Share

Bab 27

Sepeninggal Ayah

Weekend telah tiba, tetapi senyuman hangat belum juga tercetak di bibirku. Entah kenapa pagi ini aku ingin menangis padahal tidak ada yang melukai hati, Rafan pun merasakan hal yang sama katanya.

Rasa gunda terus menyelimuti tubuhku, hingga kaki mondar mandi depan kamar sambil memegang ponsel. Bingung harus mengabari siapa atau entah. Kali ini aku dibuat bingung sama perasaan sendiri.

Aku menghela napas lega dan berhenti mondar-mandir setelah melihat Rafan keluar dari kamar. Ia telah berpakaian rapi dengan warna abu basah, serasi denganku. Kami bahkan sudah mandi pagi tanpa tahu harus ke mana.

“Sayang.” 

“Iya?”

“Perasaanku makin gak enak. Kenapa, ya?”

Baru saja aku ingin menjawab asal pertanyaan Rafan, ponsel tiba-tiba berdering. Panggilan dari Ibu menambah debar dalam dada. Kudekatkan ponsel ke telinga dan langsung terhubung. Di balik telepon terdengar tangis yang tertahan.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status