Di sebuah taman kota, Aria duduk merenung di bangku taman memandang Dario yang mencoba bermain dengan si kembar.Pria itu masih kaku untuk bersikap intim pada putranya. Namun putranya mewarisi sifatnya ketus tidak bisa akrab dengan ayahnya sendiri yang akhirnya menyebabkan perkelahian mereka sendiri.Delin cekikikan menjulurkan lidahnya pada Dixon yang jual mahal melihat kedekatannya dengan ayah mereka.Aria tersenyum melihat pemandangan itu lalu tertunduk sambil menghela napas.Sudah tiga hari berlalu, namun Aria masih belum menemui Seth. Tidak ada keluarga Garrett yang menyadari dia absen mengunjungi Seth sejam bangun dari koma. Mereka tampak fokus dengan kebahagiaan Seth yang baru bangun dari komanya.Meski begitu, Aria menyadari dirinya seperti orang luar di keluarga Garrett.“Sayang ....”Aria tersentak merasakan seseorang mengguncang pundaknya. Dia mendongak dan bertatapan dengan Dario menatapnya dengan kening berkerut. Pria itu berlutut di depannya yang sedang duduk di bangku t
“Kamu tahu karena pamanmu, aku terpisah dari anak-anak dan kamu.”Aria meringis, merasa bersalah. Setelah dipikir-pikir Dario banyak berjuang dan banyak waktu yang terpisah dari anak-anak.Masalah selalu datang silih berganti tidak membiarkan mereka bersama. Aria tidak begitu memperjuangkan keluarga kecil mereka, perhatiannya terbagi antara Dario dan keluarga Garrett.“Maaf ....” bisiknya lirih sambil meremas tangannya.Dario berdiri dari posisinya dan mengulurkan tangannya pada Aria.Aria mendongak dan menatap pria itu.“Sayang, lupakan masalah saat ini, mari kita fokus pada keluarga kecil kita sendiri,” ujarnya sambil tersenyum.Di belakangnya terdengar tawa anak-anak .Mata Aria berkaca-kaca mendengar ucapan pria itu. Dario tidak pernah menyerah setelah semua yang mereka lalui. Tinggal dirinya yang harusnya memberi dukungan.Aria tersenyum meraih tangannya. Dia sudah bertekad untuk memperjuangkan keluarganya.“Papa! Liat Dixon tembak Delin dengan pistol air!”Dario dan Aria menoleh
Aria menegang sesaat sebelum kemudian menghela napas.“Kamu sudah tau ya?” bisiknya lirih dengan suara pelan.“Hm, aku mendengar dari James ayahku memaksamu untuk dengan menikah denganku saat aku koma,” ujarnya dengan suara tenang menatap wanita di depannya.Aria menggigit bibirnya sambil menundukkan kepalanya menghindari tatapan Seth.“Maaf, aku—““Aku sudah menolak,” potong Seth tanpa basa-basi.“Hah?” Aria mendongak menatapnya dengan pandangan bertanya dan tidak mengerti.“Menolak? Apa yang kamu maksud?”Seth menatapnya dengan ekspresi tenang. Senyum kecut terbit di sudut bibirnya.“Aku sudah mengatakannya pada ayahku bahwa aku tidak akan menikah dengan kamu. jadi kamu tidak perlu khawatir dipaksa menikah denganku.”Aria berkedip sebelum menatap pria itu dengan mata membelalak.“A ... apa kamu bilang? Kamu serius?!” Ekspresi keterkejutan dan lega terlihat jelas di wajah Aria.Dia merasa seolah beban di pundaknya terangkat dan tidak bisa menahan senyumnya yang tidak ditutupi.Seth m
Aria menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Air mata mengalir di pipinya. Dia mengenal Seth selama tujuh tahun dan menganggapnya sebagai kakak kandung yang sangat dekat dengannya.Dia tidak ingin menjauh dari pria itu, namun akan sangat kejam bagi Seth melihatnya bahagia dengan pria lain.“Seth ... maafkan aku,” bisiknya lirih menundukkan kepalanya.“Aria, tolong pergilah .... kamu harus meninggalkan Capital tak peduli apa pun yang terjadi pada keluarga Garrett.”Aria mendongak menatapnya dengan pandangan tidak mengerti. Seth mendesaknya untuk meninggalkan Meksiko membuatnya bertanya-tanya. Dia ingin bertanya namun sebuah ketukan di pintu membuat mengalihkan perhatian mereka.Aria dan Seth menoleh ke pintu dan melihat seorang suster masuk.“Maaf mengganggu, Tuan Seth saya harus mengecek kondisi Anda,” ujar perawat itu sopan mendekati mereka. Aria menatap Seth ingin menanyakan maksud ucapannya tadi. Namun Seth tidak menatapnya dan berbaring di tempat tidur sambil menutupi matanya dengan
“Aku memang menyukai Aria, namun aku tidak ingin perasaanku dibalas dengan hutang budi. Jadi Ayah berhenti saja sampai sini.” Dia menatap Joseph dengan tatapan memohon.“Aria tidak berhutang apa pun padaku. Karena ayah ....” Dia menatap Joseph dengan tatapan pahit.“Aku tahu kamu terlibat dalam insiden ini.”“Ayah, kumohon berhenti saja sampai sini.” Seth memohon dengan pahit.Joseph terdiam dengan kening berkerut.“Aku tidak ingin terlibat apa pun lagi dengan Aria, tolong izinkan Aria pergi dan menikah dengan Dario ....” Seth berhenti sejenak sebelum melanjutkan ucapannya.“Perasaan aku pada Aria hanya sebagai kakak. Jadi ayah jangan memaksa kami menikah. Itu tidak adil bagi Aria dan anak-anaknya, juga sangat menyesakkan bagi.”Joseph menatap Seth dengan ekspresi tenang.“Apa kamu yakin?”Seth mengangguk dengan tegas.Sebaliknya Joseph tampak muram.“Lalu apa yang akan kamu lakukan selanjutnya? Ayah tahu kamu sangat menyukai Aria. Kamu bahkan selalu menolak berkencan dengan gadis yan
Dia berjalan keluar dari kamar rawat Seth dan menelepon istrinya untuk memberi kabar bahagia.Seth tersenyum kecil melihat antusias Joseph. Begitu ayahnya keluar dari kamar rawatnya, senyum memudar di wajahnya digantikan dengan wajah tanpa ekspresi.Dia menoleh menatap keluar jendela.Yah, ini mungkin keputusan yang baik untuk melupakan Aria.Ketika dia melihat keluar jendela, tetap pada saat itu dia melihat Aria bergandengan tangan dengan Dario di sebelahnya -tampak sedang berbincang- sambil tersenyum seolah dia sangat bahagia.Seth tersenyum tenang pada dirinya sendiri.Benar, mungkin ini yang terbaik bagi semua orang.....Dario dan Aria sekali meminta restu pada keluarga Garrett agar mereka bisa menikah karena bagaimana pun keluarga Garrett masih keluarganya. Aria masih membutuhkan sosok Joseph mendampinginya mengantarnya di altar pernikahan karena Ayah kandungnya masih terbaring sakit di rumah sakit.Hal mengejutkan pasangan itu adalah keluarga Garrett memberi mereka restu, bahka
“Dixon, ayah minta maaf sudah pernah menyakiti ibumu dan tidak ada di sisi kalian ketika kamu dan Delin lahir.” Dia berhenti sejenak menatapnya dengan lembut.“Tapi orang dewasa selalu memiliki alasan. Ketika kamu sudah dewasa kamu akan mengerti.”Dixon mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan ucapan Dario.Dario tersenyum dan mengusap rambutnya.“Kamu akan mengerti kamu sudah dewasa. Tapi Ayah berjanji tidak akan menyakiti ibumu. Ayah akan membuat ibumu bahagia dan menjaga kamu dan Delin” ujarnya berjanji sambil mengulurkan jari kelingkingnya.Dixon menatap ragu-ragu, namun masih jual mahal.“Ayolah jagoan, jangan membuat ayah menunggu.” Dia meraih tangan Dixon dan mengaitkan jari kelingkingnya.Jari kelingking besar dan kecil saling bertaut.Dixon menatap jari kelingkingnya yang saling bertaut dengan kelingking ayahnya yang kekar. Dia cemberut melihat jarinya terlihat mungil tak sebanding dengan miliknya ayahnya.Suatu saat nanti jarinya akan lebih kekar jika dia tumbuh dewasa,
Delin dan Dixon berada di belakang Aria menatap mereka dengan pandangan bertanya-tanya melihat ibu mereka menangis.“Jangan menangis lagi, Nak. Anak-anakmu akan cemas,” ujar Joseph menatap si kembar.Aria melepaskan pelukannya dengan malu.Joseph kemudian memanggil penata rias untuk memperbaiki riasan Aria sebelum mengikuti staf untuk bersiap ke altar.“Kamu siap?” Joseph mengulurkan tangannya sekali lagi pada Aria.Aria menenangkan kegugupannya sebelum melingkarkan tangannya di lengan Joseph sambil tersenyum.Pintu ganda yang menghubungkan ruangan mereka ke pesta terbuka. Terdengar suara dentingan piano dan para tamu berdiri melihat penganti wanita muncul dengan walinya.Aria tersenyum melihat keluarga Garrett berada di urutan pertama bertepuk tangan ketika Aria muncul. Mereka tersenyum dan melambaikan tangan padanya seolah ikut berbahagia bersama wanita itu.Mata Aria berkaca-kaca menatap keluarga Garrett yang hadir di pernikahannya, dia membalas senyum mereka. Dia mengalihkan panda