mengambil alih meja itu.

Dengan mata terpecah kearah Dimas dan Glen, perlahan Mahira menarik kursi dan menggendong Glen ke pangkuannya.

Di meja barunya, Mahira bisa melihat langsung raut dan mimik Asti yang sedang ngobrol asik dengan suaminya, selain itu Mahira juga bisa mendengar jelas percakapan dua sejoli itu.

"Kamu mau pesan apa ..."

"Aku sudah kenyang tadi begitu sampai sini aku langsung pesan makan, ke etulan tadi aku tidak sarapan jadi sekalian deh sarapan di sini"

"Pesan lagi aja..apa kek...."

"Nggak usah ..masih kenyang ..."

"Yasudah kalau begitu..mbak....pesan nasi ayam bakar seporsi mba...."Dimas pun memanggil pelayan untuk memesan makanannya.

Bahkan Dimas tidak memesankan untuk Mahira dan Glen padahal  jelas suara Glen di belakangnya yang memanggil- manggil namanya, telinganya seolah tiba-tiba tertutup padahal suara Glen pun terdengar keras.

Mahira yang merasa jengkel hanya diam menelan ludah, selera makan menghilang meskipun dia sangat lapar dia enggan memesan makanan.

Setelah menunggu beberapa menit rupanya makanan Dimas datang, dan lagi-lagi Mahira dibikin kesal, di depan matanya Dimas berani menawarkan diri untuk menyuapi Asti Hasan.

Dan kali ini Mahira benar-benar kesal, ia menggeser kursi menggunakan kakinya dengan kasar, sehingga langsung menimbulkan suara gesekan yang kencang dan membuat Asti Hasan kaget sehingga merespon.

Dimas pun akhirnya tersadar jika mereka sudah ngobrol cukup lama, namun Dimas  tidak ingin pertemuannya dengan Asti kali ini akan menjadi pertemuan yang pertama sekaligus menjadi pertemuan terakhirnya, dia pun mencari akal agar pertemuannya bisa berlanjut.

Dimas yang merupakan seorang pebisnis dia mengajak Asti kerja sama, tapi Asti Hasan terlihat tidak memiliki kemampuan untuk bisnis. Hal ini terbaca oleh Mahira dia pandai menilai seseorang, dia paham pasti hal ini adalah modus saja yang dibuat oleh Dimas untuk bisa lanjut  sehingga ada alasan untuk mereka saling bertemu.

Jam menunjukkan pukul 11.30,  Glen yang sudah kelelahan bolak-balik menangis dan tentu saja suara tangisannya yang keras itu berhasil membuat mereka tidak nyaman sehingga akhirnya menyudahi obrolan mereka.

Reuni kali ini selesai, dan pastinya reuni itu memberikan kebahagiaan untuk Dimas namun sebaliknya untuk Mahira.

**********

Seminggu sudah berlalu dari kisah reuni itu, namun hubungan Dimas dan Asti Hasan makin dekat.

Ponsel Dimas sekarang makin sering di tangan dan Mahira hampir tidak bisa lagi untuk membuka-buka ponsel suaminya seperti dulu, bahkan pernah suatu hari Dimas membawa ponselnya ke kamar mandi ketika dia mandi.

Dimas juga sekarang lebih protektif terhadap ponselnya bahkan hingga disandi.

"Kenapa hp disandi?, Takut ketahuan ya chatmu dengan wanita tua itu ....", Ucap Mahira yang sudah tidak sanggup mengontrol emosinya

"Itu yang saya tidak suka dari kamu suka mengkorek-korek hal yang aku tidak suka .."nada bicara Dimas meninggi dan kasar, dia mengambil kunci  mobil dan pergi dengan membanting pintu.

Mahira pun menangis karena kelakuan suaminya itu, namun tiba-tiba Glen yang sedang tidur memanggil Mahira dari kamar, rupanya dia terbangun karena kaget oleh bunyi pintu yang dibanting keras tadi.

Mahira pun buru-buru menyeka air matanya dan merubah mimik wajahnya, menyembunyikan kesedihannya itu, dia tak ingin putra kesayangannya mengetahui ibunya sedang tidak baik-baik saja.

Mahira berjalan cepat menuju Glen dengan senyum ceria yang dibuat-buat, dia pun menghampiri putranya kemudian tidur dengan memiringkan badannya kearah Glen, dielusnya Glenn dengan kasih sayang, dia memeluknya dan memberinya susu.

Dalam hitungan detik Glen yang masih meminum ASI pun kembali tertidur lelap di pelukan ibunya.

Suasana kamar pun hening, hanya bunyi pendingin ruangan yang terdengar dan sesekali suara kendaraan yang lewat di luar sana.

Mahira pun kembali teringat peristiwa tadi, kembali air matanya menetes tak terbendung.

Dimas adalah suami yang egois meskipun dia salah, tetap saja tidak mau disalahkan, apapun yang dia lakukan harus di iya kan benar ataupun salah dia harus dianggap benar, Mahira harus selalu mengalah meskipun selalu sumber  kesalahan itu adalah kesalahan Dimas tapi tetap saja jadinya Mahira yang salah dan pada akhirnya Mahira yang meminta maaf demi bisa berbaikan dengan Dimas.

Dimas adalah tipe suami yang Maha Benar, menentang Dimas tidak akan bisa menang bahkan justru Mahira akan merasakan susah yang bertubi-tubi.

Sudah lewat tengah malam Dimas belum juga pulang, hal ini sebenarnya biasa saja untuk Mahira karena memang keseharian Dimas selama ini seperti itu jika bekerja. Ia sering sampai rumah jam 1 atau jam 2 malam bahkan kadang pagi hari baru pulang.

Bolak- balik mata Mahira melihat jarum jam dinding, waktu menunjukkan pukul 3.30 dini hari.

"DOR..DOR...DOR"

Mahira sangat kaget seseorang menggedor- gedor pintu rumahnya dengan sangat keras, Glen pun terbangun menangis ketakutan. Mahira segera meraih putranya dan menggendongnya.

"DOR..DOR..DOR", sekali lagi suara gedoran pintu itu dan lebih keras.

Mahira pun berjalan keluar dengan membawa Glenn dalam gendongannya untuk mencari tahu siapa yang melakukan itu.

Ia mengintip dari tirai jendela, betapa terkejutnya dia ternyata itu adalah Dimas.

Baru saja Mahira membuka kunci langsung Dimas nyelonong masuk mendorong Mahira hingga menyebabkannya hampir terjatuh.

"Bodoh kamu....", Ucap Dimas kasar kepada Mahira. Aroma tidak sedap keluar dari mulutnya, dan bau itu seolah merebak memenuhi ruangan.

Dimas berjalan sempoyongan menuju kamar dengan masih mengenakan sepatu, dia manjatuhkan tubuhnya di kasur, namun tak berapa lama kemudian dia bangkit menuju kamar mandi dan muntah-muntah.

Untuk menghindari pertengkaran Mahira memilih diam dan tidak berbicara sepatah kata pun, karena baginya percuma berbicara dengan orang yang sedang mabuk

Ia membawa Glenn ke kamar sebelah dan berusaha mengajaknya kembali tidur karena masih terlalu pagi dan di luar masih gelap.

*********

Woekkk....woekkk.....

Kembali terdengar suara Dimas yang sedang muntah- muntah, yang kemudian dilanjut dengan suara siraman air beberapa gayung ke kloset.

Dan sesaat kemudian pun kembali hening, hanya kicau burung murai milik tetangga Memecah sepinya pagi.

Mahira masih sibuk berkutat dengan rutinitas paginya, membuat makanan untuk keluarga kecilnya.

"Mahira, buatkan saya kopi...", tiba- tiba Dimas berseru dari ruang tengah memintanya untuk dibuatkan kopi hitam.

Mahira pun segera meninggalkan aktifitasnya, segera ia membuat kopi sesuai perintah suaminya. Ia tidak membiarkan suaminya menunggu lama, karena Dimas memang orangnya tidak sabaran.

"Ini kopinya...", Kata Mahira singkat sembari berbalik hendak menuju ke dapur.

Namun belum sempat Mahira melangkahkan kakinya, Dimas segera meraih tangan istrinya dan menariknya ke pelukannya.

"Aku matikan kompor dulu...", Jawab Mahira dingin, ia paham apa yang di inginkan suaminya saat ini.

Sebenarnya iya malas untuk meladeninya saat ini, tapi kalau dia menolak maka pertengkaran pasti akan terus berlanjut.

Setelah dia memastikan kompor gas nya telah dimatikan, kembali ia menghampiri suaminya yang sudah berbaring di tempat tidur menunggunya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
BayuAndira
baru skrg baca novel bab 3 sdh terkunci
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status