Share

Jangan Tutup Mata!

***

"Kenapa wajah kamu murung begitu, Gas?"

Vano yang tengah menyeruput kopi di ruang tamu dibuat heran oleh raut muka Bagas. Halimah yang sibuk menyuapi Leha pun turut menoleh. "Sepuluh hari lagi, Gas. Masa sih gitu aja kelamaan?" goda Halimah terkikik. Leha menepuk lengan putrinya dan menggeleng samar. "Bercanda, Bu. Lagipula itu anak kebiasaan suka cemberut. Untung aja ada Anita yang mau sama dia."

Bagas mendaratkan bokongnya di sisi Vano sedangkan Anita mulai mencium punggung tangan Halimah dan Leha bergantian.

"Saya yang harusnya bersyukur karena mendapat laki-laki seperti Mas Bagas, Bu," kata Anita jujur. Halimah mengusap kepala wanita muda di depannya seraya berkata. "Ibu dulu mikirnya gitu waktu dapat Ayah, Nit. Mereka memang Bapak dan Anak yang sangat bertanggung jawab," pujinya tulus.

Anita mengangguk setuju. Dia meminta ijin mengambil alih piring di tangan Halimah dan mulai menyuapi Leha dengan pelan.

"Ibu buatkan minum dulu ya."

"Nggak perlu, Bu. Tadi sudah banyak minum di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status