Share

Motif Lain

Matahari sudah menempati posisi di atas kepala manusia akan tetapi tidak menyurutkan aktivitas di bawah langit tanpa payung yang berperan sebagai pelindung, kecuali sebagian menggunakan kendaraan beratap dan sebagiannya menetap dalam suatu ruangan untuk berlindung dari sinarnya yang membakar kulit.

Sama seperti pasangan sejoli yang baru bangun dari tidurnya di tengah hari yang terik ini, keduanya masih saling terhubung oleh pelukan dengan bermandikan keringat karena diruangan ini tidak ada Air Conditioner (AC) sehingga produksi keringat terus berjalan walau sedang tidak melakukan aktivitas juga mereka masih saling dalam posisi menempel yang makin menyebabkan kegerahan.

Giliran sang pria yang menjadi orang pertama bangun dari tidurnya lalu pandangannya jatuh pada rambut berwarna hitam legam milik kekasihnya, ia pun menempelkan bibirnya pada puncak kepala wanitanya sebelum mengusap lengannya agar terbangun.

Gerakan halus dari tangan besar sang pria yang diketahui bernama Pahing tersebut, akhirnya bisa membuat wanita dalam dekapannya terbangun.

“Hmmh.” Gumam sang wanita yang merasa terusik dalam tidurnya akan tetapi pada akhirnya harus tetap membuka matanya karena kini wajahnya dihujani oleh ciuman kecil dari Pahing.

“Ih, Mas. Aku capek, sudah dong.” Protes sang wanita sambil mencoba untuk menjauhkan tubuhnya dari Pahing tapi gagal karena Pahing memeluknya kuat.

“Kamu imut sekali sayang, Mas makin cinta sama kamu.” Ucap Pahing dengan suara deep-nya dan agak terdengar serak.

“Gombal.” Sang wanita bertingkah malu-malu dan tidak berusaha untuk menyangkal uacapan Pahing.

“Duh, Mas lepas dong. Badanku lengket nih, aku mandi duluan ya?” Pinta sang wanita merasa tidak tahan dengan tubuhnya yang berkeringat.

“Bagaimana kalau kita mandi bersama?” Goda Pahing sambil mengerlingkan matanya, nakal.

“Gak ya, yang ada kamu tuh bakal buat lama. Ayolah, Mas.” Tolak sang wanita mentah-mentah, sudah cukup semalam dia dibuat lelah dan sekarang tidak lagi.

Akhirnya Pahing pun melepaskan tangan kekarnya dari tubuh polos kekasihnya tersebut dan sekali lagi tanpa tahu malu, kekasih hatinya itu berjalan leluasa tanpa sehelai kain yang membungkus tubuhnya. Ia juga memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai.

Sementara itu Pahing menatap kekasihnya dengan mata lapar yang ingin menerkam kembali, sebelum keinginan tersebut menguasai pikirannya. Ia pun mengalihkan tatapannya.

***

Berdiri di bawah shower yang menyala yang membasahi tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan merata.

Pandangannya yang tadi penuhi di oleh rasa malu-malu di depan prianya, lenyap begitu saja sejalan dengan air yang turun ke bumi.

Dia bagai orang lain dengan kepribadian yang baru, cara menggosok tubuhnya pun agak kasar yang menyebabkan kulitnya memerah. Ia melakukan hal tersebut berharap bisa menghilangkan jejak menjijikan dari ‘kekasihnya’ semalam.

Sebetulnya menjijikan juga disentuh oleh pria yang sudah beristri walau baru sekali rasanya dia sudah ingin muntah dari semalam, benar sekali. Mereka baru berhubungan intim dan ia berharap tidak akan ada yang terjadi dua kali, enak saja tubuh dipakai sesuka hati. Apalagi Pahing bukan pria yang bisa memenuhi semua kebutuhannya, dia bukan pria kaya yang dari lahir sudah bisa dihujani oleh uang. Pahing hanya berasal dari keluarga berada dan pekerjaan sebagai SuperVisor (SPV) disalah satu perusahaan cukup ternama yang bergerak dibidang tekstil dikotanya, walaupun gajinya agak tinggi diabandingkan dengan karyawan biasa tapi tetap saja kan tidak bisa membiayai dua wanita dalam hidupnya? Benarkan?

Dibalik itu semua, ia memiliki alasan tersendiri kenapa sudi berhubungan dengan pria hidung belang macam Pahing. Tentu saja, dia masihlah waras jika boleh dibilang begitu pada awalnya sebelum memilih jalan ini. Tenang saja, kewarasan masih sepenuhnya milik dia pribadi kok.

Setengah jam sudah berlalu sejak ia berdiri di bawah guyuran shower karena merasa belum puas menghilangkan bekas dari tubuhnya sebelum ketukan pintu dari luar pintu kamar mandir menyadarkannya, dia pun harus mempercepat urusannya.

“Dek, Apa masih lama? Perut Mas sudah keroncongan minta diisi.”

“Iya, Mas. Ini juga sudah mau selesai, sebentar lagi Adek keluar.” Teriaknya dari dalam kamar mandi, ia lalu mematikan shower dan mengusap buliran air dari tubuh basahnya menggunakan handuk baru yang tersedia di dalam lemari kecil yang terletak dikamar mandi tersebut.

Baru saja pintu kamar mandi terbuka, tubuhnya sudah dikukung oleh tubuh milik Pahing dan mengendusnya juga.

“Mas.” Peringatnya, yang satu tangannya memegang ujung yang terlilit agar tidak jauh dan satunya lagi mendorong dada Pahing agar memberi jarak diantara keduanya.

“Iya, iya. Maafin Mas ya Dek, habisnya kamu wangi sekali sih.” Elak Pahing tak tahu malu, ia bahkan berdiri dihadapan kekasihnya tanpa busana.

Apakah mereka memang pasangan yang diciptakan oleh surga? Ah, bukan. Jika iya, tidak akan ada yang namanya status yang berbeda diantara dua anak manusia tersebut. Mereka hanya sedang bermain api, melebihi batas cuaca terik siang ini yang mungkin akan membakar keduanya nanti. Bermain api itu sama sekali tidak ada jaminan keselamatannya, harap hati-hati.

Pahing masuk ke dalam kamar mandi, menyisakkan celah untuk kekasihnya memberikan handuk padanya. Padahal mereka sudah saling melihat tubuh telanjang satu sama lain tapi wanitanya masih merasa malu-malu dan tentu saja itu menjadi daya tarik tambahan selain cantik, body pun aduhai sekaligus menggemaskan.

Pintu kamar mandi benar-benar tertutup rapat, senyum malu-malu yang tadi tersemat dibibirnya luntur seketika.

Nama wanita itu adalah Eri, seorang wanita yang tengah bermain menjadi orang ketiga dirumah tangga orang lain. Usiangnya masih terbilang muda, dua puluh tiga tahun bulan depan. Masih masuk ke dalam kategori yang sedang untuk ukuran sebagai perebut laki orang atau biasa disingkat dengan pelakor, ada banyak yang berada dibawah dibawahnya dalam hal usia dan malah menjadikan ini sebagai salah satu profesi tetap karena pemasukan yang besar jika tidak salah pilih suami orang.

Namun, bukan itu konteks yang sedang diincar oleh Eri sendiri. Ada hal yang lebih menarik yang bisa dia dapatkan yaitu kepuasan batin melihat kehancurkan dengan kedua mata telanjangnya.

Jika bukan karena itu, Eri juga pasti akan pilih-pilih apabila ingin menjadi penyusup dirumah tangga orang lain. Minimal statusnya sebagai pejabatlah atau seorang pengusaha agar pemasukkan terus mengalir deras tanpa harus bekerja keras.

Ah, lain kali dia juga tidak ingin ‘tidur’ bersama Pahing lagi karena pria hidung belang itu ternyata memiliki ejakulasi dini. Ditambah ia harus berpura-pura menikmati itu semua di bawah kukungan Pahing, menyebalkan sekali.

Oh, sialannya lagi. Bahkan lebih panjang jari-jarinya ketimbang benda yang bergelantung diantara kedua paha Pahing.

Eri hanya ingin tertawa sekaligus menangis, tidak tahu mana yang harus didahulukan. Bisakah dia melakukan keduanya secara bersamaan?

Sorot mata Eri yang terlihat sayu, sudah tak sabar ingin menghabisi keduanya sampai ke tulang, sebenarnya apa yang menjadi penyebab Eri melakukan semua ini?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status