Share

6. Pinjam Uang

Bab 6 

"Kalau teman-teman kamu nggak ada yang mau bantu, bawa aja tuh barisan sepatu sama tas bermerek kamu ke pegadaian! Gadaiin tuh sana!" ucap Bagas.

Kirana sebenarnya sudah sangat lelah dihakimi. Namun, dia memilih mengalah jika dengan meluapkan segala kekesalannya, kakaknya itu bisa menolongnya.

"Mana bisa gadaiin yang kayak gitu? Harapan aku cuma kamu, Kak. Kita ini saudara. Meski nggak satu darah, tapi kita dibesarin dari kecil. Kita punya orang tua yang sama, lebih tepatnya orang tua kamu yang udah adopsi aku," keluh Kirana lemah.

"Iya, tahu. Tapi kan yang punya utang banyak itu kamu, bukan Kakak.

Sahutan kakaknya itu sangat menohok sampai Kirana tidak tahu harus berkata apa lagi. Ia menarik napas sambil menatap langit-langit rumah mereka. 

Ponsel gadis itu tiba-tiba berdering. Seorang teman semasa SMA menghubunginya.

"Na, ikut aku reuni, yuk!" ajak gadis dari seberang ponsel itu. 

"Reuni?" tanya Kirana dari tempat tidur sambil menahan napas. 

"Iya, aku mau ngadain reuni temen-temen kita aja. Kan besok aku ulang tahun," tutur Sandra. 

Terbersit pemikiran gila Kirana mengenai utang kartu kredit yang harus dia lunasi. Sandra merupakan publik figur yang tengah naik daun bersama Aris. Dia lantas membuang rasa gengsi di dirinya untuk meminjam uang pada Sandra.

Jantung Kirana sedikit berdebar. Akan tetapi, gadis itu tahu kalau dia harus menyampaikan maksudnya. Mungkin saja Sandra bisa membantunya.

"Umm … Sandra … Aku mau minta tolong, bisa?" tanya Kirana yang akhirnya memberanikan diri.

"Mau minta tolong apa?" tanya Sandra.

"Aku boleh nggak pinjam uang sama kamu?" kata Kirana akhirnya. la berkata dengan malu-malu. 

"Pinjam uang, berapa?" 

"Kalau bisa, aku mau pinjam uang kamu lima belas juta. Aku nggak maksa sih kalau kamu nggak bisa ya udah nggak apa-apa." Kirana yakin kalau Sandra pasti akan menolaknya. Namun, di luar dugaan, Sandra malah langsung mengiyakan. 

"Oke, aku pinjemin."

Kirana langsung merasa bersyukur di balik sikap menyebalkan Sandra yang sebenarnya, ternyata temannya itu masih bersimpati padanya.

"Tapi, Na ... aku juga mau minta tolong," ujar Sandra setelah mengiyakan permintaan Kirana. 

"Mau minta tolong apa?" tanya Kirana dengan hati-hati.

"Temenin aku ke villa pas reuni besok. Kamu yang nyetir ya soalnya aku capek, bisa kan? Masalahnya manajer aku sakit. Kamu bisa kan nyopirin aku?"

"Emang reuninya jam berapa?" tanya Kirana.

"Jam delapan malam lah. Soalnya aku udah buat janjinya jam segitu. Nanti di villa sekalian aku kasih uangnya. Mau kan?" tanya Sandra memastikan.

Karena Kirana butuh uang, gadis itu terpaksa menyanggupi permintaan tersebut. Setelah memutuskan sambungan telepon, ia langsung meminta izin pada Bagas. Terserah mau diomeli apa diacuhkan, yang jelas ini jalan satu-satunya demi mendapatkan uang.

***

Malam itu, Kirana mengganti pakaiannya. Tidak lupa juga dia mengenakan jaketnya yang paling tebal. Di musim hujan seperti sekarang area menuju ke Desa Villa yang berada di dataran tinggi pasti sangat dingin. Kirana tidak mau tubuhnya menggigil.

Saat keluar kamar, Kirana mendapati sang kakak sudah tidak ada di ruang tengah. Biasanya Kak Bagas akan menonton tv di jam jam saat itu. Ruang tengah mereka kosong. Kirana lalu beranjak menuju kamar kakaknya yang pintunya terbuka.

Kamar Bagas juga kosong. Begitu pula dengan kamar mandi. Kirana tidak menemukan sosok kakaknya di segala penjuru rumah. Kemudian, dia teringat kalau itu hari minggu. Jadwal sang kakak bermain futsal.

Kirana akhirnya mengunci pintu rumahnya lalu menyelipkan kuncinya di bawah keset samping pot bunga. Sambil menunggu kedatangan Sandra yang akan menjemput, dia memandangi halaman rumahnya yang dipenuhi dedaunan dan patahan ranting.

Kirana sendiri lupa kapan terakhir kali ia menyapu halaman tersebut. Dia merasa tidak melakukan hal itu semenjak dirinya menjadi artis. Gadis itu seolah memusuhi peralatan kebersihan.

Bagi Kirana, menyapu bukanlah pekerjaan seorang artis. la terlalu malas dan gengsi melakukan hal tersebut. Selama ini Kak Bagas lah yang menjadi petugas kebersihan di rumah mereka kecuali halaman. Pria itu tidak mau membersihkan halaman.

Melihat betapa kotornya tempat tersebut, Kirana jadi menghela napas. Mungkin sudah waktunya ia berubah. la berjanji akan mulai membersihkan rumahnya, la akan merawat tanaman-tanaman hias peninggalan almarhumah ibunya.

Kirana tersenyum kemudian mengalihkan pandangannya ke arah langit. Malam itu langit sangat gelap. Tidak ada satu bintang pun yang terlihat. Memasuki musim penghujan, kawasan sekitar rumahnya menjadi sering diguyur hujan. Beruntung dirinya tidak tinggal di pemukiman rawan banjir. Kirana masih memandangi langit saat Honda Jazz warna merah milik Sandra tiba.

"Hai, Na! Sorry ya aku telat. Nih, kuncinya. Badan aku capek semua. Tadi aku habis syuting iklan multivitamin bareng artis Korea," tutur Sandra penuh kesombongan yang seolah mengejek Kirana yang sepi job.

Kirana hanya tersenyum getir menanggapi. Lalu, dia menggantikan Sandra menyetir mobil dari rumahnya menuju kawasan Desa Villa. Malam sudah menunjukkan pukul delapan saat mereka memasuki jalan tol. Sekilas, Kirana menoleh pada Sandra yang tengah terlelap. Temannya itu meminta dia membangunkannya begitu mereka tiba di villa tujuan. Bahkan saat tidur pun, wajah lelah Sandra tetap memesona.

Kirana melihat wajah Sandra yang mulus terawat. Timbul rasa iri di hatinya. Bukan sedikit, tapi banyak rasa iri yang membuncah. Saat dirinya terlilit utang, Sandra justru masih sanggup melakukan perawatan kulit dengan biaya jutaan. Alisnya pun seperti sudah disulam.

Jika dibandingkan dirinya, sebagai sesama artis bisa dibilang nasib Sandra berkali lipat lebih beruntung. Di tengah persaingan kemunculan artis-artis baru, Sandra masih sering tampil di TV. Selain itu, gadis itu yang mantan model majalah bergengsi masih mendapat tawaran membintangi iklan. Baik media cetak maupun elektronik. Beda dengan dirinya yang justru tenggelam pada usia dua puluh lima tahun,

Kalau ada yang bilang kebetulan-kebetulan hanya terjadi di drama Korea, bagi Kirana itu tidak benar. Kebetulan bisa menimpa siapa pun juga dan di mana pun. Itu juga yang terjadi pada mereka berdua. Semua karena takdir Kirana dan Sandra sudah saling mengenal sebelum keduanya memasuki industri hiburan tanah air. Mereka merupakan teman semasa SMA.

Pukul 21.30 mereka tiba di Desa Villa yang dimaksud. Terlihat dua buah mobil warna merah dan hitam yang lebih dulu diparkir di sana. Ada juga motor vespa mati yang sepertinya Kirana kenal.

Dengan hati-hati, Kirana membangunkan Sandra. Gadis di sampingnya itu terlalu pulas. Kirana sampai berulang kali memanggil namanya sampai akhirnya Sandra terbangun menggeliat. Sepasang matanya mengerjap lalu menurunkan kaca mobil. Memandangi bangunan berlantai dua yang ada di depan mereka

"Udah sampai, ya?" tanya Sandra akhirnya

"Iya, kita udah sampai. Ini bukan tempatnya?" tanya Kirana menoleh ke arahnya sambil tersenyum.

"Benar, kok. Ternyata mereka juga sudah sampai," sahut Sandra.

*****

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status