“I-ibu ... anak ... anakku. Tolong anakku Bu. Perutku sakit.”
Kevin mendengar itu segera berlutut di sampingnya dengan ekspresi panik dan cemas.
“Melissa, kamu baik-baik?”
Melissa meraih tangan Kevin dan menangis menyedihkan.
“Kevin, perutku sakit ... anak kita ... tolong selamatkan dia ....” isaknya menggenggam tangan Kevin erat dan menatapnya memohon.
Darah sedikit mengalir dari bawah gaunnya.
“Kevin, bantu selamatkan Melissa, dia tidak boleh kehilangan bayinya. Itu anak kamu!” Emily berpura-pura cemas dan berteriak memohon pada Kevin.
Kevin ketakutan mendengar kata-kata Melissa dan Emily.
“Bertahanlah, aku akan membawamu ke rumah sakit.” Dia meraih tubuh Melissa dari pangkuan Emily dan mengendongnya sambil berdiri.
“Anak?” Aria mendengar percakapan mereka membeku.
Bagaimana Melissa bisa mengandung anak Kevin? Kevin adalah tunangannya!
Kevin mendongak menatap Aria yang membeku di atas tangga. Sorot matanya penuh amarah saat dia memandangnya
“Aria, jika terjadi sesuatu pada Melissa dan anakku, aku tidak akan memaafkanmu!”
Melissa diam-diam melirik Aria dan menyeringai padanya. Dia seolah memprovokasi Aria dengan mengalunkan tangannya di leher Kevin dan bersandar di dadanya dengan posisi mesra.
Aria menggigit bibir bawahnya melihat provokatif Melissa. Dia menggelengkan kepalanya merasa tidak adil dituduh sesuatu yang tidak dia lakukan. Dia tergesa-gesa berlari turun dari tangga.
“Kevin, bukan aku yang mendorongnya. Dengarkan penjelasanku! Dia sendiri yang ja—” Dia meraih lengan Kevin dan ingin menjelaskan kepura-puraan Melissa.
“Akh! Kevin, perutku sangat sakit!” Melissa berpura-pura merintih kesakitan sambil memeluk perutnya.
Dia tidak akan membiarkan Aria membela diri dan membongkar kebohongannya.
Kevin langsung menunduk memandang Melissa cemas, dia menggeram menarik tangannya dari Aria.
“Tunggu membuat perhitungan denganmu! Minggir!” Dia menabrak bahu Aria keras sebelum tergesa-gesa keluar dari rumah itu dengan Melissa dalam gendongannya.
Aria meringis kesakitan memegang bahunya. Matanya memerah memandang punggung Kevin.
“Kevin ....” Dia ingin mengejar Kevin putus asa.
“Dasar gadis sialan!” Emily tiba-tiba menarik rambutnya.
Tubuh Aria tertarik ke belakang akibat jambakan Emily. Sebelum dia bereaksi, Emily menampar wajahnya keras.
Tubuh Aria terhuyung jatuh ke lantai dengan suara keras. Dia memegang pipinya menatap Emily dengan tatapan takut.
“Ibu ... bukan aku yang mendorong Melissa ....” dia terbata-bata sambil memegang pipinya yang terasa sakit akibat tamparan ibu tirinya.
“Diam!” Emily membentak marah dan menarik rambutnya kasar.
“Arrggg sakit!” Aria menjerit kesakitan. Dia menatap ayahnya sedari tadi diam dengan tatapan memohon.
“Ayah ....”
Namun Stefan terlihat tidak peduli memandangnya yang disiksa oleh Emily.
“Kamu gadis sialan, kami sudah membesarkan kamu selama ini, memberimu makan dan menyekolahkan kamu, beraninya kamu menyakiti Melissa! Apa kamu tahu anak siapa yang dia kandung?!” bentak Emily penuh emosi.
Aria menggelengkan kepalanya tidak ingin mendengar. Air mata mengalir di pipinya. Dia tidak ingin percaya bahwa Kevin menghianatinya dan menghamili saudara tirinya.
Emily membungkuk menatapnya dengan pandangan merendahkan dan senyum kepuasan.
“Sekarang Melissa mengandung anak Kevin, pewaris keluarga Derrick! Jika terjadi sesuatu pada anak yang dikandung Melissa, aku tidak akan memaafkanmu. Aku akan membuatmu membayar jika sampai cucu keluarga Derrick hilang!” ancam Emily tersenyum kejam.
Dia melepaskan jambakannya dari rambut Aria dengan kasar dan berbalik menghadap Stefan yang sedari tadi diam.
“Sayang, ayo pergi ke rumah sakit. Kita harus berada di sisi Melissa. Bagaimana kalau putri kita trauma karena jalang itu?” Dia berkata dengan penuh kekhawatiran dan ekspresi sedih.
Sangat berbeda dengan kekejamannya saat mengancam Aria.
“Jangan khawatir, Kevin akan merawatnya. Mari kita ke rumah sakit sekarang,” ujar Stefan lembut menenangkan istrinya.
Tanpa memedulikan Aria, dia membawa Emily meninggalkan rumah itu, meninggalkan Aria yang sangat terpukul di lantai.
Air mata mengalir di pipi Aria memandang punggung ayahnya yang sama sekali tidak memedulikannya.
Apa yang dia harapkan? Ayah sudah lama berubah saat dia membawa selingkuhannya beserta putrinya ke rumah ini.
Aria tersenyum pahit dan menghapus air matanya. Dia bangun dan susah payah naik ke lantai dua.
Setiap kali dia bergerak menaiki undakan tangga, dia meringis kesakitan. Tubuhnya terasa sakit karena kejadian semalam yang merengut keperawanannya. Di tambah kekerasan yang diterima dari Melissa dan Emily menambah luka di tubuhnya.
Namun rasa sakit itu tidak sebanding dengan sakit di hatinya karena pengabaian ayahnya dan pengkhianatan Kevin, teman masa kecil sekaligus tunangan yang dia cintai.
Aria berbaring di atas kasurnya dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Dia tidak berganti pakaian. Dia ingin mengistirahatkan tubuhnya yang kesakitan dan lelah.
Dia meringkuk memeluk tubuhnya dalam selimut. Air mata mengalir pipinya saat dia memejamkan matanya.
“Ibu ....” isaknya lirih.
Dia merindukan keluarganya yang dulu penuh kehangatan dan ayah yang masih peduli pada dirinya. Dia sangat menyedihkan dalam keluarga Crowen.
Semuanya berubah ketika ibunya meninggal dan ayahnya membawa perempuan itu dan putrinya ke dalam keluarga ini.
Aria membenamkan wajahnya ke dalam bantal meredam tangisannya.
....
Aria menatap kosong cermin wastafel di depannya. Refleksi dirinya dalam cermin sangat menyedihkan.
Rambutnya acak-acakan. Matanya sembab dan merah, pun dengan wajahnya yang memar keunguan karena tamparan kejam dari Melissa dan ibu tirinya.
“Kamu menyedihkan Aria,” bisiknya parau pada dirinya sendiri.
Dia sudah berusia 22 tahun namun masih tidak berdaya melawan Melissa dan ibu tirinya. Aria tidak bisa melawan Melissa dan ibu tirinya.
Dia masih membutuhkan dukungan finansial dari ayahnya demi biaya pengobatan adiknya yang terbaring lemah di rumah sakit karena penyakit jantung dari kecil. Karena itu mentolerir semua penganiayaan ibu tirinya dan Melissa.
Raelina membuka keran air dan mencuci mukanya. Dia menatap wajahnya di cermin.
Dia harus menemui Melissa dan Kevin di rumah sakit untuk meminta penjelasan mereka. Mengapa Melissa bisa hamil saat Kevin masih berstatus tunangannya.
Meski dia takut pada Emily dan Melissa, Aria memberanikan dirinya menemui mereka. Lagi pula keluarga Derrick pasti akan sudah mendengar berita ini.
Mereka pasti akan mendukungnya karena dia tunangan Kevin secara sah dan memiliki kontrak kerja sama dengan perusahaan sejak ibunya masih hidup.
Aria menyemangati dirinya. Dia segera mandi dan berganti pakaian sebelum pergi ke rumah sakit.
Sesampainya dia di rumah sakit, Aria bertanya kamar rawat Melissa di meja resepsionis.Setelah mendapatkan nomor kamar Melissa, Aria menuju ke lantai tujuh yang dikhususkan untuk pasien VIP.Aria berhenti di depan pintu kamar rawat Melissa yang tertutup. Dia mengangkat tangannya ragu-ragu ingin membuka pintu itu.Dia mendengar suara Melissa dari dalam tampak sedang mengobrol riang.Saat Aria mengintip dari balik kaca kecil di pintu, dia melihat keluarga Derrick sedang mengobrol hangat dengan Stefan dan Emily.Kevin duduk di sebalah Melissa yang mengenakan pakaian pasien dan mengupas jeruk untuknya. Dia merawatnya seperti seorang suami. Mereka seperti pasangan yang mesra.Aria mengepalkan tangan di sisi tubuhnya melihat adegan itu dari balik kaca.Wajah semua orang sangat ceria, tidak seperti keluarga Derrick terganggu dengan berita kehamilan Melissa yang mengandung anak Kevin yang merupakan tunangan Aria.Aria menarik napas dal
Kevin mencengkeram ponsel Emily erat-erat dan menatap Aria dengan mata merah menahan amarah.“Tidak pernah berselingkuh? Lalu apa ini?!” Kevin menunjukkan foto-foto Aria ke wajah gadis itu kasar.“Kamu berpura-pura menyedihkan menuduhku berselingkuh dengan Melissa dan bahkan ingin membunuh anakku? Tapi lihat dirimu berselingkuh dengan banyak pria berbeda di belakangku, kamu jalang menjijikkan!” ujar pria itu meludah dingin.Wajah Aria sangat pucat melihat foto-foto yang memuat wajahnya bersama pria yang sama sekali tidak dikenalnya.“Itu bukan aku, Kevin percayalah padaku, aku tidak-tidak mengenal pria-pria itu,” ujarnya membantah kalut.“Kevin, biar Ibu lihat.” Kate menghampiri Kevin dan meminta ponsel Emily.Kevin menyerahkan ponsel Emily padanya dengan ekspresi muram.Emily tersenyum puas melihat Kate melihat foto-foto Aria yang seperti pelacur.Dia tak lupa mengompori, &
Kevin membanting pintu dengan keras hingga menarik perhatian beberapa pengunjung yang lewat.Mereka berbisik-bisik melihat seorang gadis duduk di lantai dengan menyedihkan.Di ujung lorong seorang pria berjas hitam dengan jahitan khusus dan mewah berhenti sesaat. Dia mengernyit menatap gadis yang duduk di atas lantai rumah sakit. Tangannya di masukan ke dalam saku celananya menatap Aria dari kejauhan dengan ekspresi datar.“Tuan Clark, ada apa?” Sekretaris di sebelahnya bertanya melihat Dario tiba-tiba berhenti.Dario tidak menjawab, dia menatap lurus gadis yang masih duduk di lantai.Aria menyadari pandangan para pengunjung pada dirinya. Dia dengan cepat.Dia dengan cepat bangkit sambil menghapus air matanya. Pipinya terasa perih saat dia mengusap air matanya. Aria meraba pipinya dengan ekspresi muram. Bayangan saat Kate menamparnya terbayang-bayang dalam benaknya. Baik ayahnya dan Kevin hanya menatapnya dengan mata dingin saat
“Apa yang kamu tunggu, cepat pergi dari sini sebelum kami memanggil satpam untuk mengusirmu!”Aria mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin berharap kasih sayang pada Stefan lagi. Dia menatap ayahnya dengan berani.“Ini rumah ibuku, aku tidak akan pergi dari rumah ini!” serunya mengepalkannya.“Yang seharusnya pergi dari rumah ibuku adalah kalian!”Raut wajah Emily dan Stefan sontak berubah. Stefan mengangkat tangannya menampar Aria.“Anak kurang ajar!”Suara tamparan itu bergema di halaman.Melissa dan Emily menutup mulut terkejut melihat Stefan menampar Aria untuk pertama kalinya. Namun raut wajah mereka berubah menjadi ekspresi puas dan mengejek pada Aria.Aria membeku, kepalanya menoleh ke samping akibat tamparan keras Stefan. Wajahnya yang memar parah semakin memar dan bengkak karena tamparan ayahnya.Aria memegang pipinya sambil menoleh menatap Stefan, mat
Ketika Aria sampai di rumah sakit. Dia melihat kamar rawat Ramus VIP di pindahkan ke bangsal biasa.Aria bersyukur rumah sakit tidak segera mencabut peralatan medis dari tubuh Ramus dan tidak menyebabkannya meninggal.“Terima kasih suster.” Aria berterima kasih pada suster yang bertugas jaga merawat bangsal adiknya.“Apa kamu keluarga dari pasien ini?” Suster itu bertanya sambil memegang papan grafik di tangannya.Aria menganggukkan kepalanya.“Benar suster, saya kakak Ramus.”“Keluargamu sudah mencabut biaya perawatan pasien. Kami tidak bisa merawat pasien ini lagi dan harus mencabut peralatan medis di tubuh pasien. Jika Anda ingin melanjutkan perawatan pasien, mohon untuk segera membayar biaya rumah sakit atau kami harus dengan terpaksa mencabut peralatan medis di tubuh pasien,” ujar Suster itu membaca catatan medis Ramus di tangannya.Aria meraih tangan suster itu dengan cemas.
“Sayang, ini rumah sakitmu kan, bisakah kamu membebaskan Aria dari membayar biaya perawatan adiknya demi aku? Aria sudah dianiaya oleh keluarganya, dia tidak bisa membayar biaya rumah sa—““Jangan!” Aria berseru tiba-tiba memotong ucapan Hanna.Hanna menoleh menatapnya dengan tatapan bertanya. Sementara ekspresi Dario sangat datar.“Jangan lakukan itu. Aku bisa membayar biaya rumah sakit adikku,” ujarnya dengan ekspresi tenang.“Mengapa kamu menolak? Aku ingin membantumu mengurangi bebanmu. Aku tahu kondisimu lebih baik daripada orang lain. Kamu tidak bisa membayar biaya rumah sakit Ramus apalagi setelah ayahmu tidak peduli lagi pada Ramus,” ujar Hanna mengerucutkan bibirnya cemberut.Aria menarik napas dan menatap sahabatnya dengan senyum dipaksakan.“Aku tahu kamu bermaksud baik. Terima kasih. Tapi aku tidak ingin berutang budi padamu.”Terutama Dario, lanjut Aria dalam hati.
Wajah Aria memanas, dia berjuang mendorong tubuh Dario menjauh darinya.“Lepaskan aku!” desisnya mendorong dada pria itu sekuat tenaga.Namun tubuh pria bergeming. Dia meraih tangan Aria dan menekan tangannya di atas kepalanya.“Aria Crowen, beraninya kamu kabur saat itu,” desisnya dengan suara rendah di samping Aria.Aria berhenti meronta dan menatap mata Dario bingung.“Apa maksudmu?”Dario tertawa sinis dan menatapnya lekat-lekat. Dia mencubit dagunya dan membuatnya mendongak.“Setelah apa yang lakukan kita malam itu, mengapa kamu kabur? Apa kamu pikir aku orang yang bisa kamu tinggalkan sesuka hatimu?”Aria mengerjap sesaat. Cengkeraman Dario di dagunya terasa sakit. Dia menatap wajah Dario yang teramat dekat dengannya.Pria itu menatapnya dengan senyum sinis di wajahnya. Sorot matanya penuh dengan kemarahan.Aria mengepalkan tangannya. Dia yang seharusnya merasa dirugikan karena kehilangan keperawanannya, namun pria itu memojoknya di ruang ge
Aria berhenti. Dia mendongak menatap gedung perusahaan Clark Corporation.Dia tidak tahu apa yang merasukinya hingga mau menerima tawaran Hanna datang ke perusahaan Dario untuk melamar kerja magang.“Apa yang kamu tunggu? Cepat masuk!” Hanna di sebelahnya mendesak Aria masuk ke kedung perusahaan Clark.“Tapi Hanna ....” Aria menahan tangannya, sangat enggan masuk ke perusahaan Dario.Apalagi setelah tindakan cabul yang dilakukan pria itu padanya di rumah sakit. Memasuki perusahaannya hanya membuat dirinya masuk ke sarang serigala.Apalagi setelah dia memperingatkan Dario untuk menjauh darinya.“Kenapa?” Hanna berbalik menatapnya cemberut.“Bukankah kamu sudah setuju untuk bekerja di perusahaan Dario? Apa kamu ingin menarik ucapanmu?” kata Hanna tidak sabar.“Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku ....” Aria menatap ke sekeliling gelisah memikirkan alasan untuk diberikan