Share

Bab 2 -Lepas Amarah

Anitta meronta dan menjerit histeris, sumpah serapah serta cacian keluar dari mulut kotornya. Sementara aku, berjalan dengan anggun menuju balkon tanpa mengindahkan ocehannya.

 

Senyum manis tak lepas dari bibir ini, menatap Mas Daniel yang terduduk lesu di hadapanku. Matanya mengisyaratkan kekhawatiran yang mendalam, mendengar jeritan di dalam ruangan.

 

Keringat sebiji jagung nampak jelas di keningnya. Sebesar itukah rasa pedulinya terhadap Anitta? Gundik suamiku.

 

Entah apa yang Paman perbuat. Aku tidak peduli. Jeritan serta teriakan si gundik begitu merdu di pendengaran, membuat bibir ini melengkung dengan sempurna.

 

"Kamu lelah sayang?" suaraku yang lembut mampu membuatnya terkejut.

 

Mas Daniel tersenyum kecil kearahku, mencoba menutupi raut gelisah diwajahnya.

 

"Bukankah dia cantik?" tanyaku dengan senyum yang merekah, padahal hatiku begitu perih. 

 

Ingin sekali menyayat wajah tampannya, dengan cutter yang selalu ada di dalam tas kecilku. Sepertinya dia akan berguna kali ini.

 

Mas Daniel menundukan kepala dan menautkan jari-jarinya. Terlihat seperti anak TK sedang menerima hukuman.

 

Melihat tingkah bodohnya, gigiku bergeletuk dengan nafas yang tertahan. Perlahan tanganku memasuki tas, menggenggam erat cutter yang terselip di dalamnya.

 

Membuang nafas kasar, mencoba meredam amarah. Jangan sampai amarahku meledak disini. Aku mempunyai rencana lain.

 

Melihat jam yang melingkar di tangan, sudah dua belas menit waktu berlalu. Aku bangkit memasuki kamar melihat keadaan.

 

Anitta nampak menangis sesegukan. Rambut lebatnya aut-autan, tangan dan pahanya kulihat membiru. Badannya terguncang hebat, membuat hati sedikit puas.

 

"Ehm ... menyedihkan."

 

Anitta menoleh kearahku dengan mata sayu namun kilat kemarahan terlihat di matanya.

 

"Dasar iblis!" desisnya di sela isak tangis.

 

"Trimakasih." balasku dengan senyum semanis mungkin.

 

"Aku bisa jadi apa saja. Tergantung musuhku," sambungku.

 

"Aku akan melaporkanmu ke polisi, kau akan membusuk di dalamnya." teriaknya dengan mata menyalang penuh kebencian.

 

Tawaku pecah mendengar celotehnya. Lalu berjalan mendekatinya.

 

"Hmm .. kau pikir aku takut pada ancamanmu?" tantangku dengan senyum mengejek.

 

"Penjara bukan sesuatu yang menakutkan untukku. You know? Dengan menjentikan jari, aku bisa langsung bebas kapan saja."

 

Mata Anitta melotot, badannya meronta seperti ingin melukaiku. Tangannya yang terikat oleh dasi, Mas Daniel membuatnya sulit bergerak dengan leluasa. Ikatan itu mengencang, akan sulit di buka oleh tangan.

 

"Baiklah, kurasa pesta ini sudah berakhir. Bukan begitu, Anitta?"

 

Aniita membuang muka, dengan wajah yang merah padam.

 

"Mas buka ikat tali ini, akan aku bunuh istri mandulmu itu!" teriaknya dengan nafas yang memburu, saat melihat Mas Daniel memasuki ruangan.

 

Mas Daniel tak perduli dengan teriakan Anitta, dia memilih sibuk memakai kemeja dan celana hitamnya.

 

"Ayo sayang." ajak Mas Daniel saat sudah selesai dengan aktivitasnya.

 

"Mas ... buka!" sentak Anitta dengan wajah memelas.

 

"Mas ... kumohon."

 

Dengan ragu Mas Daniel menatapku meminta persetujuan.

 

Aku tersenyum manis membalas tatapannya lalu mengamit tangan Mas Daniel dengan mesra, berjalan kearah pintu.

 

"Dasar iblis kau, Fiona!" jeritnya memekik telinga.

 

Kubiarkan pintu kamar terbuka, siapa tau ada orang baik hati yang melewati kamar ini. Dan membuka ikatan tali pada Anitta. Bukankah, aku baik?

 

Aku menganggukkan kepala saat melewati resepsionis, laki-laki berseragam itu tersenyum kecil lalu kembali sibuk dengan tamu yang baru datang.

 

Menghempaskan tangan Mas Daniel, aku berlari kecil menuju parkiran lalu berhenti di depan mobil pajero sport yang sangat kukenal.

 

"Apa kau membawa gundik itu memakai mobil ini?" tanyaku dengan tatapan mengintimidasi.

 

Mas Daniel mendadak gugup, dengan anggukan samar.

 

Hmm ... bagus sekali kau brengsek! Menukar mobil biasamu dengan mobil yang terparkir di dealerku.

 

Emosi yang teredam kini membara kembali, tak rela mobil ini di pakai oleh si gundik.

 

Aku bergegas menuju mobilku, mencari sesuatu di dalam bagasi.

 

"Untunglah masih ada." ucapku sambil mengambil tongkat baseball kesayanganku.

 

Menggenggam erat dengan tangan kanan lalu menimangnya dengan tangan kiri. Menuju mobil, Mas Daniel juga Paman yang sigap di belakangnya.

 

Dengan langkah lebar aku berjalan mendekati mereka, Menganyukan dengan kuat tongkat baseball ke arah kaca depan mobil.

 

Namun gerakanku terhenti tepat satu inci dari kaca mobil, berbalik arah menghadap Mas Daniel yang terlihat pasrah. Tanpa dia sadari tongkat ini terayun kuat menuju wajahnya.

 

Bugh ....

 

Dengan sekali hantam, suami tercintaku terjengkang dengan mulut menyemburkan darah.

 

"Uhuk.. uhuk," Mas Daniel merintih kesakitan, namun tak membuatku iba.

 

Ia menatapku dengan tatapan tidak berdaya, aku membalasnya dengan senyuman dingin. Lalu kembali mengayunkan tongkat-ku, kali ini lebih tinggi.

 

"Argh!"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Elin land
seruuuu aku semangat bacanya ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status